Dia siapa

79 21 0
                                    

"Dipa istirahat dulu biar aku aja yang kerjain" ujar Rendi teman kerja Dipa

Pemuda itu menggeleng "aku bisa kok tenang aja ya. Ren aku ke sana dulu mau ngurus yang di sana" Pemuda itu lantas pergi dari sana.

Jam mereka bekerja telah habis. Rendi bersiap siap pulang karena sebentar lagi ia akan berangkat kuliah. Dipa bersiap siap berangkat kerja di tempat berikutnya. Mereka berdua berjalan bersama menuju pintu keluar.

"Habis ini kamu kerja di tempat yang mana?" Tanya Rendi

Dipa tidak terkejut dengan pertanyaan itu karena pemuda di sampingnya sudah mengetahui kebiasaannya. Dulu memang ia sempat terkejut dengan pertanyaan itu.

"Habis ini di kafe deket rumah" jawabnya dengan tersenyum

Pemuda itu mengangguk pelan seraya ber oh ria "jangan paksain diri kamu buat kerja terus. Tubuh juga butuh istirahat, kasian adik adik kamu selalu nunggu kamu pulang malam terus"

Kata kata itu kembali membuat hatinya sakit. Memang benar apa yang di katakan Rendi, ia memang jarang bermain atau berada di rumah bersama adik adiknya karena sibuk dengan pekerjaan untuk membiayai sekolah dan kebutuhan mereka.

"Iya Ren aku bakalan istirahatin tubuh aku"

Rendi berjalan pulang setelah mata kuliahnya selesai. Ia berada di mall yang besar di kota. Sehabis bermain dengan teman temannya, ia singgah ke restarant membeli makanan karena perutnya yang sudah lapar. Saat akan membayar ia teringat akan seseorang yang membuatnya kembali memesan makanan untuk di bawa pulang.

.

.

Arya dan Ersya sedang berada di kamar. Sekolah sedang libur karena rapat untuk ujian akhir. Ersya menggambar sedangkan Arya membaca buku pelajarannya. Anak kelas tiga yang banyak sekali tugas dari guru dan mempelajari ulang dari kelas satu sebelum ia akan melaksanakan ujian. Ia harus menyiapkannya jauh-jauh hari agar bisa menjadi lulusan terbaik dan membanggakan kakaknya.

"Sa...ambil in air" suruh Arya yang fokus pada tumpukan buku di depannya

Ersya menatap kakaknya dengan malas, tidak lihat apa dia sedang sibuk. Tapi dari pada ia di pukul kakaknya mau tidak mau pergi. Dengan langkah yang berat Ersya berjalan keluar dengan gelas yang kosong ke dapur untuk mengisinya.

Tok
Tok
Tok

Suara ketukan di pintu membuat atensi pemuda itu teralihkan. Ia menaruh gelasnya dan berjalan mendekat. Sebelum itu ia sempat melirik jam.
Baru jam sebelas siang, apa iya kakaknya sudah pulang?. Ia membuka pintu itu perlahan dan melihat seseorang memakai topi dan juga masker. Mengerutkan keningnya bingung. Siapa orang di depannya?

"Siapa ya?" Tanya Ersya

Orang itu membuka maskernya dan tersenyum lembut "benarkan ini rumah Dipa? Fannan delvin pranadipa?" Tanyanya ramah

"Iy-" Saat hendak menjawab, Arya muncul entah dari mana sudah ada di sampingnya

"Iya benar. Kamu siapa nyari kakak saya?"

Bukannya menjawab, pemuda itu malah memberinya kantong plastik yang ada di tangannya ke arah keduanya yang menatap bingung. Mereka tidak merespon dan juga tidak menerima membuat pemuda itu akhirnya membuka suara "ah ini tadi kakak kalian menyuruhku mengantarkan ini, katanya kalian belum makan jadi ambil"

Mendengar jawaban itu mereka berdua saling memandang, mereka berdua awalnya bingung. Namun Ersya menerimanya "kalo boleh tau kak Dipa ke mana?" Tanya Arya penasaran

"Dia masih bekerja" jelasnya

Mereka mengangguk "kalo begitu makasih ya udah mau anterin ini, maaf kalo kak Dipa merepotin" jelas Arya tidak enak. pemuda itu menggeleng "tidak apa apa, santai saja kalau begitu saya pulang dulu"

Leave [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang