Setelah selesai menjalankan hukuman, perut angkasa terasa bergemuruh. Dia berniat untuk makan di kantin, gak sengaja Angkasa melihat Ara bersama Gavin. Angkasa pun mulai menghampirinya.
"Ra, lo dipanggil sama pak dena tuh!" Tipu Angkasa
Angkasa tak ingin matanya memanas melihat Ara berdua dengan laki-laki lain, ya walaupun dirinya juga bukan siapa-siapa Ara.
Ara yang mendengar itupun mulai beranjak dari duduknya dan meninggalkan Angkasa juga Gavin. Kini Angkasa menatap tajam Gavin.
"Heh lo, lo bisa gak. Gak usah dekat-dekat sama Ara, gw gak suka liatnya!" Ucap Angkasa menarik kerah baju si ketua osis itu.
"Kenapa? Lo cemburu? Emang lo ada hak? Ngga kan, jadi bebas lah gw mau dekat sama dia kapan aja!" Ujar Gavin, merapikan kembali kerahnya yang barusan di cekal Angkasa.
Angkasa yang mendengar itupun terdiam sejenak, tak lama dia meninggalkan tempat itu. Dengan kesal Angkasa melangkah lebar dia berniat buat menemui Ara.
Angkasa mencari gadis itu. Namun, gadis itu belum kelihatan batang hidungnya juga. Angkasa mencari ke arah taman belakang sekolah, dan disitu terlihat gadis mungil, rambut di gerai dengan dibaluti jas khusus anggota osis.
Angkasa mulai mendekat, sebelum dirinya benar-benar mendekat. Angkasa melihat bunga mawar berwarna merah, dia memetiknya satu untuk gadis kesayangannya. Menyembunyikannya dibelakang tubuhnya.
"Ra" panggilnya canggung.
Merasa ada yang manggil, gadis itu melirik "Angkasa, ada apa?" Tanyanya heran.
"Emm .. gw mau ngomong sesuatu sama lo!" Ucapnya terbata-bata.
"Ngomong aja!" Sahutnya.
"Emm .. lo-lo!" Dengan deg-degan Angkasa menarik nafas panjang dan "Lo mau gak jadi pacar gw!" Yeah berhasil.
Ucapannya itu membuat Ara menganga tidak nyangka, laki-laki yang dikenal bandel sesekolah itu ternyata bisa jatuh cinta juga(Ck yaiyalah orang punya hati;v)
"Sehat?" Ucap Ara menempelkan punggung tangannya di kening milik Angkasa.
"Ra, gw serius. Gw suka sama lo sejak lo ngehukum gw untuk yang pertama kalinya, kenapa gw lakukan hukuman dari lo, karena gw sayang sama lo!" Ucapnya sembari memegang kedua tangan Ara.
"Ta-taap-" Terpotong sudah ucapannya.
"Gw gak mau tau, pokonya lo sekarang milik gw gak ada penolakan titik!" Ucapnya memaksa.
"Kok maksa!" Kesal Ara.
"Ya, kalo gak maksa lo gak bakalan mau!" Gumamnya.
"Oke!" Ucapnya semringah memberikan senyuman kepada Angkasa, bagitu juga dengan Angkasa yang mulai senyum-senyum "Tapi ada syarat!" Yeah senyuman Angkasa memudar.
Angkasa melongo "Syaratnya apa?"Tanya Angkasa bingung.
Ara menarik nafas "lo, gak boleh bolos-bolos lagi!" Ucapnya dengan senyuman khas miliknya.
"A-apa? Terus gw harus masuk terus gitu?" Tanya Angkasa kaget.
"Iyalah, lo harus belajar. Jangan jadi badboy sekolahan!" Kesalnya.
Angkasa menarik nafas panjang "Gw bakal coba, kalo gw gak bisa lo jangan maksa!" Titahnya.
"Iya, deh terserah lo!" Pasrah Ara.
"Jadi, gimana?" Tanya Angkasa menatap kedua manik milik Ara.
"Gimana apanya!" Tanya Ara pura-pura gak tau.
"Ish, yaudah!" Kecewa Angkasa
"Iya iya, gw mau!" Ucap Ara menatap Angkasa
"Mau apa?" Tanya Angkasa
"Ah, tau deh!" Kesal Ara.
Ara ingin melangkahkan kakinya, namun tangan kanannya dicekal oleh Angkasa. Dengan cepat Angkasa mendekap tubuh mungil Ara, Ara yang belum pernah mendapatkan dekapan itu dari siapapun kecuali papa sama abangnya, sontak kaget juga melotot.
Deg ...
Jantungnya berdebar tak karuan, entah kenapa rasanya nyaman banget. Tapi dia harus tetap pura-pura gak mau.
"Ish, apaan sih!" Kesal Ara melepaskan tangan Angkasa dari pinggang mungilnya.
Namun Angkasa kembali mendekap Ara "Sebentar aja!" Gumamnya, lalu menempelkan kepalanya di bahu milik Ara
Aroma anggur khas di rambut Ara tercium oleh hidung Angkasa, begitu nyaman berada dipelukannya sampai dia memejamkan matanya untuk beberapa saat. Ini di taman belakang sekolah, kebutulan taman itu sepi jarang ada orang yang bermain kesana. Jadi mereka gak bakal ketahuan.
"Udah Sa, nanti ada orang!" Titah Ara mulai melepaskan tangan Angkasa dari dekapannya.
Angkasa pun melepas pelukannya, kini beralih menuju tangan Ara dia menatap lekat gadis dihadapannya itu.
"Ra, lo mau kan dampingi gw terus?" Tanyanya dengan sorot mata yang serius.
"Gw butuh orang yang selalu ada di samping gw Ra".
"Nemanin gw disaat senang maupun sedih".
"Gw juga butuh penyemangat!" Gumamnya lalu melepas tangan Ara dan menghadap ke atas langit.
"Kapan gw bahagia!" Kata terakhir yang ia lontarkan membuat Ara bingung.
Entah kenapa sosok badboy dihadapannya itu terlihat menutupi sebuah luka, padahal Ara pikir dia gak serapuh itu. Kenapa hati Ara sangat tertekan mendengar ucapan terakhir yang Angkasa lontarkan.
"Maksud kamu!" Tanya Ara mulai mendekat ke arah Angkasa.
"Ah, udahlah jangan dipikirin gak penting!" Ucapnya mengusap matanya.
Apa dia nangis? Oh mana mungkin seorang badboy menangis. Eh tapikan punya mata! Ck. Dia juga punya perasaan.
"Boleh peluk lagi?" Pinta Angkasa.
Ara hanya mengangguk, dia mengerti situasi.
Kini Angkasa mulai memeluk Ara, yang sekarang adalah kekasihnya, rasanya dia gak mau beranjak dari dekapannya.
"Pengen kaya gini terus!" Gumamnya.
Ara membalas pelukan mengusap punggungnya yang kokoh, ada rasa penasaran yang ia pikirkan, ia memikirkan perkataan demi perkataan yang Angkasa ucapkan.
"Plise, kamu jangan suruh aku buat belajar!" Gumamnya, melepaskan pelukannya.
"Kenapa?" Tanya Ara.
"Percuma gw belajar juga nambahin beban pikiran aja, mikirin masalah aja gw udah pusing apalagi mikirin pelajaran!" Ucapnya kembali menatap kosong kearah langit.
Ara yang mendengar itupun semakin bingung, apa alasan Angkasa untuk tidak masuk kelas? Apa alasan Angkasa untuk tidak mengikuti pelajaran? Masalah apa yang sedang Angkasa hadapi? Pikiran Ara berputar entah cobaan apa yang menghadapi laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗣𝗢𝗦𝗘𝗦𝗜𝗩𝗘 𝗕𝗔𝗗𝗕𝗢𝗬
Teen FictionBukan salah semesta , aku memang di takdir kan untuk terluka