Prolog

244 30 3
                                    

"Pergi kamu dari rumah saya. Dasar anak tidak tahu diri."

Seorang pria paruh baya dengan kasar melemparkan tas ke arah gadis di depannya. Gadis dengan tatapan datar itu mengambil tas yang tergeletak tepat di bawahnya, lalu pandangannya beralih menatap dua sejoli dihadapannya dengan sorot kebencian.

"Benar-benar menjengkelkan." Gumamnya.

"Saya harap kamu tidak pernah menginjakkan kaki di rumah saya lagi. Dan jangan pernah kamu panggil saya Ayah. Karena saya tidak menyukainya." Ucap pria itu sambil menatap gadis di depannya dengan tatapan muak.

Mendengar ucapan seperti itu, bohong jika gadis itu tidak kecewa. Apalagi yang mengucapkan kata-kata itu adalah Ayah kandungnya. Satu-satunya keluarga yang ia miliki, yang seharusnya mendukungnya kini malah mengusirnya. Namun, gadis itu berusaha sekuat tenaga untuk tidak menitikkan air mata. Dia tidak boleh terlihat lemah sekarang, apalagi dia bisa melihat senyuman remeh yang tertuju kepadanya.

"Terima kasih karena telah merawat saya selama ini, Ay-Tuan. Maaf, jika kehadiran saya selama ini mengganggu Anda." Gadis itu menundukkan kepala sebagai tanda terima kasih, lalu tersenyum sebelum pergi meninggalkan tempat itu.

Biar aku perkenalkan pada kalian, namaku adalah Kinara Maahika. Ayahku baru saja mengusirku dari rumah. Bisakah kalian menebak alasannya? Ya benar, istri baru Ayahku tidak ingin aku tinggal di sana. Jika kalian tanya apakah aku sedih karena diusir? Tentu saja tidak. Sejujurnya, aku juga tidak ingin tinggal bersama mereka.

Keluargaku dulunya adalah keluarga yang harmonis. Ayah dan ibuku yang sangat menyayangiku, kakakku yang selalu bermain bersamaku. Dan seorang nenek yang selalu memanjakan dan membelikan apa yang kita inginkan. Tapi, semuanya berubah setelah kejadian itu. Kejadian yang membuat ayahku menjadi pemarah lalu berselingkuh, ibuku yang sakit-sakitan akibat ulah ayahku dan akhirnya meninggal, kakakku yang tidak aku ketahui keberadaannya sampai sekarang. Dan nenek, satu-satunya alasanku berada di rumah itu. Namun, pada akhirnya beliau juga meninggalkanku.

Kini Nara tak punya alasan lagi untuk tetap tinggal bersama ayahnya. Dia tahu cepat atau lambat dia akan tetap pergi, karena wanita simpanan ayahnya tidak menyukainya. Nara sudah mempersiapkan itu semua. Untungnya, neneknya meninggalkan rumah yang bisa dia tinggali. Jadi, Nara tidak perlu khawatir mencari tempat tinggal lagi.

Nara mengecek jam di ponselnya, hari sudah hampir gelap dan taksi yang ia pesan belum juga datang.

"Hah"

Entah sudah berapa kali helaan nafas keluar dari mulutnya. Saat ini, dirinya benar-benar lelah, ia ingin cepat beristirahat.

"Dengan sisa uang tabunganku, aku bisa bertahan beberapa hari. Setelah itu, aku akan mencari pekerjaan." Tekadnya.

Nara menatap ke depan, melihat orang-orang lalu-lalang. Sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Ia tersenyum kecut. Ia merasa hidupnya tidak adil. Namun, apa yang bisa dia lakukan? Dunia akan terus berputar, tidak peduli seberapa berat masalah yang kamu miliki. Ia berpikir jika saja kakaknya masih ada disisinya, apakah hidupnya akan tetap sama seperti sekarang?

"Aku merindukanmu, Kak." Nara tidak kuasa menahan air matanya. Di saat ini seperti ini, Nara berharap keajaiban terjadi. Dia ingin kakaknya datang memeluknya lalu menepuk kepalanya dengan lembut, seperti yang dia lakukan saat mereka masih kecil. Tapi, kenyatannya itu semua hanya khayalan Nara saja. Kakaknya tidak benar-benar datang.

An Unchangeable Destiny.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang