BRAK!
DUAGH!
"Maaf! Maaf yaa permisi, misi"
"JEN!"
Lelaki yang merasa dirinya terpanggil pun menoleh ke arah pintu kelas. Kekasihnya, Jaemin. Jaemin berlari ke arah jeno dan doyoung.
"Jaem? Sabar jaem, tarik nafas duluu, tenang, kenapa?" Doyoung menenangkan jaemin, terlihat jaemin sedikit mengeluarkan air mata. Entah karena apa jaemin menangis.
"Kak, jen, aku ketemu jisung" jeno dan doyoung bingung apa yang dimaksud jaemin. Jaemin sedikit menggoyangkan tangan doyoung dan jaemin.
"Aku ketemu jisung di depan gerbang sekolah"
"JAEM! KAK DOY! JEN! huh huh huh"
Mereka bertiga menoleh ke arah wonyoung.
"Huh CEPET ITU BENERAN JISUNG"
Mereka berempat segera berlari ke arah gerbang. Jeno berlari cepat, ia percaya jisung masih ada. Jisungnya kembali.
{ Kembali }
Bocah remaja tersebut berdiri sambil menyandarkan punggungnya ke tembok gerbang sekolah.
Pak idan, satpam sekolah jeno, doyoung dan kawan-kawan, melihat bocah remaja tersebut. Pak idan menghampirinya sambil membawa roti untuk diberikan pada si bocah.
"Dek, nggak sekolah?"
"Nggak pak"
"Udah sarapan?"
Jisung menggeleng. Pak idan tersenyum lalu menyadarkan roti kecil buatan istrinya pada jisung.
"Makan dulu nak, biar perutnya nggak kosong" jisung pun menerima dengan senyuman. Ia teringat sang ibu, saat SD ibu selalu membekalinya roti. Huh~ jisung jadi rindu ibu.
Drap!
Tap
Mengatur nafas, jeno terengah-engah begitu juga dengan yang lain. Jeno segera keluar pelan-pelan.
"Jen, itu jisung!"
Terlihat jisung sedang memakan roti bersama pak idan, satpam sekolah. Jeno pun menghampirinya.
"Dek, pak" keduanya pun menoleh pada jeno.
"Eh mas jeno" berbeda dengan jisung yang terlihat shock. Jeno tersenyum pada pak idan lalu menatap jisung.
"Dek jis, ini kakak, kamu kemana aja?" Bukannya menjawab, jisung melanjutkan kegiatan makan rotinya sambil menangis.
"Dek jis marah sama kakak? Maafin kakak yaaa, tapi kakak rindu dek jis" jisung semakin melahap rotinya dengan kasar, dan matanya semakin memerah karena ia mencoba menahan tangisnya.
Jeno pun tersenyum lalu memeluk sang adik. Tangis jisung pun lepas. Tetapi jisung tetap memakan rotinya sambil membalas pelukan jeno.
"Maaf kak, dek jis yang bikin ibu bapak meninggal, maafin adek, tapi dek jis rindu kakak juga" ucap jisung, ia rindu kakaknya, ia rindu harum kakaknya, ia rindu pelukan kakaknya, ia rindu senyuman kakaknya.
"Ssstt, jangan bilang gitu, itu takdir, harus kita terima dan ikhlas, jangan menyalahkan diri sendiri, ada kakak disini, kakak rindu kamu juga dek, udah jangan sedih kita udah ketemu, inget kata ibu, kalau berpelukan kita harus te?" Jeno mengelap air mata jisung.
"Te...nang" jawab jeno dan jisung bersamaan. Jaemin, doyoung, wonyoung, dan pak idan merasa haru. Wonyoung menghampiri pak idan.
"Pak, maafin wony, pernah kurang ajar sama papak" pak idan hanya tersenyum mendengar permintaan maaf putrinya yang mendadak. "Sudah papak maafkan, jangan ikut nangis" pak idan tersenyum, lalu melepas topi satpamnya dan menaruhnya di kepala wonyoung.
{ Kembali }
Jisung dititipkan kepada pak idan, sedangkan yang lain bersekolah. Jeno bilang ia akan memasakkan jisung sop bening sama seperti ibu buat dulu. Dan jeno juga mengundang jaemin dan kawan-kawan ke rumahnya.
Doyoung ingin datang, tetapi ia sedang ada tugas kelompok, jadi ia tidak bisa datang ke rumah sepupunya tersebut, tapi ia berjanji ia akan menginap di rumah jeno di lain waktu.
{ Kembali (kilas balik) }
JDARRR!
"Bu, pak, jeje mohon doanya, besok jeje diikutin lomba puisi" bapak pun tersenyum dan ibu mengangguk.
"Tanpa jeje minta, kita mendoakan jeje selalu nak, begitu juga sama dedek jis, kaka nono, semua anak bapak yang hebat hebat ini bapak doain hehehe" jisung yang tadinya sedang menggambar berlari ke belakang bapak dan ibu dan memeluk mereka berdua.
"TERIMAKASIH PAK BU, KITA SAYANG BAPAK IBU"
"Makasih banyak pak, bu"
"Sama-sama, putra putra hebat bapak ibu" ibu mengeratkan pelukan jisung dan jaehyun. Bapak tersenyum lalu ikut memeluk anak dan istrinya.
Di lain tempat. 4 orang anak mengerubungi 1 orang anak, mereka tertawa dan sedikit menoyor kepala seorang anak tersebut.
"Gimana? Besok bisa kan? Ya babu?" Ucap remeh salah satu anak sembari menoyor kepala anak yang sedang menunduk.
"Afafih danuarsa jenkawaya, namanya baga banget, miskin kok banyak gaya" mereka pun menertawai anak yang menunduk. Tertawa seperti ada bahan lawakan di depan mereka.
Jeno, ia di bully sepulang kerja part-time nya. Ketua geng, dirto. Entah apa alasannya dirto dan teman-temannya membully jeno. Jeno tidak bercerita pada keluarganya. Bukan masalah kepercayaan atau apapun, justru jeno tidak mau membuat ibu menangis dan bapak khawatir karena dirinya.
{ Hinggap Kepala }
To Be Continued
YOU ARE READING
HINGGAP KEPALA
FanfictionA Nomin fanfiction Sepasang kekasih, Jeno dan Jaemin. Jeno menyimpan cerita masa lalu yang sangat menyedihkan, tetapi ia tutup dengan senyuman dan bahagia. Jaemin menghadapi masalah keluarga, tetapi ia tutup dengan keceriaan dan dirinya yang kalem. ...