Weekend-nya Mama Papa

628 71 3
                                    

Selepas menjalani lima hari bekerja yang membawa rasa penat, di hari ke enam dan ke tujuh ini, Jeno menghabiskan waktunya di rumah bersama Renjun dan Chenle. Bagi si papa muda itu, bisa menghabiskan waktu bersama kedua malaikatnya adalah sebuah hadiah tersendiri dari Tuhan yang tendang semua rasa lelahnya.

Seperti sekarang ini. Tidak, kali ini bukan bersama Jeno, Renjun, dan Chenle. Tapi hanya Jeno dan Renjun. Keduanya memutuskan untuk menonton sebuah film romansa - kebiasaan mereka dahulu sebelum berkeluarga - sambil menunggu si bayi bangun dari tidurnya.

"Jen," yang lebih mungil memanggil. Tubuh kecilnya yang tengah bersandar di dada sang suami diikuti dengan telapak tangan sesekali bermain membentuk gambar lingkaran yang tak kasat mata di sana.

"Hm?"

"Aku-"

"Hei ini mama tangannya nakal banget. Geli tau, sayang," Jeno memotong ucapan Renjun. Ia genggam tangan Renjun yang berada di dadanya, memberikan sebuah kecupan manis di punggung tangan bertanda lahir itu.

"Hehe. Habisnya kamu fokus banget."

Jeno menaikkan satu lengannya - yang lain - yang tadi dipakainya untuk merengkuh pinggang Renjun ke puncak kepala sang istri dan mengusaknya lembut.

"Kalo aku nggak fokus nanti kamunya malah marah 'fokus dong sama filmnya!' giliran aku fokus malah 'hehe habisnya kamu fokus banget.' Apa apa salah emang," keluh si kepala keluarga. Ia menirukan beberapa ucapan sang istri yang tentu sudah sangat dihafalnya di kepala.

Renjun tertawa. Ia menegakkan tubuh dan kemudian beri kecupan di pipi Jeno. "Makasih ya papa, udah nurutin maunya mama terus."

"Dasar mama."

Jeno mendengus. Ia usak surai Renjun dengan gemas sekali lagi sebelum kembali fokus pada layar televisi sembari mencomot beberapa butir popcorn yang sengaja di buat Renjun untuk kegiatan mereka satu ini.

Sedang si lelaki manis yang baru mau kembali masuk ke dalam pelukan suaminya harus mengurungkan niat sebab mendengar suara tangis dari dalam kamar. "Dedek bangun, Jen," ia berkata kemudian segera masuk ke kamar milik Chenle.

Jeno pun juga segera mem pause film yang tengah mereka tonton. Meninggalkan popcorn nya di meja, ia melangkah menuju dalam kamar Chenle mengikuti Renjun.

"Haduh dek, kamu tau aja papamu lagi di rumah."

Samar-samar Jeno mendengar ucapan Renjun dari dalam. Begitu tangannya membuka pintu kamar milik si bayi, ia diberikan pemandangan yang menghangatkan hati.

Renjun dengan Chenle yang sedang ditimangnya.

Memang sih, dirinya sudah tidak asing lagi dengan pemandangan satu ini. Namun entah bagaimana bisa dan mengapa, ketika dirinya tangkap sebuah momen dimana sang istri bermain bersama darah daging mereka, hatinya selalu menghangat.

"Njun."

"Uuuh!" si bayi berusia empat bulan yang tadinya masih menangis itu langsung tersenyum saat melihat sosok sang papa di pintu. Ia ulurkan tangannya pada Jeno, meminta gendong.

"Haa, uuh!"

Jeno terkekeh melihat itu, ia mendekat ke arah Renjun dan langsung bawa Chenle dalam gendongan. Berbeda dengan Chenle yang langsung bersorak gembira, bayi Jeno yang satunya - alias si mama - justru berikan wajah cemberut. "Dedek kalo udah lihat kamu tuh nggak mau sama aku. Anak papa banget!"

Jeno tertawa.

"Jangan ketawa! Aku jadi nyesel manja banget ke kamu waktu hamil, tau nggak?"

"Sayang, lelenya mungkin kangen aku."

Norenle: Home Sweet Home Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang