Bagian 1 : No Thoughts, Head Full of Sansa

31 1 0
                                    


Saka membasuh wajahnya sesaat setelah ia sampai di rumah. Aneh. Tadi setelah istirahat hingga selesai latihan olimpiade, bayangan tentang senyuman Sansa sudah teralihkan. Namun, di jalan pulang hingga saat ini, senyuman manis gadis itu tercetak jelas di benak Saka.

"Sak ... Lo tuh belum lama naksir Hana, masa sekarang ditambah naksir Sansa?" Begitulah kira-kira pikiran Saka saat ini. Dibasuhnya lagi wajahnya dengan air, sialnya senyuman Sansa belum hilang juga dari pikiran Saka.

"Saka! Makan dulu, nak!"

Tangan Saka memutar kran air agar berhenti mengalir, mengelap wajahnya menggunakan handuk. Sudah dibilas pun, wajah Saka masih merah di bagian pipi sehingga Saka mulai mengatur napasnya agar dapat biasa saja di depan Mama.

Mama sedang menelfon seseorang saat Saka duduk di meja makan. Untung saja Mama sedang sibuk mengurusi arisan bersama teman-teman beliau sehingga sudah mulai berkurang rasa penasarannya tentang kehidupan sekolah Saka. Lagi pula, Mama mungkin sudah bosan mendengar Saka hanya berbicara tentang ia belajar di perpustakaan dari pagi hingga sore.

"Mamanya Sansa jadinya ikut?"

Telinga Saka langsung menegang mendengar nama gadis itu. Mau mengalihkan fokus juga tidak bisa, pembicaraan Mama dengan temannya tentang Mamanya Sansa masih berlanjut.

"Oh, gak jadi nganterin Mas Yogi ke Aussie?"

Saka berdeham, mencoba kembali fokus pada kegiatan mengisi perutnya. Namun, nama Sansa kembali terucap dari mulut Mama.

"Emang Sansa kapan ulang tahunnya? Bukannya Mas Yogi harus segera ke Aussie?"

Saka melengos, sudah cukup ingin tahu tentang Sansa. Saka harus ingat bahwa ia baru saja jatuh cinta pada Hana.

Belum habis makanan yang ada di piringnya, Saka malah melangkahkan kaki meninggalkan ruang makan untuk kembali ke kamar. Saka tidak ingin mendengar nama Sansa lagi meski senyuman gadis itu masih terlihat jelas dalam ingatannya.

Omong-omong, tadi ulang tahun Sansa tanggal berapa, ya?

-

"Belajar mulu, lo mah!" protes Theo sesaat setelah Saka menjemputnya dari teras rumah untuk kumpul di kamar Saka.

Bitha dan Wanda yang sedari tadi mengekori Theo pun langsung menjatuhkan diri di sofa, menikmati dinginnya AC kamar Saka mengingat di luar tadi sangat panas.

"Tau! Bitha aja ga belajar nih!" timpal Wanda kemudian gelendotan di lengan gadis berkaca mata persegi itu.

Saka mendengkus pelan. "Si Bitha 'kan belajarnya malem-malem, ditemenin ayang!" serunya entah meledek entah apa tetapi terdengar iri.

"Lo juga minta temenin Sansa, noh!" balas Bitha yang langsung membuat Theo dan Wanda heboh.

Wanda sontak menutup mulutnya seiring dengan pupilnya membesar secara perlahan. Selama berteman dengan Saka, Bitha, dan Theo, baru kali ini Wanda mendengar seorang gadis menjadi bahan ledekan untuk Saka.

Pun mereka tahu kalau Saka bersahabat dengan Hana, tidak pernah sekali mereka menggoda Saka dengan Hana. Saka jadi berpikir, setidak cocok itu kah Saka dengan Hana?

"Sansa apaan, nih?! Kok gak cerita?" teriak Wanda memukul-mukul punggung Saka membuat lelaki itu mengaduh.

"Gokil banget dah, mainnya sama yang sekelas Sansa! Gue deketin Ayu aja gak pernah tergapai!" Theo menimpali Bitha sambil curhat dikit.

Fyi, Sansa, Yumna, dan Ayu memang dikenal sebagai bidadari SMA Mirae yang digandrungi oleh seluruh angkatan. Saka tau wajah mereka dan tau nama mereka, tetapi tidak pernah tau Sansa yang mana, Yumna yang mana, dan Ayu yang mana. Wajar, hampir dua semester, kegiatan Saka di sekolah hanya belajar di perpustakaan bersama Bitha dan Hana. Makanya sampai sebelum bertemu Sansa, perempuan paling cantik di SMA Mirae di mata Saka hanyalah Hana.

Cotton Candy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang