5

755 46 0
                                    

"sekarang perusahaan pasti sedang sibuk mencari sumber berita. kalian istirahat lah disini terlebih dahulu, aku harus mengabarkan ketua untuk keberangkatan kita pulang ke korea malam ini." ujar manajer kim dan dituruti oleh semua member. manajer kim keluar dari kamar dan menyisakan mereka bertujuh.

"Haechan-ah, kau bilang yeri tau soal ini kan? bagaimana kita minta agar yeri untuk menjadi saksi kejadian ini." ujar renjun.

"tapi itu akan menyulitkan nya nanti, yeri juga sibuk kan dengan konser jepang mereka." ujar haechan.

Drrtt drrtt.

Handphone haechan bergetar, haechan menatap takut pada handphonenya. Haechan membuka pesan masuk di ponselnya lalu reflek melemparkan ponselnya ke kasur. Mark yang ada didekatnya mengambil ponsel haechan dan membaca pesan tersebut.

"Apa dengan menceritakan kepada mereka aku akan takut? Tidak akan, aku pasti akan menghancurkan mu." ujar mark membaca pesan tersebut.

"Bagaimana? Bagaimana dia bisa tau?" tanya haechan ketakutan. Mark berjalan kearah meja dimana boneka tedy bear itu berada.

"Pasti ini." kesal mark lalu merobek boneka tersebut dan benar saja, salah satu mata boneka tersebut adalah kamera pengintai yang berukuran sangat kecil.

"Apa ku bilang, benda seperti ini membahayakan." teriak mark pada haechan sambil menunjukkan mata boneka yang ada ditangannya.

"Kita lapor polisi saja." ujar jisung.

"Aku tidak yakin polisi disini akan mau menyelesaikan kasus ini, sebaiknya tunggu kita kembali ke korea. Pasti dia juga akan kembali ke korea." ujar jeno dan disetujui oleh member lainnya.

Malam inipun berlalu, haechan tidak bisa memejamkan matanya dengan tenang, bahkan dia tidak tidur sama sekali. Ia takut dengan kejadian ini akan memperburuk reputasi grub yang susah payah mereka bangun.

"Haechan, kau sudah bangun?" tanya jaemin yang baru saja memasuki kamar haechan.

"Aku tidak bisa tidur na." ujar haechan lalu duduk dari tidurnya, jaemin pun duduk ditepi ranjang milik haechan lalu mengusap punggung haechan lembut.

"Jangan khawatir. Semua yang terjadi pada yeji bukan kesalahan mu, yeji melakukan hal itu pasti juga dikarenakan tidak ada keluarga yang peduli padanya ditambah ia masih kecil, pikirannya pasti sangat kacau dan mengambil tindakan seperti itu. Itu bukan salah mu haechan-ah." jaemin memeluk tubuh haechan yang bergetar karena menangis. Ketakutan terbesar nya saat ini adalah jika sesuatu yang buruk terjadi pada grub nya, dan itu adalah kesalahannya.

"Sudah, sebaiknya kau istirahat sebentar, kita pulang pagi ini." ujar jaemin dan haechan kembali menidurkan tubuhnya.

Jaemin kembali ke kamarnya yang sudah ada jeno, jisung, renjun, Chenle dan mark.

"Bagaimana na?" tanya renjun khawatir. Dan mereka terdiam cukup lama. 

"Aku menyuruhnya istirahat, mark hyung, sebaiknya kau temani haechan, jangan biarkan dia sendiri." ujar jaemin dan disetujui oleh mark. Ia kembali kekamarnya lalu melihat haechan yang mulai terlelap.

Mark pun mengambil ponsel haechan lalu menyuruh salah satu kenalannya untuk melacak nomor yang meneror haechan.

Setelah menunggu berkisar 1 jam mark dihubungi oleh kenalannya tersebut.

"Apa? Ponsel sekali pakai?" tanya mark.

'Benar mark, pemilik nomor tersebut tidak bisa dilacak, namun lokasinya tidak terlalu jauh dari hotel yang kalian tempati saat ini.' ujar kenalan mark.

"Bisa kau kirim alamat nya hyung?" tanya mark.

'Oke, aku akan mengirimkannya.'

"Makasih hyung." mark mematikan panggilannya lalu terkejut saat melihat haechan yang ternyata sudah bangun.

"Kau mencari nya hyung?" tanya haechan.

"Hmm." -mark.

"Lalu? Apa ketemu?" tanya haechan lagi.

"Ya, namun aku harus memastikannya terlebih dahulu. Aku akan meminta bantuan dari polisi disini, jadi kita bisa pulang ke korea, bersiaplah, sebentar lagi kita ke bandara. Dan ingat, jangan pernah terima hadiah dari siapapun lagi. Paham?" tegas mark.

"Iya hyung, maaf sudah merepotkan kalian semua." ujar haechan menunduk lesu.

.
.

Karena cukup banyak kendala dan banyak reporter yang menunggu di loby hotel, mereka sedikit kesulitan untuk masuk kedalam mobil menuju bandara. Dan tak jauh beda saat mereka sudah sampai di bandara, banyak reporter dan fans yang sudah menunggu mereka.

"Aduh hyung, bagaimana ini, aku kebelet pipis." ujar chenle pada manajer kim saat mereka masih didalam mobil.

"Apa tidak bisa ditahan sampai di pesawat?" tanya renjun.

"Gabisa hyung. Udah ga kuat." balas chenle.

"Ayo aku temani, kita keluar setelah member lain keluar. Bagaimana? Pasti keadaan sudah sepi." ujar haehan.

"Tidak tidak, haechan tidak boleh kemana-mana." ujar mark.

"Tapi aku juga kebelet hyung." ujar haechan.

"Astaga. Sudah sudah, haechan chenle dan aku akan ketoilet, kalian turunlah dulu agar aku bisa memastikan keadaan cukup sepi." ujar manajer kim lalu mengajak dua orang bodyguard juga bersama mereka.

Benar saja, para wartawan dan fans dengan segera mengikuti member lain yang masuk kedalam bandara. Sedangkan haechan, Chenle dan manajer kim turun disaat keadaan sudah sepi.

"Ayo lari." ujar manajer kim lalu mereka berlari mencari toilet terdekat.

.
.

"Hahh, lega juga." ujar chenle keluar dari bilik kamar mandi.

"Jangan senang dulu, perjalanan kita masih panjang." ujar manajer kim.

"Haechan apa masih lama?" tanya manajer kim.

"Iya sebentar." ujar haechan dari dalam bilik kamar mandi. Lalu iapun keluar dari kamar mandi tersebut, dan mereka mengendap" keluar dari kamar mandi takut ketahuan oleh paparazi.

"Ayo lari lagi." ujar manajer kim saat dirasa sudah aman.

"Sebentar, handphone ku ketinggalan." ujar haechan.

"Ais, sebentar, tunggu disini. Tidak lama." haechan pun kembali ke toilet yang cukup sepi beruntung dia memakai topi dan masker jadi tidak ada yang mengenalinya.

"Bisa-bisanya ponsel ku tertinggal." gerutu haechan saat masuk kedalam toilet dan benar saja handphonenya ada diwastafel.

Brak....

Terdengar suara pintu kamar mandi tertutup haechan pun melihat siapa kira-kira yang masuk kedalam kamar mandi.

"Kebetulan sekali Lee Donghyuck."

.
.
.
.

panjang bener jadinya anjir #obsesi_je

OBSESI / HAECHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang