CHAPTHER 2: TERLALU KECIL TERLALU TIDAK BERDAYA

434 29 0
                                    

CHAPTER 2

TERLALU KECIL TERLALU TIDAK BERDAYA

            "Kau  seharusnya tidak boleh seperti itu pada wanita," kataku pada namja bertubuh lebih tinggi dariku yang sekarang hanya tertawa terbahak- bahak sembari terduduk disebelah kursi setir.

"hyung! hyung! kau lihat mukanya tadi? Seperti buah tomat yang akan meletus hahaha siapa suruh dia berani sekali ceplas- ceplos padaku," bukannya mendengarkan perkataan orang yang lebih tua, Sehun justru semakin puas dengan tawanya.

"Hey! Dengarkan aku, tidak baik kau memperlakukan wanita seperti tadi. Jangan pernah kau ulangi hal itu lagi. Apalagi sampai didepanku," aku meninggikan suaraku seperti memberi peringatan.

"hyung, mengapa kau selalu menjadi serius seperti ini sih kalau membahas tentang wanita?"

Karena wanita- wanita disekitarku selalu terluka dan aku tidak sanggup melihat ada yang tersakiti lagi.

"Suho! Suho! Dengarkan eomma, sayang! Semua akan baik- baik saja, jangan menangis!" bagaimana kau bisa berkata seperti itu bahkan ketika air matamu berlinang lebih dariku.

Tiba- tiba 3 orang berpakaian putih menarik yeoja bertubuh kurus itu kedalam sebuah ruangan putih yang lebih kelam dari pada ruangan berwarna hitam.

Jangan sakiti dia, tidak boleh ada yang menyakiti dia.

Kaki kecilku berlari menghampiri ketiga pria bertubuh besar itu, berusaha berlagak seperti pahlawan dan memukuli mereka tanpa henti. Tangan- tangan kecilku bagaikan gigitan semut dikulit mereka, tidak akan terasa sama sekali, sia sia saja.

Aku mencari pertolongan pada ksatria yang berdiri tegap seakan menunggu perintah dari kaisar. Tubuhnya kokoh bak patung dari marmer terbaik di dunia. Sungguh indah. Aku akan memberi tugas padanya,"Appa! Lepaskan eomma, tolong! Aku tidak akan nakal lagi, aku janji. Aku mohon."

Apakah seorang ksatria sudah kehilangan telinganya ketika berperang? Suara rakyat jelata meminta pertolonganpun tidak terdengar olehnya bahkan desisnya sekalipun. Jika seorang ksatria tidak bisa mendengar lalu pada siapakah aku harus meminta pertolongan?

"Kau! Kau! Kumohon lepaskan eommaku! Kau boleh memiliki appaku bahkan kau boleh memiliki kamarku, jangan ganggu eommaku," merengeklah aku pada seorang wanita yang lebih kejam dari Lucifer, wanita yang tidak pantas disebut sebagai wanita.

Tidak ada seorangpun mendengarkan rengekanku, maka aku akan berusaha sendiri. Aku berlari dan membuka pintu besi penghalang ruang putih dan ruang bebas. Tertangkaplah oleh mata seorang yeoja yang berusaha melepaskan diri dari ketiga pria tersebut.

"SUHO!" panggilnya sambil memelukku setelah terlepas dari cengkraman mereka. "kau anak laki- lakiku yang hebat, bertumbuhlah jadi pria yang lebih hebat, kuat, dan penuh kasih. Maafkan eomma, sayang! Jaga Suha baik- baik, eomma menyayangi kalian."

***

Tiba- tiba aku terbangun diruangan biru yang kukenali sebagai kamarku. Sempat bersyukurlah aku bahwa tadi hanyalah sebuah mimpi. Sunggu mimpi yang menyeramkan. Aku berlari kecil menuju ke jendela yang membingkai langit malam untuk mengisi udara pada paru- paruku yang mungkin sudah kosong.

Di halaman depan rumah yang sangat luas terlihat appa sedang berbicara dengan sepasang yang sepertinya suami- istri dengan seorang anak perempuan seumuran denganku berdiri diantara mereka. Appa tidak berdiri sendirian disitu, ada sekretarisnya — wanita yang sangat aku benci — berdiri disebelahnya. Mereka mungkin tamu appa.

Aku merasa lapar setelah mimpi buruk tadi, aku pun mencari eomma. "eomma, eomma, eomma, dimana?" teriakku menyusuri setiap pelosok rumah yang membuatku hampir kelelahan. Di kamar? Tidak ada. Di dapur? Tidak ada. Di ruang bermain? Tidak ada. Bahkan ditempat favoritnya — perpustakan — juga tidak ada.

Seketika sekujur tubuhku merinding membeku.

Kepalaku mendadak sakit seperti dilempar batu besar. Seketika aku berlari dalam kepanikan mencoba mencari penjelasan pada appa. Secepat yang aku bisa, aku berlari menuju halaman depan.

Appa baru selesai bersalaman dengan tamunya dan keluarga itu memasuki mobil mereka. Semakin aku mendekat ke tempat dimana interaksi itu terjadi semakin aku merasa ada hal mengganjal terjadi. Sesosok perempuan yang sangat aku kenal berada didalam mobil itu. Mau kemana dia pergi?

Laju jalanku semakin cepat bahkan setengah berlari seiring bunyi mobil yang kian menderu. Mau kemana dia pergi? Siapa mereka? Apa sebenarnya yang terjadi?

"Suha! Suha! Suha!"

Mendengar panggilanku perempuan itu membuka jendela mobil dan memanggilku dengan begitu lirih dengan deras air mata di pipi mudanya.

"Suho! Suho oppa! Suho oppa! Jangan biarkan aku pergi!"

Mobil melaju  lebih cepat melebihi kecepatan kaki kecilku ini. Memandangi punggung mobil yang kian menghilang dimakan malam yang kelam. Membiarkan setengah dari diriku pergi yang entah kemana akan menepi. Suhaa, panggilku ditengah tangis berharap  seseorang yang memiliki nama itu akan menepuk pundakku dan berkata,'apa yang kau lakukan disini, oppa? Diluar sangat dingin.'

Aku tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Aku harus mencari seseorang yang tahu jawaban akan pertanyaanku . "Appa! Appa! Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Suha pergi?" tanyaku pada laki- laki itu.

"Bukan urusanmu, kau masuk kamar sudah malam," tegasnya.

"Kau kejam, kau bukan appa-ku!" marahku sambil memukuli appa dengan tangan kecil ini.

"Yuri! Yuri! Bawa Suho ke kamarnya dan pastikan dia tertidur," panggilnya pada seorang wanita muda yang sudah biasa menjagaku dan Suha sedari kecil.

"Baik, tuan," sungguh penurutlah dia dan dengan segera membawaku pergi ke kamarku dan menenangkanku dalam pelukkannya.

"Suho, kau harus kuat. Jangan menangis. Eommamu pasti tidak suka melihatmu  menangis, Suha juga pasti ingin memiliki oppa yang kuat. Yuri akan ada disini untukmu, kau harus berani."

Teringatlah aku sekarang, bahwa semua yang terjadi di hari ini adalah nyata adanya. Terlalu nyata sampai pikirku tak sanggup untuk menerimanya sebagai kenyataan.


"HYUNG!" sesuatu menampar kepalaku."Hey! tidak bisa kau menyetir tanpa melamun? Kau hampir membuat hidupku menjadi pendek." Ternyata sedari tadi aku menyetir sambil melamun. Entah sudah berapa lama aku menyetir dalam keadaan melamun, pastinya tidak akan lebih lama dari rasa sakit ini.


annyeong, readers! ini chapter duanya. jadi waktu kecil, suho itu sempet kehilangan ade perempuannya. ceritanya masih berlanjut loh. dibaca terus ya. Don't forget to tell your friends to read it hehe and please click 'star' button to vote me and please write a comment. gamsahamnida :)

UNTOLD STORY ( EXO Sehun Suho Baekhyun )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang