4

1.7K 130 1
                                    

Happy reading♡

Saat ini Hanan sedang melamun dikelasnya. Dia masih saja memikirkan dirinya yang mempunyai rahim. Hingga sebuah tepukan dibahunya membuat dia tersadar dari lamunannya.

"Oy, napa lu Han? Ngelamun" ucap Arta sembari meletakan tasnya dikursi dan duduk.

"Ar, percaya gak kalo cowo bisa hamil?"

"Ya gaklah, ada ada aja"

"Hmm"

"Emang kenapa Han, tumben nanya perihal yang gak biasa"

"Emm gakpapa, lupain"

"Oh iya lu hutang cerita ke gue"

"Cerita apaan?"

"Itu kan kemarin lu sakit, gara gara apa? Lu harus cerita ke gue, titik"

"Hah.. iya iya, pulang sekolah mampir ke caffe nanti aku ceritain"

"Oke!"

• • •

Seperti kata Hanan. Hanan dan Arta sepulang sekolah mampir ke caffe dan ngobrol disana. Hanan memesan 2 porsi makanan dan minuman untuknya dan Arta dari pelayan.

"Han, ayo dong cerita" ujar Arta tak sabaran setelah pelayan pergi.

"Iya, hmm jadi gini.."

Arta memasang wajah serius lalu menyiapkan telinganya untuk mendengarkan.

"Nungguin ya?"

Seketika wajah Arta merengut kesal "Heh, gue udah siap dengerin Han, cepetan cerita! Gue udah kepo banget!"

"Iya iya, haha. Hmm gini.."

Hanan menceritakan semuanya dari awal hingga akhir secara detail. Mulai dari dia yang dijodohkan oleh ayahnya dengan seorang laki laki, alasannya juga dan tentang dirinya yang memiliki rahim. Arta menganga tak percaya, dia juga merasa kasihan pada sahabatnya itu.

"Yang sabar ya Han, terus gimana keputusan lu? Apa lu mau nikah sama anak dari teman ayah lu itu?"

"Gak tau Ar, aku masih pikir pikir. Menurut kamu gimana?"

"Maaf Han, Ini kan masalah lu, yang menyangkut masa depan lu jadi yang harus mutusin tuh elu sendiri, takutnya gue salah ambil keputusan buat lu. Tapi saran gue ikuti kata hati lu Han, yakin sama diri lu sendiri."

"Hmm gitu ya, yaudah deh" ucap Hanan lesu

"Eh gue masih gak percaya loh, lu punya rahim yang cuma ada dicewe"

"Hmm"

"Pantesan ya body lu kek cewe, kecuali dadanya sih, rata"

Mendengar ucapan Arta yang terkesan mengejek Hanan mendelik kesal "Ya iyalah rata, aku kan cowo!"

Arta terkikik geli. "Gak usah marah kali, makin kek cewe aja"

"Suka suka akulah!"

Percakapan mereka terhenti ketika seorang pelayan menghampiri mereka membawa makanan yang mereka pesan.

"Tuh makan"

Hanan hanya diam dan makan.

"Makanannya gue yang bayar deh"

"Beneran?!" Sahut Hanan senang.

"Iya"

"Yey!"

"Yee, ada yang traktir muka langaung berubah"

"Hehe, lumayan, hemat uang jajan" Hanan menyengir, memperlihatkan deretan giginya yang rapi. Walaupun Hanan terlahir dikeluarga yang berada, namun dia pribadi yang hemat, dia selalu menggunakan uang seperlunya, jika lebih kadang dia tabung. Hal itu sudah bundanya ajarkan padanya sejak kecil.

"Ar, aku nambah gakpapa kan?"

"Iya Han gakpapa"

Arta tak masalah uangnya habis digunakan untuk membayar makanan Hanan. Dia malah senang, setidaknya dia bisa menghibur Hanan dan melupakan masalahnya sejenak.

Waktu menunjukan pukul setengah empat. Hanan dan Arta beranjak pulang. Arta mengantarkan Hanan pulang ke rumahnya.

"Arta, makasih ya untuk hari ini, udah dengerin aku curhat masalahku"

"Iya Han. Eh tapi bukannya gue yang nagih cerita ke elu ya?"

Hanan terkekeh pelan. "Iya sih.. tapi tetap aja, kamu yang dengerin aku curhat kan. Aku jadi sedikit lega"

"Iya Han, seneng bisa bantu"

Hanan tersenyum senang. Dia bersyukur memiliki teman sebaik Arta.

"Yaudah gue pulang ya Han"

"Iya Ar. Hati hati, jangan ngebut"

"Siap!"

Arta pun melajukan motornya menuju rumahnya. Setelah melihat punggung Arta menjauh, Hanan langsung masuk ke rumah dan disambut bundanya.

"Aku pulang~!"

"Darimana kamu, tumben pulangnya sore banget, ada eskul?"

"Gak bun, tadi aku mampir ke caffe sama Arta"

"Ooh, kamu udah makan?"

"Udah dong bun, di caffe tadi"

"Hmm yasudah, mandi gih terus istirahat"

"Iya bun"

"Eh sebentar Han"

"Ada apa lagi bun?"

"Kamu gak dipaksa nyetujuin perjodohan itu lagi kan?"

"Gak kok bun, ayah bilang terserah Hanan aja mau apa gak"

"Terus Hanan mau?"

"Umm masih Hanan pikirin bun"

"Ooh, pikirin baik baik ya Hanan, apapun keputusannya ayah bunda terima kok"

"Iya bun, yaudah Hanan ke kamar dulu"

"Iya nak"

Hanan pun lanjut jalan ke kamarnya yang terletak di lantai satu. Setelah masuk ke kamarnya Hanan langsung merebahkan kasar tubuhnya.

"Hah.. aku harus secepatnya buat keputusan"

• • •

Malam harinya, Hanan pergi ke meja makan untuk makan malam bersama keluarganya. Hanya ada suara dentingan piring dan sendok yang terdengar. Hingga suara Haris membuat Hanan menengok ke arahnya.

"Hanan, bagaimana keputusanmu"

"Beri aku waktu lagi ayah, aku masih bingung"

"Baiklah, ayah akan beri waktu sampai lusa. Kalau kamu setuju maka malamnya kita dinner bersama teman ayah dan putranya, kalau tidak ya sudah ayah akan memberitahu teman ayah waktu pergi ke kantor"

"Lusa?"

"Iya Hanan, tidak masalah kan?"

"Tentu ayah"

Haris hanya tersenyum. Sedangkan Hanan bingung, dia masih tidak bisa memutuskan.

Hai, i'm back. Maafna baru up
Jangan lupa vote and coment🤗.

Married a ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang