Chapter III

15 3 0
                                    

Selama beberapa hari ini aku perhatikan, ternyata Gibran orangnya gampang banget buat deketin orang lain. Bahkan dia sudah mendapatkan teman dari kelas sebelah. Setiap jam istirahat kadang mereka di kantin atau dikelas mabar main ml.

Karena lumayan jenuh, aku akhirnya menonton sebuah drama korea, tiba tiba dia datang dan berkata seraya tertawa, "Plastik kok di tonton?"

Serius deh, diriku saat ini sedang menahan emosi untuk tidak marah marah. Derita pencinta Korea emang gitu. Ada aja yang bikin marah.

"Terserah aku dong! Emangnya kamu siapa? Ngatur ngatur hobi orang!"

"Gitu aja marah, gak asik banget Millie mah.''

Ini rada gimana ya, mau marah tapi dia memanggil namaku. Milllie ingat dia itu sedang mengejek loh! Masa kamu diemin aja.

Sebenarnya aku udah mengadu ke Luna tapi Luna gak terlalu peduli karena udah capek juga menanggapi para antis seperti itu. "Udah deh, jangan terlalu di ladeni," jawab Luna sambil menepuk punggungku.

Suasana kelas cukup hening karena kami melihat ibu guru yang sedang berjalan kearah kelas sambil membawa buku yang menumpuk. Sepertinya itu adalah buku biodata yang hari sabtu kami kumpulkan.

"Assalamualaikum, ini kelas sepi banget ya?" Ibu itu datang dan langsung menuju tempat duduk. Sekarang sedang belajar PPKN dan gurunya lumayann galak.

"Gak bu, kelas ini rame kok seperti di pasar. Tapi ibu aja yang tiba tiba datang jadi sepi."

Coba tebak siapa yang ngomong? Omongannya bener banget sih. Yang ngomong adalah Harun temannya Gibran. Emang cocok deh mereka berdua. Sama sama kalau ngomong jadi pengen nyumpel mulutnya pakai sambal.

"Oh, jadi ibu yang salah ini?" Ibu membalasnya sambil tertawa. Mau ketawa juga tapi takut.

"Karena kemarin cuma kenalan, jadi hari ini ibu mau mengulik lagi tentang kalian ya. Ibu udah baca biodata kalian tapi ibu rasa masih banyak yang bingung untuk mengisi cita cita jadi di kosongin aja," ibu mengatakannya sambil mengambil buku.

"Yang disini namanya Gibran Kemal Alfreyza angkat tangan." Gibran mengangkat tangannya dengan tinggi.

"Oke Gibran, coba sebutin cita cita kamu? Dan kenapa kamu milih itu?"

"Cita cita saya jadi pengusaha bu, karena banyak uang dan bisa memperbaiki perekonomian di Indonesia dengan cara memperkejakan orang orang yang ingin bekerja," Gibran dengan percaya dirinya berkata seperti itu.

Terkadang, Gibran itu seperti orang yang pintar dan juga kebalikannya. Tapi mau gimana pun Gibran, dia udah mengacak hatiku.

"Cita cita kamu keren ya Gibran, tapi kenapa disini gak kamu tulis?"

"Saya mager bu," jawabnya dengan santai. Kan, baru aja dibilang pintar, malah kayak gini lagi. Ampun deh Gibran.

💐🌷💗

sorry banget gak update dikarenakan baru abis ujian dann lagi gak mood banget soalnya matahari lagi deket sama planet lain ㅠㅠ

HI, IT'S YOUR NEPTUNE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang