Epilog

145 22 3
                                    

Enam bulan kemudian...

 

 

 

Kini semuanya telah berubah...

Ciptakan masa lalu...

Ukirkan kenangan...

Kau yang mencintaiku, kini tertinggal di masa laluku...

Dan kau akan selalu, dan tetap di sana...

Bukan salahmu yang tak mampu hentikan waktu untukku...

Hanya aku yang harus terus berjalan tanpamu...

Aku mencintaimu...

Tisha berhasil membacakan puisi karyanya sendiri —yang dibantu Arka— di depan makam Arya. Ia tersenyum. Hari ini adalah bertepatan dengan satu tahun kepergian Arya. Dan perlahan Tisha mulai dapat menerimanya. Menerima segala kenyataan itu. Kenyataan bahwa Arya memang tak akan pernah ada di masa depannya, ia hanya berada di masa lalunya. Karena kini masa depannya adalah Arka.

Ya, Arka. Perlahan, mereka saling membantu untuk keluar dan sembuh dari segala luka itu. Arka yang menarik Tisha keluar dari masa lalunya. Masa lalu bukan untuk di jalani, tapi cukup untuk di kenang.. Begitu katanya. Dan Tisha yang perlahan membalut luka Arka yang telah lama menganga. Membantunya untuk memulainya dari awal. Bersama menemukan kebahagian yang hampir delapan belas tahun tak dapat dirasakannya.

"Terima kasih untuk malaikat pelindung yang kau bawa bersamamu..." ujar Tisha lembut. Ia kembali tersenyum.

"Ya, hampir delapan belas tahun aku mencoba mencari jawaban dari pertanyaan kenapa aku harus bersaudara kembar denganmu, dan sekarang aku tahu jawaban itu." Ujar Arka. Ia tersenyum kecil menatap batu nisan Arya.

"Dan jawabannya?" tanya Tisha jail. Ia menatap Arka, mencoba menerka apa reaksi yang di berikannya.

"Tentu saja untuk menggantikannya menjagamu. Kuda putih yang hampir delapan belas tahun ini menemani sang Pangeran, dan di saat Pangeran tiada, pengabdianku tentu saja untuk menjaga sang tuan Puteri." Ujarnya. Ia menatap Tisha sedikit kesal karena masih saja menanyakan jawaban dari pertanyaan itu.

Tisha tertawa kecil. Di tatapnya Arka dengan pandangan lucu.  Arka hanya balas menatap Tisha lekat-lekat. Bukan dengan tatapan dingin, atau tatapan penuh luka seperti dahulu. Kini tatapannya penuh cinta dan kebahagiaan. Akhirnya ia bisa menemukan sebuah alasan yang membuatnya bertahan di dunia ini.

Ia mengambil tangan Tisha. Menggenggamnya erat. Tangan yang semula dibayangkan Arka tak akan pernah dapat diraihnya bahkan menggenggamnya seperti sekarang.

"Bukan hanya aku yang akan ada di sisi kamu dan menjaga kamu, tapi Arya juga Sha. We're with you..." ujarnya lembut. Arka tersenyum.

Samar-samar Tisha mendengar bukan hanya ada suara Arka, tapi ia juga mendengar suara Arya. Dan samar-samar pula ia dapat melihat kehadiran Arya di hadapannya, berdampingan dengan Arka. Dan tersenyum senang. Entah ini hanya sebuah halusinasinya atau bukan. Tapi ia juga yakin memang bukan Arka saja yang akan di sisinya dan menjaganya. Tetapi Arya juga.

Tisha membalas senyuman Arka. Di tatapnya hangat cowok itu, ia mengangguk pelan dan memberikan senyum manisnya.

~THE END~ 

Maaf kalau typo bertebaran dimana-mana... maaf juga kalau pemilihan kata-katanya buruk dan berantakan.. maaf puisinya ngga jelas banget wkwk maaf banget. Yang berkenan mohon vote nyaa :D dan yang mau nge kritik atau ngasih saran, sangat ditunggu di kolom komentar :D makasiiih yang udah mau baca atau yang cuman sekedar ngeliat... :D pokoknya MAKASIIIHH :D

We're with YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang