A/N:
It's been 3 weeks since MLN ended, I don't know how many are still waiting for this work to be updated...
But for those who still, this is for you guys.... ^^;
***
Di Sanpo, hari-hari memang biasanya berjalan lambat.
Tapi belakangan, Ja-Gyeong merasa hari berjalan luar biasa lambat.
Ada waktu-waktu yang menyenangkan tentu saja, ketika Pak Yeom dan dia bekerja keras sehingga Ja-Gyeong tak perlu memikirkan apa-apa.
Dia hanya perlu mengikuti arahan Pak Yeom saja--membongkar dapur lalu memasang ulang furnitur, menaikkan dan menurunkan barang dari pikap, menyetir berjam-jam ke tempat pelanggan atau menggergaji papan-papan kayu.
Tapi sayangnya, manusia tidak bisa bekerja 24 jam sehari.
Bahkan siang hari, ada masa ketika Pak Yeom harus istirahat, dan Gu Ja-Gyeong memilih duduk di ambang pintu bengkel furnitur, menjemur dirinya di bawah matahari, mendengarkan suara tonggeret berderik-derik.
Malamnya, lebih parah lagi.
Tanpa ada Pak Yeom yang memberi instruksi, tanpa pekerjaan di bengkel, Ja-Gyeong jadi harus memutuskan sendiri apa yang harus dia lakukan dengan waktunya.
Apakah dia harus menuang sojunya sekarang, begitu gelasnya kosong?
Apakah dia harus menuang sojunya nanti, menjelang dia meneguknya saja?Haruskah dia membeli soju ke minimarket dekat stasiun pukul sembilan malam?
Atau haruskah dia membeli soju pukul sepuluh malam?Satu lagi hal yang paling menyiksa Ja-Gyeong kala dia tak punya hal untuk dilakukan; dia jadi sangat awas akan segala yang terjadi di sekitarnya. Tak ada detail yang luput dari perhatian Ja-Gyeong, bahkan meski dia sudah mati-matian membuat dirinya mabuk.
Ja-Gyeong masih bisa melihat kalau sinar matahari sedikit bergeser, sehingga rembang senja kini terlihat di sisi bukit, bukan di belakangnya lagi.
Ja-Gyeong juga bisa mendengar bagaimana tonggeret terdengar makin banyak dan makin nyaring di puncak musim panas seperti sekarang.
Ja-Gyeong bisa merasakan bagaimana angin makin sering berhembus dan dinginnya malam makin terasa menggigit.
Dan, Ja-Gyeong juga jadi bisa menyadari bagaimana Mi-Jeong tidak pernah lagi pulang ke rumah seperti biasanya.
Kadang saat malam menjelang Ja-Gyeong duduk di balai-balai depan rumahnya, dia melihat Kakak Beradik Yeom, Gi-Jeong dan Chang-hee berjalan bersisian.
Tapi tidak ada Mi-Jeong.
Sudah berhari-hari sejak pembicaraan mereka kala itu... Ja-Gyeong hanya menghindari Mi-Jeong satu malam, tapi Mi-Jeong membalasnya dengan sadis dan tanpa ampun.
Sudah berhari-hari, dan Gu Ja-Gyeong tak pernah lagi melihat Mi-Jeong.
Tak pernah melihat gadis itu berangkat, tak pernah melihatnya pulang, dan tak pernah melihatnya kala Ja-Gyeong ikut bergabung di makan malam keluarga Yeom.
Di Sanpo yang sekecil ini, di tempat di mana waktu berjalan lambat, di tempat yang populasi tonggeretnya lebih banyak dari manusia, entah bagaimana, Mi-Jeong berhasil menghindarinya....
Dan setelah berhari-hari tak melihat Mi-Jeong, ada sesuatu di hati Ja-Gyeong, yang rasanya seperti sedikit mengkerut dan layu.
Sesuatu yang mirip seperti perasaan takut.... bercampur rindu.
***
Belakangan, Ja-Gyeong menyadari kalau Mi-Jeong baru pulang ke rumah pukul dua belas malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sanpo Journal
Fanfiction- My Liberation Notes' scene, but in Gu Ja-Gyeong's POV - Adegan My Liberation Notes dalam sudut pandang Gu Ja-Gyeong