Blurb
'Sweet seventeen', setiap remaja menantikannya bukan? Entah apa yang mereka dapatkan dari selebrasi ini, hanya saja mereka terkadang merasa tak sabaran menantikannya. Hmm... penantian?
Kisah romansa remaja? Terlihat begitu menggairahkan seper...
Abu-abu, terlalu gelap untuk menjadi terang dan terlalu terang untuk menjadi gelap.
****
Usnisha Vasant, salah satu pemilik warna kelabu yang hari ini ditemukan di dalam sebuah ruang dengan lampu kemuning yang berpendar melindungi seorang gadis dari kelamnya malam. Balutan jaket berwarna biru yang membungkusnya menjaganya dari semilir angin malam yang menusuk.
Pria berparas lembut itu berdiri di sana, memperhatikan setiap goresan kasar dan halus gadis itu dari jendela besar bangunan. Gadis itu tak pernah menyadari tatapan teduh yang setelah sekian malam memperhatikannya, seolah terhanyut dalam fantasi yang ia lukiskan pada tembok dingin.
Seperti biasa, setelah berdiri untuk beberapa saat dengan bertemankan dingin dan sepi, pria itu lantas pergi dengan pertanyaan dalam benaknya.
'Api membentuk pedang, es memperkokoh, gesekan dan benturan mempertajamnya, setelah itu ke mana kah mata pedang mengarah?'
****
Masih dengan jendela besar bangunan yang menampilkan hampir keseluruhan ruangan, yang berbeda adalah suasananya. Tak ada hakikat dingin sesungguhnya di dalam sana, hanya susunan rapi meja, kursi, makanan dan minuman yang tersaji di atasnya, serta manusia yang bersama dengan hajatnya. Ada yang memesan makanan agar menjadi pengiring obrolan hangat kawan lama, atau mungkin kekasih, ada pula pelajar dengan layar tipis di hadapannya yang menjadi fokus utamanya.
Javaskara Kenzie yang tak pernah absen untuk duduk di salah satu meja pojok ruangan bersama tas penuh dengan buku tebal, beberapa buku di hadapannya, dan pena yang tersemat di sela jarinya. Tak absen pula menu yang sama berupa roti isi keju tebal dan kopi susu dengan kadar susu lebih banyak daripada kopi. Begitu pula ekspresi yang tak berbeda dari hari sebelumnya, wajah yang tak sedang menikmati, tidak pula sebaliknya. Eksistensinya di pojok ruangan tak pernah dihiraukan oleh siapa pun yang duduk nyaman dalam ruangan itu.
Sang pemilik kelabu lainnya juga hadir di sana, berbeda dengan Ken, Janu Kairav adalah pemilik senyum paling manis di sana, siapa pun yang mengunjungi cafe itu setuju dengan hal ini, tapi tidak dengan pandangan pria bermata teduh yang memandangnya dari kejauhan, senyumnya terlihat sangat hambar dan mengganjal ketika dipandangnya, sangat tidak nyaman. Janu terlihat sangat gesit mengantarkan pesanan yang telah siap disajikan ke atas meja sang pelanggan, tak lupa dengan sudut bibirnya yang terangkat sempurna, begitu ramah melayani. Satu dua pelanggan menyapanya, pelanggan yang telah sering mengunjungi cafe itu tentu telah merasa akrab dengan kehadiran Janu bersama dengan kehangatan semunya yang tak akan pernah disadari.
Radithya, pria bermata teduh dan Farraz, si pemilik wajah dengan serinya. Seperti biasa, berdiri di depan bingkai jendela besar yang menampilkan segala gerak gerik benda atau pun manusia di dalamnya. Tak ada percakapan yang terucap dari kedua bibir itu, hanya sunyi di tengah ramai, lantas berlalu bersama pertanyaan yang sama.
'Apakah mata pedang yang kini telah terarah menjadi keputusan yang bijak?
Jika tidak, apakah keadilan akan berpihak?'
****
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
'Aku sangat suka warna, karena aku tak akan pernah memilikinya, seperti halnya dunia fantasi.'
_Usnisha Vasant
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
'Tak peduli seberapa lelah aku memasang topeng, aku hanya mencoba bertahan dengan itu.'
_Janu Kairav
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
'Bukan tentang kenapa dan mengapa, aku hanya kehilangan diriku sendiri.'
_Javaskara Kenzie
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
'Bukankah egois jika kita memilih tak peduli ketika tuhan menciptakan semesta untuk berbagi.'
_Radithya Syam
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
'Jangan dipersulit, jika kamu adalah biru tujukanlah, jika kamu rindu temuilah.'