Wajah Jihae yang tadinya berseri-seri langsung berubah menjadi jengkel melihat tempat tujuan mereka. Bibirnya berkedut-kedut dan menatap Baekhyun tak percaya, sedangkan yang ditatap malah tersenyum bodoh selagi memarkirkan mobilnya."Kau serius?"
Baekhyun menoleh, "Apa?"
Kini Jihae ditimbun oleh emosinya yang sudah mendidih, ditambah dengan wajah polos Baekhyun yang ingin sekali ia tendang ke Sungai Han.
"Ini masih sore dan kau membawaku ke club striptease?!"
·····
"Maaf noona, tadi itu hanya bercanda." Baekhyun terkekeh dan segera menyodorkan eskrim vanilla ke depan wajah Jihae yang cemberut.
Jihae mendengus dan mengambil cepat eskrim vanilla dari tangan Baekhyun lalu melahapnya. "Bercandamu berlebihan!"
"Oke oke, yang penting kita tidak singgah kesana lagi 'kan?" Ucap Baekhyun lalu mengambil tempat disamping Jihae.
Setelah kena omel habis-habisan oleh Jihae, Baekhyun langsung tancap gas dan membawa mereka ke taman kota yang pernah ia kunjungi bersama Ayahnya dulu. Suasana sore ini sangat sejuk dan hati Jihae agak luluh karenanya.
"Nah, jadi beritahu aku."
Jihae menatap Baekhyun penuh tanya. "Beritahu apa?"
"Kenapa kau bisa bekerja di bar ibuku? Setahuku, bar milik ibuku itu hanya diketahui oleh orang-orang tertentu saja, bukan bermaksud sombong, kau tahu." Baekhyun menggidikkan bahunya tak yakin dengan ucapannya.
"Ah, itu." Jihae menjilat eskrimnya pelan, "teman seangkatanku yang menyarankannya."
"Benarkah? Siapa namanya?" Tanya Baekhyun.
"Jung Ahra, kau kenal? Dulu dia bekerja di sana juga."
"Ahra noona?! Wah, kau temannya?"
Jihae mengernyit mendengar Baekhyun mengucapkan nama Ahra dengan embel-embel noona. Apa mereka saling kenal satu sama lain? Ah dasar idiot. Sudah pasti Baekhyun mengenalnya, Ahra pernah menjadi pekerja disana dan dia masih ingat betul perkataan Baekhyun yang mengatakan dirinya memeriksa semua data pekerja ibunya.
"Kau kenal dekat dengannya, ya?" Tanya Jihae dengan wajah tak berminat.
"Tentu saja," Baekhyun mengangguk antusias, "diakan mantannya Sehun."
Jihae segera tersedak eskrimnya dan memukul-mukul dadanya pelan. Baekhyun yang kaget segera memberinya tisu dan mengusap punggung Jihae dengan wajah heran. Dia baru tahu ternyata di balik wajah kekanakan itu, sikap Jihae agak meledak-ledak.
"Makan itu pelan-pelan! Eish, kau ini." Kata Baekhyun sambil menggelengkan kepalanya.
"T-tunggu dulu, apa tadi kau bilang?" Jihae mengerjapkan matanya cepat dan matanya memyipit menatap Baekhyun, "Ahra mantannya Sehun?!"
"Iya. Kenapa kau histeris sekali sih, noona?"
Jihae menggeleng kaku lalu menggaruk pipinya bingung. "B-bukan begitu, aduh, kenapa dunia ini sempit sekali sih," lalu Jihae memijat kepalanya yang entah kenapa menjadi pusing.
Jihae tidak sedang bertanya, melainkan mengeluh pasrah karena sepertinya orang-orang yang dikenalnya memiliki ikatan tertentu antara satu sama lain. Baekhyun yang melihat wajah frustasi Jihae hanya tersenyum geli lalu beranjak dari duduknya.
"Ayo kita pulang, bukankah nanti sore kau bekerja?"
Jihae hanya mengangguk mengiyakan lalu mengekori Baekhyun yang berjalan tak jauh di depannya.