Betrayal

3 1 0
                                    

Sang raja melihatnya dari belakang, menatapnya tanpa berkedip sedikit pun. Mencerna apa yang sebenarnya terjadi sesampainya di ruang takhta. “Apa... Yang baru saja kau lakukan...” Sang raja melangkah maju dengan langkah lebar. “PADA MEREKA?!” Ia murka.

Silver melepaskan kepala yang ia pegang, membiarkannya menggelinding di lantai yang terlukis bercak-bercak merah. Cairan merah tua itu masih menyebar, mengalir... Membuat cabang-cabang tak bermakna.

Silver menoleh melewati pundaknya, matanya melihat kebawah. “Apa anda memiliki urusan di sini? Yang Mulia.”

Ia berbalik, melihat kebawah, ke wajah penuh amarah sang raja. Silver tersenyum lembut. “Dilihat dari cepatnya anda kembali ke istana, hampir seluruh prajurit kerajaan termasuk anjing kesayanganmu mati bukan?” Silver menyeringai gila, ia lalu tertawa hingga tubuhnya sedikit terbungkuk kedepan.

Sang raja menggertakkan giginya. Ia melangkah maju mengabaikan mayat-mayat yang bergelimpangan di sekelilingnya. Langkah kakinya menggema, tangannya terangkat, meraih gadis di depannya.

Jangan menyentuhku...” Suara dingin terdengar.

Crack

Ujung jarinya hancur, padahal menyentuh ujung gaunnya sedikit pun tidak. Seolah-olah ada dinding tak kasat mata yang melindungi gadis ini.

“ARGHH!!” Rasa sakit dari unjung jarinya menyebar hingga keseluruh tubuhnya. Sambil memegangi tangannya, ia mundur. “Apa ini balasanmu atas semua kebaikan yang kami berikan saat kamu sekarat dan tidak dapat melakukan apapun?! Cepat suruh peliharaan menjijikanmu itu untuk menghentikan mereka. Kau harusnya meminta maaf atas seluruh perbuatanmu, monster jalang!”

Silver bergeming. “Meminta maaf? Monter jalang? Heh...” Mengejek, Ia mendongak.

“Kalian memanggilku monster, jalang atau apapun itu... aku akan menerimanya.” Menghadap sang raja yang memandangnya dengan kebencian dan amarah, Silver meraih selembar kain tipis yang membuat wajahnya samar, ia menatap sang raja dengan pandangan kosong.

Ketika Silver menarik kain yang menutupi wajahnya, seketika itu juga sang raja menahan nafas saat melihat wajah menawan dihadapannya.

Ia tersenyum lembut dengan rambut putih yang terwarnai oleh darah yang masih menetes, titik-titik merah di wajahnya tidak mengurangi kecantikan wajahnya, bibirnya benar-benar pucat, gaun putih bersih yang seharusnya menawan banyak pria itu robek... dan tercampur oleh warna lain di bagian bawahnya. Yang membuat dia terpaku bukanlah penampilan Silver yang ekstrem... Tapi mata dan nada yang ia gunakan. Matanya silver, seperti namanya. Tapi terasa hampa dan kosong. Walaupun menyeramkan, tetapi tetap menawan... bagi siapapun yang menatapnya. Dan nada yang ia gunakan, seakan-akan semua kalimat yang kalian katakan padanya tidak bernilai untuk sekedar ia dengar.

Senyumnya tidak berubah. “Tapi...” Ia memiringkan kepalanya. Sinar hitam kabut mengelilingi pedang yang dipegang Silver. Matanya menatap lurus ke arah sang raja yang pucat ketakutan. “Untuk apa aku harus meminta maaf? Apa karena kematian para kesatriamu serta kematian putra kesayanganmu? Apa karena kegagalanmu dalam menguasai seluruh kontinen?” Silver melangkah turun melewati tangga menuju sang raja. “Atau... Karena aku telah menjadi monster di mata kalian, hm?” Aura yang dikeluarkan Silver membuat bahkan sang raja gemetaran. Kakinya terasa lemas yang jikalau terdorong sedikit saja, ia akan jatuh.

Tiba-tiba saja Silver berhenti. Hening menelungkupi mereka selagi gema langkah Silver menghilang.

“Pfft... Ahahahahaha!”

Tolol.” Silver berada di hadapan sang raja dalam sekejap. Tangan yang berlumuran darah itu membelai wajah sang raja. Membuat ia mengeraskan rahangnya.

“Untuk apa aku meminta maaf? Adakah diantara kalian yang meminta maaf karna telah membuatku menjadi... Mereka?

-Gin-chuu~, 18 September 2020

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 03, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Randomness -Oneshot story-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang