Untuk kalian yang pernah merasakannya, kau pasti tahu sakitnya cint takterkatakan.Cinta yang hanya mampu di dekat dalam bungkam. Biarlah cinta ataupun rasa ini menjadi saksi hidupku dalam diam. Tapi menurutku itu bukan sebuah cinta yang biasa, sebabnya cinta itu harusnya dinyatakan lalu dibuktikan dengan sikap, lantas apa yang harus Stevy lakukan.
Iya juga selalu berpikir, apa ini salah dalam perbuatannya? Tapi Stevy memang tidak punya pilihannya."Lo suka sama gue kan?"
Stevy mengangguk cepat, dengan matanya yang berbinar."Mau jadi pacar gue kan?" Stevy mengangguk cepat, Azriel pun tersenyum.
"Kalo lo bisa selesaikan tugas gue dan gue dapet nilai yang sempurna, Kita pacaran."
Dua tahun lalu, tepat di kelas satu SMA. Stevy mendengarkan syarat pertama itu keluar dari mulut Azriel. Tapi tidak perlu pikir panjang Stevy langsung mengiakan, karena untuk Stevy itu hal yang mudah yang dapat ia lakukan.
Dia itu pintar, juara umum untuk anak jurusan IPA. Jadi hanya untuk mengerjakan tugas IPA, dia pasti bisa.Sudut bibirnya tersenyum saat memberikan buku kepada Azriel. Dia menunggu dengan senang ketika Azriel memeriksa hasil pengerjaannya.
"Yaudah makasih ya," ucap Azriel, cowo itu hendak pergi, membuat Stevy mendadak bingung.
Sekarang mereka pacaran kan? Tidak.
"Lo cape ga si? Iya sama kok aku juga cape." monolog Stevy.