"Oke-oke, kenalin nama gue Abyan," ucapnya"Oke oke, Abyan"
"Eh gue Masi penasaran sama lo kayanya kita pernah ketemu"
"Dimana yaa," ledek Abyan
"AAH IYA LO YANG GA SENGAJA GUE TABRAK KAN?!"
"Haha iya akhirnya lo inget juga"
"Oh itu lo, ga nyangka kita ketemu lagi mau dijodohin pula," ucap Stevy dengan tersenyum masam
"Lo nerima perjodohan ini Stev?"
"Iya, itu semua kemauan nyokap gue, dia pengen banget gue Nerima perjodohan itu. Kalo boleh jujur gw mah maunya dijodohin sama Jaemin ya. Tapi gue berusaha buat ikhlas nerimanya."
"Gue juga itu kemauan nyokap gue, dia pengen liat gue nikah sebelum dia ga ada. Gue harus ikhlas sama semua ini walau kita belum saling cinta." Ucap Abyan
"Masih kecil kak, jangan cinta-cintaan." Jawabnya dengan nada candaan.
Perjalanan yang ditemani oleh keheningan dan tidak terasa mereka sudah sampai didepan rumah Stevy.
"Thanks Yann" ucap Stevy
Baru saja Stevy pulang kuliah pemandangan yang ia tidak suka tiba-tiba di depannya.
"Kita sengaja ngadain acara pertemuan untuk membahas tanggal pernikahan kalian" final mama Abyan
"Eh kebetulan Stevy sudah pulang, sini nak" ucap mama Stevy
"Kita akan mengadakan pernikahan nya 1 Minggu lagi, lebih cepat lebih baik bukan?"
"Gimana Abyan, Stevy kalian setuju?"
"Aku terserah Stevy aja mah" ucap Abyan sambil memainkan gadget
Stevy hanya diam dengan tatapan kosong.
"Oke besok kalian ke butik temen mama ya untuk memilih baju pernikahan nya" Final mama Stevy
Stevy langsung beranjak dari sofa dan pergi
Di kamar Stevy hanya bisa menangis, mengapa ia selalu memiliki takdir yang jelek?
Dunia setidak adil itu kepadanya?
Apakah salah ia hanya ingin bahagia dengan pilihannya?
Apakah salah ia hanya ingin bahagia sebentar dengan pilihannya?
Ia sangat lelah, apakah ia benar benar tidak dibiarkan bebas?