03

36 6 6
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Aku akhirnya pulang dengan selamat, tidak terlalu basah kuyup karna aku pakai payung milik mark.

Kepulanganku pun selalu terlihat tidak di inginkan. Aku memiliki kembaran dan ia terlahir sebagai kakak perempuanku, meskipun hanya selisih 2 jam. Dia salah satu anak yg selalu di spesialkan dan selalu di apresiasi. Dia memiliki otak yg terbilang jenius, memiliki hobby melukis dan menggambar, memiliki circle pertemanan yg sepadan dan juga menjadi anak kebanggaan. Cukup sempurna bukan?

Aku memang terlahir menjadi anak bungsu, tidak seperti kembaranku, aku terbilang cukup bodoh dan bahkan pelupa. Aku juga sedikit malas. Dan, aku tidak pernah bersikap manja meskipun aku adalah anak terakhir. Terkadang, aku ingin di perhatikan meskipun hanya sekali—tapi ternyata orangtuaku lebih peduli kepada si jenius daripada si bodoh sepertiku.

Setelah aku terlahir dan tidak ada bakat ataupun minat didiriku mereka merasa bahwa aku memang tidak pantas untuk di apresiasi. Dan karna itulah aku tumbuh menjadi anak yg suka mengeluh dan mungkin akan terlihat menyebalkan.

Jujur saja, aku tidak memiliki teman karna siapa yg mau berteman dengan gadis pemalas seperti tidak ada minat di dunia ini?

Benar. Tidak ada kegiatan yg aku sukai selain jalan-jalan sore dan melamun. Oh, perihal kepindahanku ke kota karna ya orangtuaku memulai bisnis baru di kota dan itu cukup merepotkan karna aku akhirnya harus ikut dan beradaptasi dengan lingkungan kota yg cukup nyentrik dan gemerlap.

Sedangkan aku adalah gadis pemalas suka mengeluh dan tidak peduli akan sekitarku?

Karna, tidak ada yg peduli kepadaku juga. Ku harap itu semua cukup adil, kan?











Ceklek~

Pintu kamarku terbuka dan memperlihatkan kembaranku dengan rambut panjang hitam bergelombangnya tengah menatapku.

"Ayo makan." Ajaknya, aku hanya mengangguk tanpa menjawab dan ia pun pergi dan kembali menutup pintu kamar. Kini yg tersisa hanyalah diriku.

Di kamar yg selalu berantakan dengan jendela yg selalu terbuka. Rumah ini sudah terasa sangat pengap jadi berilah udara meskipun hanya lewat jendela.

Begitupun dengan diriku, ragaku sudah terlalu lelah untuk menahan semuanya jadi biarkan aku mengeluh sesuka hatiku. Karna cara manusia bertahan hidup berbeda-beda, ada yg memilih menjadi seseorang pengeluh meskipun selalu di cap tidak bersyukur—daripada harus mati karna lelah menahan rasa sakit yg semakin menumpuk di dada.






























"Aku gatau ya kebetulan macam apa yg selalu melibatkan kamu," Ujarku, lalu melewati mark yg tengah memilih cola atau susu pisang.

Mark sedikit terkejut karna ucapanku, "Kayanya dunia ini emang isinya cuma kamu." Jawab mark sambil cengengesan.

Aku memilih berjalan ke rak jajanan daripada harus meladeni sosok mark. Tapi kayanya emang mark itu tife cowo suka penasaran, pasalnya bukan seperti angin berlalu ia justru malah membuntutiku.

"Oh ayolah, anggep aja kita ga kenal. Aku bakal lupain kejadian sore tadi kok." Ucapku karna ya sejujurnya aku memang tidak terbiasa harus bersama oranglain.

"Udah terlanjur juga." Jawabnya dan ia malah berdiri di sampingku dan ikut melihat-lihat jajanan yg ada di minimarket ini.

Aku menoleh dan menatap mark datar, "Aku tidak terbiasa tolong jauh-jauhlah."

Mark malah tersenyum lebar dan semakin antusias. "Emang gaboleh ya deket-deket?"

"Kita ga deket, jadi gausah so deket."

Mark seolah semakin tergunjing dengan jawabanku ia malah tertawa terbahak-bahak sambil bertepuk tangan ria.

Ok. Mungkin ini emang sisi terang atau sisi friendly seorang mark lee. Meskipun itu agak ngeselin seenggaknya ia tidak keliatan palsu.

















Ternyata Tuhan emang pengen aku punya temen, tapi seenggaknya jangan seorang mark lee. Aku gatau selera humor dia yg rendah atau emang dia sosok rendahan. Hal-hal yg menurutku garing ia justru tetap tertawa dengan ceria.

Dan itu cukup menyebalkan. Apalagi sekarang lelaki ini justru lebih memilih mengantarkanku pulang dengan jalan kaki daripada harus pulang bawa motornya sendiri.

Mark itu aneh tapi keliatan tulus. Aku gabisa menjelaskannya dengan detail tapi aku bisa merasakan aura baik darinya.

"Aku bisa sendiri, dan aku bukan anak kecil. Aku sudah terbiasa jadi gausah sebegitunya."

Mark ngangguk-angguk sambil menjinjing satu plastik besar isinya cemilan miliknya. "Dunia ini terlalu luas untuk di lalui sendiri." Ujarnya.

Aku hanya diam mendengarkan, ku lihat ia sesekali menatap langit yg kosong tanpa bintang.

"Itu juga salah satu alesan kenapa kita sebagai manusia harus memiliki teman, agar bisa berjalan lebih mudah."

"Gaada yg ingin berteman dengan sosok tidak menyenangkan, mark." Jawabku alih-alih menguatarakan perasaanku.

"Manusia itu selalu punya sisi baik dan buruknya, dan mungkin sisi baiknya orang lain belum liat," Mark menatapku. "Tapi aku udah liat, kamu baik ko dan aku takut gabisa nemuin orang kaya kamu."

"Engga! kamu salah mark," Bantahku karna emang mana sisi baiknya diriku? Gaada.

"Serena, disaat orang-orang tidak ingin mendengar ataupun melihat betapa kacaunya aku tapi kamu mau—meskipun awalnya kita ga kenal dan aku memiliki keberanian itu, tapi kebetulan macam apa ini yg selalu melibatkan kamu terus?

Mark menarik napas berat lalu kembali menatapku intens, "Sebenernya aku jadi ga yakin kalo ini semua hanya sekedar kebetulan."

"Kebetulan atau enggaknya aku ga peduli sih,"

"Sudah ku duga jawabanmu pasti bakalan begitu."

Aku tertawa kecil melihat eksperesi tidak senang dari mark. Akhirnya aku pulang di antar mark. Aku tidak bisa menolak tentunya mark orang yg lumayan keras kepala rupanya.






Aku dan mark sampai di depan gerbang putih rumahku, "well, thank you." Ucapku ragu-ragu.

Mark terkekeh kecil, "kaku banget. Hari ini sampe seterusnya kamu pasti bakal sering sama aku.

Kitakan sekarang temenan?"






Kitakan sekarang temenan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 11, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Another life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang