Sebelum kepingan - kepingan kata pada tulisan ini membentuk sebuah kalimat, ibu jari dan kawanannya sempat kian gemetar dan mual memeriksa sisa-sisa berani yang hampir mati.
Tubuh yang kelebihan cemas ini mengira — menyerah lebih ringan ketimbang bertahan. Takut yang saban hari teratur membentur waras, menyisakan tanya: bagaimana bisa kepalaku yang cuma satu ini merampungkannya?
Banyak kemungkinan - kemungkinan buruk yang berlebihan jumlahnya, memaki dan mematahkan segala berani yang belum genap berusia sehari.
Bagian II
Sungguh aku tau, akan ada yang dengan lancar membuatku patah juga ragu. Namun dalam hal ini tidak ku perkenankan itu diriku sendiri.
Ingat kembali — sudah berapa pagi yang kamu habiskan akhir - akhir ini : bagaimana bisa kamu melupakan sepasang matamu yang babak belur sebab garis, titik, lampu dan air matamu.