2

22 2 0
                                    

☘️

☘️

☘️

—TANTE—

TUMPUKAN map berwarna coklat dipegang erat di tangan mungil seorang wanita yang sedang berjalan dengan pakaian rapinya. Raut wajahnya terlihat sangat bertekad dan langkah kaki yang sangat ringan menuju suatu tempat.

Iren Nasya Biratha, nama itu terpampang di atas map coklat yang dia pegang. Setelah pagi tadi sibuk menyiapkan semua berkas lamaran ke beberapa perusahaan agensi hiburan, sekarang dia tinggal menyerahkan lamaran itu ke sepuluh agensi yang dia pilih. 

Sebagai lulusan tata busana di salah satu universitas ternama membuat Iren melamar sebagai salah satu stylists artis, dia memiliki cita-cita yang sangat sederhana yaitu menjadi stylists artis bernama Luca.

"Oh ya ampun Lucaku ganteng banget!" pekiknya sambil melihat layar kunci ponselnya sambil berjalan.

Cita-cita yang sederhana itu tetap tidak mudah dicapai, Iren harus memiliki berbagai macam cara agar bisa menggapai apa yang dia inginkan. Hari ini dia akan menyerahkan semuanya, dengan harapan akan ada perusahaan yang menerimanya sesuai dengan kemampuan yang Iren miliki.

"Sayang tunggulah aku akan datang," ucapnya penuh takjub melihat Perusahaan M entertainment sudah ada di depannya, hanya beberapa langkah sebelum Iren menyerahkan map terakhir. 

Sebelumnya dia menyerahkan ke beberapa perusahaan lain, sebagai cadangan kalau saja dia tidak diterima di perusahaan impiannya ini, M Entertainment.

Langkahnya terhenti setelah melihat banyaknya orang yang berdiri memegang beberapa spanduk dan meneriakan kata-kata tidak pantas. Iren mendekati kerumunan itu untuk mendengar dan melihat apa yang mereka lakukan.

"Ada apaan sih di sini? Apakah aku ketinggalan berita?" Iren mencoba mendongak kepalanya sambil loncat-loncat kecil. "Jangan-jangan ada Luca."

Iren cukup terkejut setelah menyadari kalau mereka adalah penggemar Luca, tapi Iren juga bingung kenapa mereka meminta untuk menghentikan aktivitas Millo. Iren yang sedari pagi sibuk belum melihat berita mengenai perfandoman hari ini, dia segera mengeluarkan ponselnya dan mencari berita mengenai Millo.

Alisnya mengernyit tidak percaya mengenai berita yang dia lihat, tapi Iren tersenyum karena dia tidak perlu mengkhawatirkan Luca yang akan jadian dengan artris baru itu. "Syukurlah kalau bukan ayangku."

Dengan santai dia berusaha menerobos kerumunan untuk menyerahkan surat lamaran. Tapi, karena mereka tidak mau mengalah membuat Iren terpental kembali sampai membuatnya merasa kesal.

"Kenapa kalian bodoh sekali sih, seharusnya kita bersyukur wanita itu tidak dekat dengan Luca," gumam Iren sambil merapikan map yang lecet karena desakan dari orang-orang yang ada di sana.

"Ini nih kalau jadi fans itu seharusnya jangan hanya makan bucinnya aja, tapi harus pandai juga kalau idola kalian itu harus tenang dan bahagia tanpa masalah. Ini malah mereka mendukung yang tidak-tidak!" Iren tidak tahan lagi dengan teriakan-teriakan tidak penting itu sudah menghambat jalannya.

"Tante kenapa sih? teriak-teriak tidak jelas," sahut gadis berbaju SMA dengan wajah menor dan seragam ketat memalingkan wajahnya ke arah Iren.

"Tante? Kamu bilang tante?" beo Iren. Gadis itu menaikkan sebelah alisnya. "Hahaha ... kamu bilang tante? Teriak-teriak tidak jelas?! Kalian aja tuh yang teriak-teriak tidak jelas. Orang masih muda begini dibilang tante."

"Kok tante jadi marah sih?" ketus gadis itu.

"Ya jelaslah marah. Seharusnya kamu ngaca yang terlihat seperti tante siapa?" sahut Iren dengan geramnya. "Bukannya sekolah malah ikut demo di sini, mana seragam anak kecil lagi dipakai. Bajunya ketuker ya sama adeknya?" tanya Lani dengan wajah polosnya dibuat-buat.

First LOVE ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang