bagian satu

117 14 4
                                    

"Dek anterin brownies ke rumah depan dong tadi orangnya pesen brownies ke mama" Jevanno yang sedang berbaring di atas sofa sembari menonton serial netflix berdecak malas. Masalahnya ia terlalu nyaman di posisinya saat ini dan anti untuk disuruh-suruh tubuhnya seperti berat dan terlanjur menempel di sofa, sepertinya gaya gravitasi di sini sangatlah kuat.

"Mama gak bisa nganter sendiri emang?"

Tara menggelengkan kepalanya lalu menatap anak bungsunya itu dengan raut wajah sedih "mama capek habis masak terus cuci piring kamu daritadi kerjaannya cuman rebahan mama suruh buat nganterin brownies doang masa keberatan?"

Nah kan jurus andalan Tara kini sudah keluar, Jevanno tidak bisa menolak karena terhipnotis oleh wajah sedih mamanya. Ia tidak bisa setega itu untuk menolak sekarang, maka dengan berat hati Jevanno meraih kotak brownies yang tadi dipegang oleh mamanya itu.

"Yang ikhlas nganternya"

"Iya cantik"

"Permisi" Jevanno memencet bel yang terpasang pada sebuah gerbang berwarna hitam. Sedikit lama Jevanno menunggu sampai ada seorang gadis yang menghampirinya dari arah dalam rumah "lo siapa?" Tanya gadis itu pada Jevanno.

Kebetulan gadis itu cantik dengan rambutnya yang tergerai, kulitnya sangat putih dan hidungnya mancung.

"Tante Freya nya ada?"

"Ngapain lo nyariin mama gue"

Jevanno menggaruk rambutnya yang tak gatal, sebetulnya ia sedikit malu dengan gadis di depannya ini. Ingin meminta nomor ponselnya Jevanno takut ia dikira lancang, kalau sudah bertemu gadis cantik sifat buayanya keluar.

"Mama lo pesen brownies di mama gue"

"Oh gitu tapi mama gue baru aja pergi ini totalnya berapa?"

"Gue gak tahu duitnya bisa lo kasih besok ke rumah gue. Btw gue boleh minta nomor wa lo gak?"

Jevanno dengan seribu satu cara modusnya.

"Mah tadi tante Freya nya gak ada jadi duitnya belum dikasih" Tara mengangguk tak masalah. Ia melanjutkan menonton acara televisinya ditemani dengan Jevanno yang kini duduk di sampingnya, anak tampan itu sudah fokus dengan ponselnya.

Ngomong-ngomong ini masih jam tujuh malam, Tara serta Jevanno masih menunggu Jeff serta Melvin untuk pulang. Karena Jevanno masih sma anak itu sudah pulang pukul tiga sore sampai jam delapan malam ia hanya berdua dengan Tara di rumah.

"Anaknya tante Freya cantik ya ma"

Tara menaikkan kedua alisnya bingung, kapan Jevanno bertemu dengan anak tetangganya.

"Kamu ketemu sama anaknya tante Freya?"

"Iya, kan tadi tante Freya gak ada di rumah nah yang nerima brownies nya tuh anaknya"

"Oh Marissa"

"Namanya Marissa?" Tanya Jevanno antusias, ia tidak berhasil mendapatkan nomor ponsel gadis itu tapi ia berusaha mencarinya di line atau di Instagram nanti.

"Kamu tuh kerjaannya modus mulu, pusing mama dek. Inget sama Nawira katanya kamu suka sama dia?"

Oh iya Jevanno baru saja ingat dengan crush nya itu, laki-laki manis yang ia temui di ruang ekstrakulikuler astronomi. Nawira adalah pemuda manis dengan senyumnya yang menawan namanya seperti perempuan tapi ia adalah seorang laki-laki.

Ia belum tahu ia berasal dari kelas ipa atau ips. Ia akan mencari tahu melalui Haikal nanti, temannya yang cerewet itu pasti mempunyai banyak informasi.

"Gapapa atuh mah, kan adek cuman seneng-seneng doang"

"Awas karma" jawab Tara lalu kembali menonton acara televisi yang berada di depannya.

"Mas nanti ajarin gue fisika ya" ini adalah suatu keajaiban dunia bagi Melvin. Jevanno itu tidak suka dengan namanya belajar, ia belajar hanya saat ingin ujian itu pun belum setengah jam membuka buku matanya sudah mengantuk dan ia sering menguap.

Giliran membuka ponsel dan mengscroll Instagram matanya seperti segar kembali. Sepertinya ia tidak diperbolehkan untuk belajar. Semesta tidak mendukungnya sama sekali.

"Tumben lo mau diajarin fisika kan lo jago di situ" Jevanno dulu pernah mendapatkan nilai tinggi di ujian fisika. Fisika ini merupakan mata pelajaran tersusah serta terumit di mipa di saat teman-temannya mendapatkan nilai rendah Jevanno sendiri mendapatkan nilai sembilan puluh delapan tanpa belajar.

Hanya salah satu soal, Jevanno sengaja untuk tidak menjawabnya benar semua. Takut gurunya curiga dan ia dituduh menyontek.

"Ck ada satu materi yang gue belum paham. Ribet, susah mahaminnya"

"Lebih ribet mana sama mahamin cewek?"

"Beda lah itu" jawab Jevanno dan Melvin hanya menggeleng pelan.

Tak masalah ia mengajari Jevanno materi fisika sma, ia dulu mantan anak mipa. Melvin juga bukan tipe orang yang gampang lupa dengan materi pelajaran secara ia anak cerdas dan mantan anak aksel.

Ya walaupun pada akhirnya terjun di dunia ips karena paksaan sang papa. Melvin anak linjur dari mipa ke soshum.

"Mas lo mau mabar gak?"

Melvin menggeleng menolak tawaran Jevanno. Hari ini ia ingin tidur lebih awal dan bangun di jam tiga pagi nanti, tugas kuliahnya ada yang belum selesai. Sekalian ia juga mempelajari materi ppt yang diberikan oleh dosennya waktu kelas tadi.

"Skip dulu ya, abis ngajarin lo fisika gue mau tidur"

"Cupu gak asik banget" Jevanno mengerang kesal padahal ia ingin menunjukkan skill barunya pada sang kakak.

"Besok kan masih ada waktu No"

"Iya iya"

"Tidur mas udah malem, gak capek apa mata kamu natap layar laptop mulu"

Tara sedikit berdecak kesal ketika Jeff masih saja sibuk dengan pekerjaannya. Pria itu sudah sibuk di kantor dan saat Jeff pulang di rumah sudah waktunya untuk ia beristirahat, sebisa mungkin Tara ingin saat Jeff sudah pulang itu berarti pekerjaannya sudah lepas.

Pekerjaan hanya boleh dibawa di kantor bukan di rumah. Rumah tempat untuk istirahat bukan untuk bekerja lagi.

"Iya dikit lagi dek" Tara menggeleng lalu menepuk pundak suaminya pelan.

"Udah, istirahat ya mas please?" Mata boba itu bersinar di bawah lampu tidur yang dinyalakan di kamar mereka. Tara sangatlah menggemaskan sehingga membuat Jeff tidak tega, pada akhirnya ia mematikan laptop itu dan menyimpannya kembali ke tempat semula.

"Kamu kalau udah pulang tuh jangan mikir kerjaan lagi"

"Iya sayang"

"Istirahat yang cukup karena kamu berangkat ke kantor juga pagi belum lagi kalau semisal kamu lembur mendadak"

"Iya"

"Tapi kenapa kamu selalu ngeyel padahal udah aku bilangin?"

"Iya adek maafin mas ya"

"Hm jangan diulangi lagi"

"Iya sayang"

"Kiss dulu sini" Jeff sedikit menunduk untuk meraih bibir cherry Tara. Keduanya saling memeluk di bawah selimut yang hangat setelah berciuman dengan begitu intens dan sedikit lama.
















Hola 👋🏻

Ini pertama kalinya aku nulis kaya gini.

Enjoy ya!

brameswara [jaeyong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang