Assalamualaikum..
•
•
•
•
Happy reading 📍📍
"Hai!" Sapaan tersebut keluar dari mulut Raden. Pria itu tengah mengekori seorang gadis yang belum lama ini selalu terbayang-bayang di pikirannya.
"Hey, tunggu!"
Nafisha sontak saja menghentikan langkahnya. Ia menatap pria itu dengan kedua alis yang terangkat, menandakan bahwa ia bingun dengan sikapnya.
Disamping itu, Raden mengulurkan tangannya untuk memberikan sesuatu pada gadis itu. "Al-Qur'an lo ketinggalan," Raden tampak cengo mengatakan hal itu.
Nafisha mengambil kitabnya, lalu tertunduk. "Syukron," tuturnya.
Raden tersenyum kikuk, entah kenapa keadaanya sangat canggung. Raden menggaruk tengkuknya yang tak gatal sambil memperhatikan gadis itu yang sedang memeriksa kondisi Al-Qur'an nya.
"Saya permisi!" ucap Nafisha, namun sebelum ia melangkah, lengan Raden menghalanginya.
"Ada apa, Mas?"
Raden tertegun mendengar penuturan tersebut. Gadis itu memanggilnya dengan sebutan Mas! Oh, ya ampun, gak bisa panggilan lain apa?
"Gue boleh tanya sesuatu gak?" tanyanya.
"Boleh, tapi yang penting aja."
Sergi mengangguk lalu berkata, "Lo ada hubungan apa sama Sergio?"
Sebelum menjawab, Nafisha menatap lurus pada Raden. Ia kepikiran darimana pria itu mengetahui hubungan nya dengan Sergio? Bahkan saat ini tidak ada yang tau tentang itu. Nafisha sudah mengubur dalam-dalam perasaannya untuk Sergio dan tak mau lagi mengungkap tentang masa lalunya.
Nafisha pintar menyembunyikan sesuatu namun tidak dengan Sergio. Ya, Nafisha jadi berpikir, apakah Sergio sudah bercerita tentang dirinya kepada teman-temannya?
Disisi lain, Raden tampak bingun dengan reaksi Nafisha yang terus memandanginya. Sebenarnya pertanyaan tadi ingin ia lontarkan pada Sergio, tetapi karena hubungan mereka kurang baik, Raden terpaksa bertanya pada Nafisha. Lagi pula biar semuanya jelas kan? Dan perasaannya tidak gunda lagi.
Saat malam itu dimana Raden mengeluarkan Nafisha dari asrama, Sergio tiba-tiba datang dan memeluk gadis itu. Raden merasa aneh dan bertanya-tanya mengapa mereka kelihatan begitu akrab? Itu juga yang membuat Raden enggan untuk berbicara pada Sergio saat ini.
Sergio melambaikan tangannya dihadapan gadis itu. Ternyata Nafisha melamun. Apakah karena pertanyaannya barusan? Raden jadi semakin canggung.
Sepertinya Nafisha tersadar akan hal itu, pandangannya kini mengarah kesamping. Ia sedikit tersenyum dan itu membuat Raden tertegun lagi. Cantik sekali gadis ini.
"Kerabat jauh," ucap Nafisha.
"Kerabat? Sejak kapan?" Raden mengernyit bingun, sedikit tak percaya.
Respon Raden membuat Nafisha tampak ikut bingun, hingga akhirnya gadis itu memutuskan untuk mengalihkan topiknya.
"Maaf, aku harus pergi sekarang. Tidak baik jika kita berduaan lama-lama seperti ini," ungkapnya, namun lagi-lagi ditepis.
"Nanti dulu, gue belum selesai. Satu pertanyaan lagi, PENTING!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Sekedar Santri
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [ON GOING] Belum di revisi Pria dengan kopiah hitam dikepalanya yang sedikit miring tengah memandang satu bangunan yang cukup besar di hadapannya. Sarung yang tadinya ia pakai kini berada dilehernya dan bergelantungan bebas...