Chapter 2

18 3 0
                                    

Sekarang temanku hanyalah sunyi

kekasihku hanyalah puisi

(Nadhif)

Tahun tak pernah menetap, layaknya sebuah kisah yang selalu berganti dan hanya bisa diratap, hari dan waktu selalu berubah seperti rindu dan cinta, sewaktu-waktu akan mengalami perubahan rasa.

Sekarang aku sudah menginjak umur 6 tahun, setelah melewati masa-masa di TK, aku melanjutkan duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).

Sekolahku sekarang tak terlalu jauh, bisa dibilang letaknya ada di depan rumah kakek yang dipisahkan sebidang tanah tetangga.

Tak perlu waktu lama jika berjalan dari rumah kakek ke sekolah, hanya memakan waktu 2 menit, sekolah yang sekarang berbasic islami, biasanya orang-orang menyebutnya Madrasah Ibtihdayah.

Hari pertama aku masuk sekolah, ruangan kelas yang menurutku tak terlalu besar, guru memanggil satu persatu maju kedepan untuk perkenalan.

"Assalamualaikum teman-teman, perkenalkan nama aku Azlan Zaydan Hidayat, biasa dipanggil azlan, rumahku ada di belakang sekolah tepatnya dekat dengan sungai" ternyata namanya azlan yang sedari tadi duduk disampingku

"salam kenal azlan" sorakan kami menyambut perkenalan dari azlan

Aku tidak tahu kalau tetangga kakek ada yang seumaranku. Karena selama aku sekolah di TK sepulang sekolah aku hanya menghabiskan waktu menonton TV, belajar mengaji sama kakek.

"Nama kamu siapa?" Tanya azlan yang duduk sebangku denganku

"panggil aja nadhif lan" jawabku singkat

"kamu cucunya wak uban ya dhif?". Benar panggilan kakek di luar yaitu 'Wak Uban' karena rambut kakek uban semua hehe.

"iya lan, nanti habis pulang sekolah kita main yuk, aku gak tau kalau rumah kamu dekat dengan rumah kakek".

"boleh, nanti aku samperin ke rumahmu aja ya dhif" azlan ternyata orangnya ramah, mungkin azlan akan menjadi teman pertamaku.

Kelam, jangan lekas karam

Temani aku dalam dunia halusinasi

Mencari keberadaan sunyi

Merangkai puisi

Binasakan frustasi

(Nadhif)

Seiring bergantinya waktu, kini aku sudah duduk dikelas 3 SD, artinya usiaku sekarang 8 tahun, dari pertama kali berkenalan dengan azlan, kita semakin dekat, selalu bermain bersama entah itu di sekolah ataupun sepulang dari sekolah.

Waktu itu aku sempat bertengkar dengan teman sekelas, Danendra Mahardika nama yang bagus bukan?, tapi sayangnya dia sedikit jahil, nakal dan onar. Pagi itu pelajaran sedang kosong dari pada tidak ada kerjaan pikirku, aku habiskan dengan menggambar.

"kembaliin pensil warnaku dan" sedang asik mewarnai hasil gambaran danendra tiba-tiba mengambil pensil warnaku.

"yaelah sok rajin bener kamu mah, mending main aja yok" aku yang sedang tidak ingin bermain malah dipaksa

"nggak mau dan, aku lagi seru-seru gambar ini" kesal dari tadi dia selalu mengelak saat aku mau merebut pensil warnaku

"sekali aja lah main ayok, badan kamu kecil dhif gak akan bisa ngambilnya" 'Bruuuk' tiba-tiba danendra mendorong badanku.

"mau kamu apa hah? Aku gak ada main fisik kenapa kamu dorong-dorong aku dan?" timpalku yang sudah diambang emosi

"lah? Ngelawan hah? Berani sama aku? Liat badanmu kecil dhif" jawaban yang membagongkan menurutku, sedikit nada meremehin orang lain.

Tangan yang sudah mengepal dari tadi langsung saja aku layangkan kearah wajah danendra, sedikit sakit mungkin itu yang dirasakan danendra.

'bugghhh' pukulan sekali lagi aku daratkan di perut danendra, 'bughh' aku yang badan kecil sedikit kesusahan menahan pukulan dari dia.

'bughhhh' kini perutku yang ditendang danendra, sampai aku tersungkur dan mengakibatkan kepalaku terbentur meja.

"aduh...kepalaku sakit" aku yang tidak tahan lagi menahan sakit langsung nangis, maklumin aja lah ya namanya juga anak kicik hehe

"haha rasain tu mangkanya gak usah sok-sokan badan kecil mah" ejekan dari danendra, aku hanya melirik dan menahan emosi

Tidak lama dari itu teman-teman yang lain membantuku berdiri, untung azlan membawa minyak kayu putih sebagai peredah benjolan di kepalaku.

Selama dalam pelajaran aku menahan sakit, karena benjolan di kepalaku sedikit lebam. Waktu pulang sekolah, terpaksa aku membohongi kakek dan cicik bahwa kepalaku kejedot meja gara-gara kebablasan tertawa, 'maaf ya kek, ci terpaksa Nadhif bohong'.

Kita ini diciptakan dalam ketidak sempurna-an, tapi kenapa mereka seolah-olah yang paling sempurna. Padahal sejarah manusia itu dari gumpalan tanah, dicipta bukan mencipta.

(Nadhif)

Dua bulan setelah kejadian itu aku sedikit merasa ada yang aneh dengan telinga sebelah kanan, sering sakit disusul seperti ada suara 'ngiiingg' dengan waktu yang cukup lama, aku yang tidak tahu soal itu menganggap hal yang biasa.

Sampai saat aku duduk di bangku kelas 5 SD, aku pindah kerumah baru yang selama ini tidak pernah dikasih tahu oleh orang tua ku bahkan kakek pun tutup mulut soal ini. Mungkin ini bentuk kejutan untuk anak sulungnya.

Oh iya sekarang aku bukan lagi anak semata wayang mereka tapi aku sudah resmi menjadi seorang kakak. Adikku laki-laki padahal dulu berharap punya adik perempuan tapi ya udahlah namanya juga karunia dari-Nya.

"gima dhif suka nggak sama rumah baru kita?" Tanya ayah yang sedari tadi aku sibuk bermain dengan adikku

"suka yah, rumah kita gede ya, luas bisa main bola sama dhipa" balasku yang penuh takjub dan kebahagiaan

Nama adikku bisa dibilang berbau sansekerta 'Naladhipa Chandara' yang artinya jantung hati yang menerangi dari bulan.

Sepertinya menjalani hidup yang belum mengenal cinta membuat hari-hari terasa indah, dulu aku belum mengenal Handphone, paling sering bermain di area persawahan setelah pindah dari rumah kakek, suka mencari kijing atau keong, mancing ikan tanah yang nantinya dibakar bareng kijing dan keong tadi dicampur kecap penambah rasa sedap hehe.

Semenjak aku pindah dari rumah kakek, aku tidak lagi berjalan kaki ke sekolah, melainkan di antar ayah pagi-pagi sebelum beerangkat ke kantor.

Uang jajanku dulu sebesar 1.000 rupiah, masih sama seperti waktu TK uang segitu udah termasuk gede loh, bisa membeli pentol atau juga pempek udah dapet dua biji hehe.

"belajar yang rajin ya dhif, jangan nakal di kelas" pesan ayah sebelum aku masuk ke kelas 5A

"siap komandan dilaksanakan" balasku yang menirukan gaya TNI.

Aku terlalu banyak kekurangan

Tak pantas dimiliki orang

Bahkan sekalipun mariposa malam

(Nadhif)

Biar aku lebih semangat jangan lupa vote nya ya teman-teman

Eitss jangan lupa juga untuk komentar dan sarannya ya hehe

Dia Yang TuliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang