NASHA tersenyum kecut. Setengah jam sudah berlalu sejak proses pemakaman selesai, dan sampai sekarang dia tetap dalam posisinya. Terdiam sambil memandangi gundukan tanah yang masih basah itu. Tatapannya nanar dengan kedua tangan yang mengepal erat.
"Sha."
Selangkah Hildan mendekat—-tak peduli saat sepatu ketsnya kotor karena menginjak genangan air hujan-—lalu berjongkok di sisi Nasha. Dari posisinya sekarang dia bisa melihat wajah pucat perempuan itu, rambut berantakan, kedua mata yang masih belum mau berhenti mengeluarkan airnya, dan hidung yang merah.
Menyaksikan Nasha rapuh seperti ini, bagaimana bisa dia akan baik-baik saja? Lagi-lagi matanya berpendar. Menolak menangis.
"Udah setengah jam lo kayak gini. Lo harus istirahat, Sha."
Nasha menoleh.
"Bahkan sekarang Dia juga mengambil orang yang jadi alasan terbesar gue buat bertahan hidup. Terus gue harus gimana, Dan?"
Menyusul mati?
__________
Assalamu'alaikum. Hai, readers!
Makasih ya udah mau mampir baca. Jangan lupa vote and comment!
Kalau menurut kalian cerita ini menarik untuk dibaca, gaskeunn share link ke temen-temen!Oh ya, aku mau ngasih tau juga kalau cerita ini akan mengusung nilai spiritual. Mungkin di prolog belum kelihatan, tapi insyaAllah cerita yang genrenya Fiksi Remaja ini akan banyak membahas soal agama juga.
Jangan lupa kalau share apapun yang berkaitan sama karyaku di Wattpad tag instagram @iiamanjelika sama @garis.lakon
Thanks all 🖤
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Leave Me
Teen FictionNasha selalu merasa yakin bahwa keberuntungan itu ada. Sebelum badai besar menghantam keras dan merenggut bagian terpenting dari sisa kehidupan yang dia punya. Di usinya yang baru menginjak angka delapan belas, dia memutuskan bahwa mati lebih baik d...