part ll

1 0 0
                                    

Berjalan melewati penderita an bukan hal yang baru, telah banya luka menyelimuti namun tak membuat senyum itu kian memudar.
" Syafa, kamu itu gak pantes di sebut Manusia!"
" Siapa sih gadis itu, gak punya hati bgt"
" Biasa gadis pembawa sial, gak usah dekat- dekat"
" Manusia sampah kyk Lo itu lebih baik mati!"

Hinaan celaan telah menjadi makan sehari-hari, gadis itu berdiri dengan tangan terkepal kuat ketika fakta yang hanya menjadi opini publik untuk menjatuhkan nya lebih dalam lagi.

Bukan ia tak melawan, tapi argumen nya hanya menjadi cemooh an mereka, yang hanya berani menghakimi tanpa niat, mendengar penjelasan.

Saking sudah biasanya, ia hanya dapat tersenyum, orang luar bukan menjadi masalah ketika keluarga nya sendiri lebih tak mempercayai nya.

Gadis itu berjalan melewati koridor yang di penuhi,oleh gelak tawa siswa namun yang di rasa nya, hanya kesepian yang tak berujung.

"Na pagi." Gadis imut bekucir kuda itu tersenyum ramah menyambut kehadiran nya, membuat syafana, gadis yang selalu tersenyum itu membalas dengan senyum hangat miliknya.

Adhea putri, gadis cantik belasteran Belanda Indonesia itu adalah sahabat nya, ya sahabat yang tak tau, akan kisah pilunya.

Dea yang mengklaim nya sahabat, sejak mereka menjadi siswa baru, dan seorang syafana yang tak bisa menolak  pun hanya dapat mengganguk kan kepala.

Mereka berjalan bersama menuju kelas mereka, namun langkah itu terhenti ketika tanpa sengaja,  berpapasan  dengan seseorang, yang membuat tanpa sengaja tubuh gadis yang berada di samping nya terjatuh akibat senggolan keras, dari seorang Dea.

  " Ayo na, laki-laki bajingan memang cocok untuk perempuan gak tau diri"

Dea menarik paksa lengan syafana, yang masih menatap mata hitam seseorang yang dulu pernah menjadi bahagia nya, ya bahagia yang pasti akan hancur.

Sebelum sekali lagi Dea menarik nya lebih jauh, membuat akalnya sekali lagi mengingat kan kalo dia tak mungkin, akan bahagia.

Ya bahagia hanya menjadi dongeng indah untuk Seorang syafana.

                       💧💧💧

Seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik diusianya, yang tak muda lagi.

Sekali lagi hanya, termenung meratapi akan kepergian sang buah hati kesayangan nya, mata itu terlihat kosong. Membuat peria paruh baya yang tak lain adalah suami nya menatap muak sang istri.

" Amena sudah, aku lelah! Melihat kamu seperti orang mati!" Roy menatap muak istrinya itu yang sama sekali tak merespon ucapan nya.

  'plak'

Roy menampar istrinya, emosi yang sudah di tahan bertahun-tahun akhir nya dapat terlampaiskan.

" Mas, kasihan MBK amena!" Seru seorang wanita yang bersekitaran 28 nan menahan lengan Roy.

Amena memegang pipinya yang memanas akibat tamparan suaminya, tawa kecil pun yang lambat laun menjadi, tangis pilu membuat siapa pun yang mendengar nya, akan tau akan kesedihan yang mendalam.

Tak terkecuali gadis cantik yang bersembunyi dibalik lemari, hati nya yang selalu terluka pun tak sanggup menahan air mata. Ketika wanita yang telah melahirkan nya menangis.

Amena menatap datar Roy yang kini tampak merasa bersalah akan, kelakuan yang di luar kendali nya.

Amena berdiri menghampiri suaminya yang kini juga menatapnya, seseorang yang sampai sekarang masih sangat di cintai nya.

"Plak"

Roy menatap tak percaya ketika seorang amena menampar dirinya tampa rasa bersalah sedikitpun, seakan membuat Roy seperti tak mengenali istrinya yang lemah lembut itu.

" Kamu siapa Roy, beraninya kamu melukai ku seperti ini! Kamu siapa Roy! Kamu cuma lelaki tak tau malu!
Aku hiks disini berjuang mati Matian untuk kesetiaan! Aku terpuruk akan kepergian Arkan dan Syifa! Hiks hiks" tangis amena meluncur indah dari mata nya.

Membuat Roy tak dapat berkata apapun karna, baru kali ini Roy melihat kehancuran yang nyata dari istrinya itu.

" Bahkan ketika kamu menikahi wanita itu, aku masih setia sama kamu mas, Apa kamu gak bisa ngerti rasa sakit ini! "

  "Aku terluka terlalu dalam mas, aku terluka terlalu dalam Roy andaraka, ketika kamu menghianati ku! Aku sudah hancur!" Air mata yang sedari tadi mengalir masih bercucur deras dengan senyum pahit yang terpatri.

Amena mengambil pisau buah yang terletak di atas meja, dan mengarahkan ke leher nya.

" Amena!!'

  "Mbk Nana!"

  "Mama"

Amena menatap tajam, kepada sosok gadis yang kini berdiri di hadapan nya, membuang jauh pisau dari jangkauan mamanya.

Membuat amena mendorong jauh gadis yang adalah Putri nya.
Putri yang sama sekali tak pernah di anggap kehadiran nya.

"Dasar iblis pergi kamu! "

"Pergi! Kamu pembunuh" teriak amena menatap syafana penuh murka.

" Ma dia putri kita ma, dia putri kita!" Roy membantu syafana gadis kecil yang dulu menjadi kesayangan.

"Putri ku sudah mati, mati karena gadis ini, gadis yang juga merusak kebahagiaan ku".

syafanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang