•••🦋•••
Rabu, 8 Juni 2022
17:01I could be red, or i could be yellow. I could be blue, or i could be purple. I could be green, or pink, or black, or white. I could be any color you like~
Annyeong diriku maupun orang yang baca kalau ada. "Aku telah tiba~ aku telah tiba~"
Aku kembali lagi. Entah mengapa hasrat menulis gue sangat menggebu-gebu belakangan ini. Apakah ini pertanda, bahwa gue sudah menemukan sebuah minat. Sebuah hobi baru untuk membunuh kejenuhan yang datang mencengkram. Entahlah. Just let it flow like water.
Gue pengen curhat, setelah gue berfikir dan seringkali ditanya soal type ideal. Seperti judul di atas, gue jadi kepikiran.
"Perasaan belakangan ini banyak banget yang lo pikirin Re."
"Sok sibuk banget pengangguran"
"Heh! Ini batin gue lama-lama makin kurang ajar gue lihat-lihat. Udah deh, diem aja jadi batin!"
"Lo tuh jadi batin diem aja dalam kepala dan diri gue, gak usah sok narsis pengen muncul di diary ini!"
Fix... Gue mulai menunjukkan tanda-tanda ketidakwarasan. Udah deh, back to topic. Ntar gue lupa lagi mau curhat apa.
Jadi gue seringkali ditanya mengenai type ideal. Kek, "Lu suka cowok yang kayak gimana sih Re? Apakah lo suka cowok yang putih, tinggi, kekar, atau imut-imut bangsat." Dan gue sendiri pun, kagak tau jawabannya.
Kalau gue pikir-pikir lagi, gue sepertinya tidak memiliki kriteria khusus. Tadinya...
Gue juga bingung type gue tuh yang kayak gimana. Type ideal sendiri kan ada dua sisi menurut gue. Dari segi fisik, sama sifatnya. Ini gue sok ilmiah banget najis.
Dibilang kagak punya, tapi ada. Gue menyadari itu setelah mengingat-ingat barisan para cowok yang pernah mencuri hati gue.
Diantara semua cowok yang pernah gue taksir ataupun mantan pacar gue, mereka semua punya satu kesamaan.
Yaitu ialah berkulit gelap. Mungkin gue suka yang hitam manis.Dan entah kebetulan atau tidak, rata-rata berinisial "R".
Mulai dari crush SD gue yang bernama Reza. Dia ini orang medan. Dan seperti yang gue bilang di atas, si Reza-reza ini... berkulit gelap.
Selanjutnya mas crush gue waktu SMP. Yang tak lain tak bukan adalah kak Rahmat. Kakak pembina Pramuka, yang manisnya kebangetan. Di mata gue, yang kala itu lagi berbunga-bunga.
Sama seperti Reza, si kakak manis satu ini... Juga berkulit gelap. Sudah terlihat sih, dari ekstrakulikuler yang dia pilih. Pramuka. Kalau gak kemah, ya dijemur. Udah kek kanebo kering.
Seingat gue, yang bikin gue jatuh hati ke si kak Rahmat ini ya lesung Pipitnya. Sama senyuman dia yang menggetarkan hati gue saat pertama kali pandang.
Karena doi pula lah, gue yang tadinya kagak mau masuk organisasi apapun di SMP, malah ikut Pramuka.
Soalnya yang bagi formulir si doi. Hehe~
Gue waktu itu sebenarnya modus sih, agar bisa liat wajah doi dari dekat. Dengan alasan minta formulir pendaftaran. Gue sok nanya-nanya, apa aja yang harus diisi di dalam formulir itu.
Padahal mah gue udah ngerti dengan sangat baik. Gue nya aja yang nyari kesempatan biar dia lebih lama berdiri disamping bangku gue.
Selanjutnya baik Rahul, Reyhan, Rian, maupun Reynan..., Semuanya berkulit gelap. Dan diawali dengan R semua lagi.
Nah... waktu SMA lah, kutukan mas crush berinisial R ini terputus.
Waktu SMA gue suka cowok dengan inisial D. Kebetulan inisial mantan gue juga D. Tapi tentunya... Si dua D ini orang yang berbeda.
Mantan gue teman kelas gue sendiri. Dan gue sebenarnya gak naksir. Cuman kebetulan aja dia nembak, ya gue terima aja. Coba-coba. Pengen tau gimana rasanya pacaran. Itu pun cuma chat an beberapa kali, gak sampe lima. Bisa dihitung dengan jari.
Ya Kali gue baper dengan ketikan yang gak ada apa-apanya.
Sedangkan mas D yang satu, ialah cowok kelas sebelah. Sebenarnya dibilang suka sih gak. Cuma apa ya... mengagumi doang.
Gak sampe rasa suka yang masuk ke hati gitu. Hanya sebagai objek cuci mata doang, penyemangat buat ke sekolah.
Lagipula doi ternyata udah punya pawang, yang belakangan baru gue ketahui. Selebihnya gue gak suka siapa-siapa lagi. Soalnya masa SMA gue boring. No fun, gak seru.
Gak ada hal yang menarik di SMA. Cuman ada tugas, tugas, tugas, dan ketakutan masa depan yang akan datang.
Jadi dari rentetan di atas gue bisa menyimpulkan. Bahwa tanpa sadar, gue suka cowok berkulit gelap. Gak yang sehitam orang Afrika tapi. Bukannya rasis ya. Gue juga gak suka cowok terlalu dekil. Nanti jatuhnya malah kayak jamet.
"Maaf ya, kenapa jadi bodyshaming."
Sekarang gue jadi tau type ideal gue yang kek gimana. Dari segi fisik, gue suka cowok berkulit gelap, bulu mata lebat dan lentik, punya mata yang bagus, sama punya senyum yang manis.
Karena hal pertama yang buat gue jatuh hati sama cowok iyalah senyumnya. Sama tatapan matanya. Gue suka yang tatapan matanya seksi. Gue juga gak ngerti tatapan seksi itu yang kayak gimana. Intinya pas tatapan baru bisa gue nilai.
Yailah gaya gue nilai-nilai orang.
And of course, after visual the important thing than anything is religion. Yes, seiman. Rajin shalat lima waktu. Gak harus yang alim banget. Setidaknya dia paham agama dengan baik.
Gue gak nyari spek ustadz kok. Gue malah takut sama yang begituan. Gue takut sama yang terlalu alim. Gue takut dipoligami. Dengan dalih agama, membenarkan yang salah. Bukannya gue bilang poligami haram ya. Gue cuman gak suka.
Karena kebanyakan ustadz gitu. Walau gak semua. Tapi yang begitu udah pasti ustadz. Duh gue takut di demo kalau ada yang baca ini.
Setia/royal, bertanggung jawab, dan gak main tangan. Masalahnya ada gak ya, cowok kek gitu di dunia ini.
Tapi gak menutup kemungkinan jodoh gue melenceng dari ideal type gue. Physically ya. Kalau sifat, gak bisa diganggu gugat. Itu keharusan, sifat-sifat yang gue sebutin di atas.
By the way gue jadi kepo. Kalau ada yang baca ini, type ideal kalian gimana?
•••🦋•••
With love ❤️
Rere.
YOU ARE READING
Rere's Diary
RandomIni hanya curhatan sehari-hari seorang Rere. Bisa dibilang, sebuah buku harian.