BAB 14

238 191 28
                                    

🌷🌷🌷🌷🌷

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌷🌷🌷🌷🌷

BAB 14

“Oyy, kiyomasaaa.”

“Nande nandeee.”

“Gambare gambare gambare gam.”

“Koniciwa!”

“Ohayo!”

“Arigatou!”

“Naam.”

“Afwan.”

“Merhaba.”

Itulah kegabutan dan keabsurdan anak-anak kelas IPA 4.

Tawa mereka menggelegar sampai keluar kelas.

“Anjir! Absurd banget kelas ini!” ucap Bagas, ketua kelas.

“Ngakak, njing. Ada yang pake bahasa apa aja itu tadi,” lanjut Dion.

“Kece kan gue?” tanya rey dengan percaya diri.

“Kece nenek lo!” jawab Natasya.

“Eh, sayang kok marah-marah? Sini-sini sama Abang!” ucap Daffa pada Natasya.

Setelah Daffa mengucapkan itu Natasya pun mendelik tajam. “Ew, gue si putri kahyangan sama lo jamet kudasi? Nggak level!” jawab Natasya berlagak jijik.

“Astaghfirullah. Sabar ya, Daf!” balas kompak semua penghuni kelas IPA 4, kecuali Skala dan Agatha.

Daffa pun hanya mengganguk dan mengelus dadanya sabar.

Tak lama rey menepuk pundak Daffa dan berucap, “Kualat godain pacar gue.” Lalu pergi keluar kelas bersama Skala, Aksa, Avka.

Saat mereka pergi barulah Daffa kembali berulah lagi. “Neng Agatha makin hari, makin cantik aja, Neng,” goda Daffa pada Agatha yang tengah membaca sesuatu di aplikasi oren itu.

“Gue emang cantik,” sahut Agatha seadanya.

“Nah, iya, tapi pasti bakal lebih cantik kalau jadi pacarnya Daffa. Dijamin bahagia dunia akhirat,” ucap Daffa dengan percaya dirinya.

“Bukan bahagia dunia akhirat, tapi sengsara seumur hidup dan menyesal sehidup semati,” balas Agatha tajam.

Jawaban dari Agatha membuat seisi kelas tertawa puas melihat wajah melas milik Daffa Alvaro sang bendahara kelas tersebut.

MY BEST ENEMY (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang