c - cinema night never end good

642 46 13
                                    

Ada dua alasan kenapa Luffy selalu menolak tiap diajak main catur saat malam minggu oleh teman satu kamarnya. Alasan pertama, ia tak bisa main catur dan alasan kedua karna ia selalu menyelinap ke asrama putri untuk menemui gadisnya.

Luffy dengan mood yang sangat baik itu masuk ke dalam kamar milik Nami lewat jendela. Seperti biasa, ia memanjat pohon ketapang yang tumbuh tinggi disamping bangunan asrama putri dan beruntungnya dahannya ada yang mengarah langsung ke kamar Nami.

Kamar Nami yang bernuansa girly dan juga berbau jeruk. Luffy sampai heran, apa setiap hari Nami selalu menyemprot kamarnya menggunakan parfumnya? Karna wangi kamarnya tak pernah hilang.

"Yoo!" Luffy meletakkan dagunya dibahu kiri Nami yang tengah fokus berkutat dengan tugasnya. Telinga Nami tersumpal airpods membuatnya tak menyadari suara berisik Luffy saat pemuda itu menyusup ke kamarnya.

Merasa berat dibahu, Nami menoleh dan menemukan Luffy yang menyeringai dekat sekali dengan wajahnya. Gadis itu memekik kaget dan refleks memukul wajah manis kekasihnya. "Aw--" Luffy meringis nyeri. Pukulan Nami tak main-main.

Nami lagi lagi menoleh kaget, matanya melotot menemukan Luffy dikamarnya. "Lo ngapain disini?!" Ia refleks berteriak.

"Rutinitas malam minggu," jawab Luffy. Dia mengabaikan rasa sakit di hidungnya dan memilih untuk mengambil kursi kecil dan duduk disamping Nami.

"Luffy.. " Nami menghembuskan nafasnya keras, menahan umpatan yang akan ia keluarkan. "Gue kan udah bilang--"

"Iya iyaa. Sekarang, udahan dulu ya belajarnya." Luffy dengan santainya memegang kedua bahu Nami, menggiring gadis itu ke kasur dan mengelus rambut Nami. Sepasang iris coklat muda itu menatap Luffy dengan tatapan horor.

Luffy mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Sebuah flashdisk. "Ayo maraton Ghibli Movie!" serunya riang.

"Bentar! Lo masuk darimana?"

Luffy langsung menunjuk jendela kamar Nami yang terbuka setengah, ia memberikan cengirannya. Nami memukul keningnya, betapa cerobohnya dia. Luffy juga ikut-ikutan menyentil dahi Nami membuat Nami menatapnya sangsi.

"Untung gue yang masuk. Kalo orang lain gimana? Apalagi maling, ntar harta lo semuanya dicuri gimanaa?" omel Luffy dengan nada menakut-nakuti.

Nami hanya memberikan cengirannya, "Hehe."

Luffy mengabaikan obrolan itu dan langsung mengambil laptop Nami, pemuda itu merebahkan dirinya disebelah kanan Nami. Mematikan lampu dan menghidupkan lampu tidur kecil dinakas.

"Sini," ucap Luffy, menepuk sisi sebelahnya. Menyuruh Nami untuk mendekat dan masuk ke dalam pelukannya.

Wajah gadisnya itu perlahan mulai memerah, seperti biasa. Meskipun sudah dua tahun bersama, Nami tetap selalu bertingkah seperti remaja SMP yang baru mengenal cinta jika itu menyangkut Luffy.

"Ada berapa film?" tanya Nami antusias. Kegiatan mereka dimalam minggu pasti diam dikamar Nami dan menonton film yang selalu Luffy download beberapa hari sebelumnya. Mereka tak diijinkan keluar lewat pukul sembilan malam oleh pihak Asrama Universitas. Meski ada beberapa yang dengan licik menyelinap keluar Asrama untuk menikmati ramainya alun-alun Kota.

Luffy menyeringai, "Ada deh."

Nami mengangkat bahunya acuh. Dia menyandarkan kepalanya dibahu Luffy dengan nyaman. Memeluk boneka jeruk mini yang Luffy belikan sebagai teman tidurnya entah sudah yang ke-berapa. Saking seringnya pemuda itu memberikan boneka mini.

Berdua digulung selimut. Hanya diterangi lampu tidur dan cahaya bulan yang sedikit sedikit masuk melalui celah gorden kamar serta ditemani oleh angin malam. Dan film favorit mereka. Tradisi malam minggu selalu menjadi favorit Luffy dan Nami.

Nami, I'm in love! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang