Tamu Istimewa

691 24 12
                                    

Ketika seorang kurir mengantarkan sebuah surat dengan lambang istana yang disematkan di amplopnya, aku tahu hidup keluarga kami akan berubah. Saat itu kami sekeluarga sedang sarapan roti panggang buatan Mom yang sangat lezat.

            Aku hendak mengoleskan selai cokelat ke rotiku ketika seseorang mengetuk pintu depan  rumah kami. Mikey, kucing kami, mengeong dan menatap tepat ke arah kami seakan-akan menyuruh kami untuk segera membuka pintu. Tampaknya tidur paginya sudah terganggu karena ketukan pintu tersebut. Setelah itu, ia meringkuk dan melingkarkan tubuhnya dengan nyaman di atas sofa kami.

            “Pesan istana!” Terdengar kembali suara ketukan pintu dan suara seorang pria yang berteriak dari luar di sela-sela bunyi televisi yang sedang menyiarkan berita pagi Kerajaan Dwaven.

            Mom memandang Paman Valle penuh arti, lalu mengelap mulutnya dengan serbet, dan bangkit berdiri.

“Tunggu sebentar!”

Dengan cemas Paman Valle menatap punggung Mom.

            Oh, ya Tuhan! Jangan bilang itu formulir yang mereka beritakan kemarin sepanjang hari di televisi.

            Kaunista. Sebuah seleksi. Yang ini bukan seleksi biasa. Ini seleksi untuk menentukan pendamping hidup pewaris Kerajaan Dwaven berikutnya. Beritanya cukup menghebohkan karena semua cewek di sekolah membicarakannya. Sang Pangeran Afton yang tampan sedang mencari istri. Hal ini sudah menjadi tradisi semenjak kerajaan ini berdiri berabad-abad yang lalu. Kurikulum pelajaran Sejarah Dwaven bahkan menjadikan seleksi Kaunista ini sebagai satu bab penuh yang saat ini sedang kupejari di level dua: Sejarah Kaunista, Proses, dan Pengaruhnya terhadap Kerajaan Dwaven.

            Untuk meningkatkan hubungan erat antara istana dengan penduduk Kerajaan Dwaven. Itu salah satu tujuan dari Kaunista, sesuai dengan yang kupelajari di sekolah. Tujuan lainnya, tentu saja untuk mencarikan pangeran istri yang sepadan. Lagi pula, siapa, sih, Pangeran Afton ini sampai ia harus mendapat bantuan untuk mencari pasangan hidup? Kita semua hidup di zaman modern, dan hal semacam itu seharusnya sudah punah bersama dengan dinosaurus.

            Aku tak ambil pusing dengan semua ini. Toh, kemungkinanku untuk dapat menjadi empat belas besar yang kemudian akan berdiam di istana nyaris nol besar. Ada ribuan gadis berusia tujuh belas tahun hingga dua puluh tahun—batas umur yang diizinkan untuk mengikuti Kaunista—yang menghuni setiap provinsi di Dwaven. Dari setiap provinsi hanya akan dipilih seorang gadis untuk mewakili provinsinya sebagai calon istri pangeran. Cewek yang terpilih tentu saja akan menjadi seorang putri, dan provinsi tempat sang cewek berasal akan mendapat hadiah yang menggiurkan dari Raja Aleksandrius. Ini tentu saja sangat konyol. Setiap provinsi tak bisa menentukan calon dari provinsinya masing-masing karena pangeran sendirilah yang akan menentukan sendiri kandidatnya. Aku tak bisa membayangkan sebegitu membosankannya kehidupan di istana hingga pangeran bersedia untuk meneliti ribuan formulir dan foto-foto gadis yang bahkan tidak pernah ia kenal.

            “Selamat pagi, Mrs. Krysiak.” Suara pria itu sayup-sayup terdengar, teredam oleh dinding kayu yang menyusun rumah kami.

            “Selamat pagi, Sir! Silakan masuk.” Aku mendengar suara derit pintu yang terbuka. “Kami memiliki roti panggang yang masih hangat dan seteko penuh teh panas.”

            “Ah, terima kasih banyak, Mrs. Krysiak.”

            Mom tiba-tiba saja muncul ke ruang makan. Tatapannya tajam ke arah Paman Valle, lalu kemudian ia menoleh ke arahku. Pandangannya seolah-olah mengatakan bahwa pikiran terburukku benar dan ia menyuruhku untuk menjaga sikap. Sang kurir istana muncul tak lama kemudian.

The AnarchyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang