Pandemi Covid-19 sudah dimulai sejak satu tahun yang lalu dan mulai sejak saat itu aku cukup terdampar di rumah sendiri seperti orang-orang di sekitar juga. Tapi, beruntung, aku cuma mengalami kondisi work from home atau singkatnya wfh. Nah, pasti udah ngerti kan kalo udah terdampar di rumah saja artinya ya hanya berinteraksi dengan orang-orang di rumah dan hampir tidak pernah berinteraksi dengan orang-orang di luar circle.
Ada banyak iklan gerakan #dirumahsaja sampai kegiatan-kegiatan apa saja yang bisa dilakukan ketika di rumah saja. Salah satu iklan yang menarik dan sudah ada sejak sebelum blackberry dan android hadir adalah aplikasi yang mengajak kita berkenalan dengan orang-orang di luar sana melalui chatting. Kalau waktu masih sekolah, aku sempat mengenal trend kenalan dengan orang lain lewat chatting, tapi dulu hanya bisa chatting tanpa tahu foto orang itu, boro-boro foto, tahu orangnya itu laki-laki atau perempuan aja nggak ya.
"Kenalanku kali ini cakep kan?" kata temanku setengah bertanya ketika memamerkan foto laki-laki yang dikenalnya melalui aplikasi dating.
"Wah, parah sih. Banyak juga ya yang cakep?" Responku membalas chat dia yang dibalas dengan serentetan sticker lucu darinya.
Beda banget dengan yang sekarang, kalau sekarang lewat aplikasi yang sudah lengkap fiturnya, mulai dari melihat biodata hingga foto-foto orangnya. Saat aku bicara gini, aku hanya tahu dari iklan yang berseliweran dan dari akun teman. Dia memang sedang asyik-asyiknya cari pasangan atau teman kencan setelah lama bercerai. Katanya hidup itu sepi kalo ngejomblo dan aku disuruh mencoba juga, kali aja ketemu teman kencan juga.
Tapi, lama-lama aku tertarik juga untuk mencari kenalan. Mungkin aku akan bertemu orang baru untuk jadi pasangan. Hanya saja sebelum aku menginstall aplikasi dating ke smartphone-ku, aku masih research dulu karena ada banyak cerita negatif yang beredar akibat berkenalan lewat aplikasi dating.
Beberapa cerita negatif yang pernah aku dengar atau baca seperti terjadi penculikan gadis remaja, pencurian motor beserta dompet gadis yang nekat mendatangi laki-laki yang dikenalnya, sampai cerita tentang laki-laki yang ditipu dengan puluhan juta rupiah, dan masih banyak lagi love scammers yang terjadi. Wah, gila sih? Serem juga!
Tapi, tidak sedikit juga ada cerita positif dari aplikasi dating. Tentu saja ceritanya seputar pasangan yang berhasil sampai menikah dan hidup bahagia seperti di fairy tail.
Lantas, aku akan berada di posisi apa kalau aku mulai menginstall aplikasi dating? Aku berharap mendapatkan pasangan seperti yang selalu diminta orang-orang di rumah. Tapi, tentu pasangan yang aku harapkan bisa menerima banyak kekuranganku. Tapi, bagaimana kalau aku diculik? Yakin dulu deh, aku bisa jaga diri kok.
"Aku lagi nginstall aplikasi dating nih," kataku yang membuat temanku akhirnya tampak lebih bangga setelah berhari-hari lamanya menawariku aplikasi dating.
***
Pertemuan demi pertemuan dengan cowok-cowok di aplikasi dating aku lalui beberapa kali tapi aku ngerasa orang-orang dari aplikasi ini seperti keluar dari dunia yang jauh berbeda dari duniaku. Beberapa di antaranya sesuai dengan kriteria orang tua dan lain-lainnya sesuai dengan kriteriaku secara pribadi, tapi masing-masing dari mereka membuatku mundur secara tiba-tiba.
Orang yang benar-benar asyik. Dia anak barista yang sedang asyik belajar menjadi coffee specialist. Cowok pertama yang aku swipe right dan ternyata match. Swipe right atau menggeser ke kanan yang artinya aku tertarik untuk berkenalan dengan dia. Sementara, match berarti cocok. Dia ternyata tertarik sama aku juga.
Kita ngobrol asyik sih tapi belum pernah bertemu dan akhirnya aku berhenti menghubungi dia karena ada orang-orang baru yang lebih siap mengajak untuk bertemu. Padahal aku masih berharap bisa bertemu dengan dia tapi karena aku bukan tipe anak chatting banget, akhirnya aku lebih memilih untuk tidak terlalu menanggapi dia lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Temukanmu! (Kamu dari aplikasi)
TeenfikceAku mengambil jaket dari lemari dan mengenakannya sambil bercermin. Kaos, celana, dan jaket serta make up tipis. Cukup! Aku masih sama seperti biasanya aku akan keluar, tidak ada yang istimewa. Lalu, aku merebahkan diri kembali ke atas kasur sembar...