prolog

230 49 70
                                    

Lelaki bermata coklat dengan rambut pony yang menutupi setengah keningnya  mulai merasa bosan, kini kesabarannya telah habis digerogoti rasa gusar yang kian menimbun beberapa waktu lalu. Satu jam usai anak itu berdiri dikoridor hampa ini, menanti seseorang yang patut dipertanyakan kepastianya.

Gibran tengah menunggu seseorang.

Belum lagi sekolah yang menjadi pijakan kakinya ini benar-benar luar biasa cerita horornya, mungkin cukup layak diacungi jempol.  Ada cerita, Konon lima tahun setelah digunakan latar setting film horor, hantu yang berada dalam digital muncul menjadi 3D, aura supranaturalnya yang kuat begitu terasa. Dan Hal itu tak luput dari  pikiran Gibran yang menjadi racau dan memilih putus asa.

Beruntung disisinya masih ada Fandy, setidaknya setan itu tidak akan dilihat oleh Gibran seorang.

''Ndong, tu cewek pulangnya lewat sini nggak?''  rahang Gibran mengeras   ''atau jangan-jangan dia udah pulang duluan.''

Fandy menoleh  ''lo pelnah ggk dengel istilah orang sabal belpantat lebal.''   tanya fandy dengan pelantun yang cedal.

Gibran mengangguk.

''lo pengen punya bokong lebal?''  tanya fandy kembali.

''enggak lah'' elak  gibran mentah mentah

''sama. tapi kalo telus plotes mulu mulut lo yang bakal lebal. Dia belum pulang dan dia bakal lewat sini. tenang aja zheyang.''  sahutnya dengan nada menggoda.

''anjir.kita nunggu udah hampir sejam ndong''   wajah Gibran  terlihat gusar ''kalo belum sampek gue cabut''

''yo wes kalepmu'' kata fandy malas.

        Gibran menyepakati perintah fandy, kembali menjatuhkan bokongnya dibangku dengan hati yang meledak ledak.

Jarum jam analog dipergelangan tangan Gibran berlalu. Perlahan, dari detik menuju menit.  tik tok tik tok.

Satu detik. 

Gibran memasukan jari kehidungnya.

Dua detik.

Jari bergerak dan berputar.

Tiga detik.

Menemukan sesuatu.

Empat detik. 

Mendapatkannya.

Lima detik.

Menariknya dan membuangnya.

Lima belas menit sudah.

''ayo balek'' vonis gibran

Fandy menoleh ''Apaan nih?''

Gibran melengos, alih alih memperhatikan benda kecil yang ia tempelkan di tangan Fandy. Gibran malah berdiri dan segera meninggalkan temannya.

''Ntar lagi maghrib, gue kagak mau jadi orang sial yang bakal ketemu setan, enggk ada orang normal yang mau pulang jam segini gue mau balik, kalo lo masih mau disini......'' Gibran menoleh dengan raut serius ''Kuatkan diri dan lihat apa yang akan terjadi''

        Bibir fandy mlencang mlencong menirukan kata-kata Gibran yang panjang dan mengancam,namun tak urung untuk mengikuti gerakan anak itu.seperdetik berikutnya Gibran menghentikan langkahnya,praktis membuat Fandy menabrak pundak lebarnya. Sejurus kemudian Bibir tipis Gibran mengembang membuktikan ada hal janggal yang ia dapat.

''Apaan Blan?'' tanya Fandy ketar -ketir.

''Gue denger suara kuntilanak''

Fandy mencengkram lengan Gibran

''Gue ngrasain energi dan baunya'' kata gibran menakuti

Fandy meneguk salifanya yang membeku dikerongkongan, menyembunyikan wajahnya dipundak Gibran

''Gue takut'' rengek fandy

''Dan dia udah deket sama kita'' Gibran tersenyum kecut ''Tapi boong, LEPASIN ANYING!''

''Tai''

''Banci lo hi kayak cewek''
sekaligus terkejut.

''Astaghfirulloh,Gibran anak baik mbak kunti !.please jangan saya, Fandi aja gak papa ,saya ikhlas''

''Dia Aluna, pekoook'' Bisik Fandy dari balik bahu Gibran

''Kaget anjir'' Gibran melangkah''Tapi bener, dia cantik''

''Minggir'' Tukas tajam gadis berseragam taekwondo.

''Alamak galak kali''

Aruna geming,malas menanggapi lelaki aneh dihadapannya yang jadi juniornya dua tahun.Begitu kentara dari dasi dan wajahnya yang asing.Kemudian pandangannya jatuh pada name tag yang menuliskan nama lengkapnya disana.

"GIBRAN ESA AIRLANGGA"

Aruna menggeleng ringan sebelum  pergi, memilih mengistirahatkan badannya yang  meremuk bukan ampun

   "Gue serius Aruna".teriak Gibran memenuhi tiap sisi koridor.

   " Baru lair kemarin dah berani nembak cewek, diajarin apa sama nyokap lo" Ucap Aruna tanpa kembali menoleh.

Lelaki itu menggaruk tengkuknya "diajarin apa ya? " Gumamnya."diajari buat mencintai kamu''.jawab Gibran tanpa beban.

Aruna menghela nafas,tidak menghiraukan kembali jawaban Gibran yang tidak bermutu sama sekali

    ''Gibran''Gumamnya lirih disertai gelengan ringan.Nama yang sudah takpelik lagi untuk Aruna,sudah begitu akrab sampai mengganggu pikirannya.

Bibir Gibran terbengang,begitu saja.Tidak ada ungkapan, jawaban atau sekedar untaian kata untuk menanggapi jawabannya,sungguh gadis aneh, baru kali ini Gibran menemui gadis tak terpaku oleh tampilan wajahnya, melewatinya begitu saja tanpa meninggalkan respon positif. Gibran mendengus sebal, ia harus bisa mendapatkan perasaan gadis kaya raya itu, mendapatkan hati dari seorang anak dari KELUARGA KONGLOMERAT.

HARUS BISA.!!!

    SEKIAN YA GUYS PROLOGNYA,UNTAIAN CERITANYA AKAN DILANJUTKAN PADA BAB CERITA   

JANGAN LUPA BUAT KASIH KOMENTAR KALIAN KALAU ADA YANG KURANG BERKENAN,KASIH VOTE KALAU MAU JUGA.

              SEMOGA BERMANFAAT BUAT KALIAN YANG MEMBACA JUGA SAYA YANG MENULIS

                                                                AMIN...

UKIRAN AIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang