"Kalau emang nggak mau lanjut kuliah mending kamu nikah aja!"
"Oke, ayo kita nikah, Pak!"
Hervin kehabisan kata-kata, bukan karena terkejut mendengar jawaban Cantika, justru karena ia sudah tak heran lagi dengan tanggapan Cantika yang seperti itu. Sehingga Hervin kini cukup sadar bahwa Cantika tak lagi bisa diperlakukan dengan normal. Bila memang ingin membujuk Cantika kembali kuliah, Hervin merasa ia juga harus menanggapi Cantika dengan cara yang sama.
Segala hal gila harus dibalas dengan kegila lainnya, seperti itu lah yang diyakini oleh Hervin demi bisa berhasil membujuk Cantika untuk kembali kuliah.
Sebuah senyuman culas penuh arti pun kini terlukis di wajah tampan Hervin, ia tanpa ragu melangkah untuk mendekati Cantika, perlahan ia mempersempit jarak itu hingga wajahnya yang Hervin condongkan kini tepat di hadapan Cantika, lalu dengan suaranya yang berat dan sedikit serak Hervin pun berkata, "Ya udah, ayo kita nikah!"
Sontak, Cantika yang semula masih berani cengengesan itu mendadak terdiam. Cantika mengedipkan kedua matanya berkali-kali dengan cepat, tampaknya ia berusaha untuk mencerna apa yang baru saja ia dengar. Jawaban tidak biasa dari Hervin, sang dosen yang biasanya selalu bersikap serius, dingin, dan tanpa ekspresi.
"Nggak mungkin, kan?"
"Dia nggak lagi bercanda, kan?"
Pikiran Cantika bergelut dengan kenyataan yang meragukan, setipis kepingan dandelion kala dihempas angin kencang antara langsung menginjak tanah atau terbang tertiup entah kemana. Cantika masih tidak yakin dengan apa yang baru ia dengar dari Hervin, pria yang biasanya selalu mengabaikan candaannya.
"Si kaku yang serius itu tadi bilang apa?"
"Aku bilang, ayo kita menikah!"
Senyuman penuh arti itu tidak lekang dari wajah Hervin justru malah semakin lebar, sumringah. Sedangkan Cantika masih terpaku penuh keheranan. Saat itu ternyata Cantika tidak sengaja mengungkapkan isi kepalanya, namun tanggapan serius dari Hervin malah kembali membuat Cantika terpaku tanpa bisa berpaling dari senyuman mematikan Hervin.
Butuh beberapa waktu sampai Cantika berhasil kembali pada kesadarannya yang tak seberapa itu, ia pun sekali lagi bertanya untuk meyakinkan bahwa apa yang ia tangkap akan sama dengan apa yang Hervin maksud, "Bapak serius mau nikah denganku?"
Anggukan pun Hervin tunjukkan dengan cepat dan penuh keyakinan, membuat senyuman mendadak merekah dari bibir Cantika. Lalu, dengan manja ia menarik ujung jari Hervin, masih dengan senyumannya yang cerah itu, pipinya juga terlihat tersipu, dihiasi kedua bola matanya yang bersinar indah. Sungguh perubahan ekspresi yang cukup menakjubkan dari wajah kaku keheranan berubah menjadi wanita manis mempesona.
"Aku janji akan menjadi istri yang baik!" ungkap Cantika dengan ekspresi malu-malunya dan senyuman Hervin pun semakin lebar. Sambil meletakkan telapak tangannya di kepala Cantika, Hervin pun berbisik dengan lirih, "Bagus, istri yang baik adalah istri yang patuh pada suaminya!" dengan cepat Cantika ikut menganggukkan kepalanya, ia setuju dengan apa yang Hervin utarakan.
"Nah, sebagai istri yang baik. Aku akan membuatmu melanjutkan kuliahmu sampai lulus nantinya!"
Tawa mengerikan pun terdengar begitu nyata oleh Cantika, ia menelan ludahnya dengan kasar, napasnya seakan tercekat, dan tenggorokannya terasa kering. Perlahan, Cantika berusaha kabur dari kungkungan Hervin yang entah sejak kapan membuatnya terkurung.
Cantika mungkin mengira bila Hervin tidak menyadari apa yang tengah ia lakukan. Sayangnya, Hervin cukup sigap dan peka dengan hal tersebut. Sentuhan tangan ringan yang masih ada di kepala Cantika itu pun kini mendadak terasa penuh penekanan, bagaikan menangkap seekor kucing yang hendak kabur, Hervin menghentikan Cantika dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Digondol Dosen Kawin Kontrak
Romance"Kalau emang nggak mau lanjut kuliah mending kamu nikah aja!" "Oke, ayo kita nikah, Pak!" Hervin Arvatra Filho mendapat giliran terakhir sebagai dosen pembimbing dari Cantika Melissa Wenly setelah semua dosen menyerah pada mahasiswa abadi yang satu...