BAGIAN SATU

20 4 1
                                    

Mentari menampakkan diri. Memancarkan kadar sinar dengan takaran yang pas sesuai jam kerjanya tanpa malu-malu. Hiruk pikuk kicauan kawanan burung yang tengah beterbangan atau hinggap di atap maupun tempat lainnya bagai menjadi alarm alami yang senantiasa diterima tanpa paksaan oleh kedua indra pendengaran. Angin berembus lembut, menghadirkan kesyahduan membawa rasa damai. Inilah suasana pagi hari yang terasa sempurna!

Hari baru di bulan yang baru telah tiba. Status baru pun resmi disandang oleh salah satu remaja beranjak dewasa yang sering dipanggil dengan nama Rei. Sekarang, ia akan mulai menjalani kehidupan baru di lingkungan baru yang jauh berbeda dengan sebelumnya. Sudah pasti, tak ada seragam khusus beserta kelengkapan lainnya lagi yang harus ia kenakan selama lima hari dalam seminggu. Tak ada jadwal keberangkatan dan pulang yang sama di setiap hari itu. Tak ada pula kegiatan klub yang wajib ia ikuti untuk menambah nilai di laporan pendidikan tiap semester. Peristiwa yang hanya terjadi sekali seumur hidup telah berhasil dilewati oleh gadis ini selama tiga tahun. Dan di tahun-tahun mendatang, ia akan menghadapi peristiwa lainnya yang berada pada tingkat yang lebih tinggi.

Pemilik nama panggilan yang telah terdeskripsi di atas kini telah keluar dari kamarnya dengan keadaan yang amat rapi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pemilik nama panggilan yang telah terdeskripsi di atas kini telah keluar dari kamarnya dengan keadaan yang amat rapi. Berjalan optimis diselimuti senyum merekah kala menuruni tangga dari loteng rumahnya. Bersiap untuk sarapan bersama keluarga yang malah sudah menunggunya di meja makan sejak tujuh menit lalu. Keluarga yang terdiri dari empat orang. Ayah, ibu, satu anak laki-laki dan satu anak perempuan yaitu Rei sendiri. Kegiatan rutin yang harus dilakukan pada pagi hari tanpa pengecualian. Mau di hari libur atau tidak, sarapan bersama tak boleh diabaikan.

"Ohayou.." Rei menyapa tiga orang yang sudah duduk di kursinya masing-masing sambil menarik kursinya untuk dia duduki. Balasan yang sama dilemparkan hampir berbarengan.

"Wah, wah.. anak Papa sekarang sudah besar ya!" seru sang ayah yang membahas tentang status baru anak gadisnya. Melihat Rei tanpa balutan seragam sekolah lagi dan mulai sedikit memoles penampilan wajahnya menjadikan aura kedewasaan terpatri dari dalam diri gadis ini. Sang ibu hanya menanggapi dengan senyuman sembari menghidangkan makanan untuk semua.

"Welcome to my Universityyy!!" kini suara datang dari satu lagi pria yang ada di sana. Dengan volume kencang dan bernada cukup panjang, orang itu seolah memberi penyambutan pada Rei dalam Bahasa Inggris, sejalan dengan pendidikan yang tengah pria itu tempuh. "Gak disangka si cantik ini bisa diterima jadi mahasiswi di kampusnya abang!" lanjutnya yang masih mengumbar senyum lebar.

Sebaris pujian baru saja diberikan untuk Rei, namun dia merasa ada ejekan pula di dalam kalimat yang barusan sampai padanya. "Gak disangka.." menjadi dua kata yang memantik emosinya. Dengan sewot Rei membalas, "Maksudnya, abang meremehkan kemampuanku?!"

"Siapa yang bilang?" bantahnya. "Apa Papa denger aku bilang gitu? Apa Mama juga dengerin? Gak kan? Jangan sensitif gitu dong.. hihihi." orang yang Rei panggil abang ini terus mengelak sembari tertawa. Membuat Rei rasanya makin kesal seperti ingin menumpahkan sup miso di hadapannya ke kepala orang itu.

CALL ME SICKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang