Adegan yang sama persis di depan pintu ruang kelas seperti kemarin terulang lagi. Dan reaksi yang sama kembali ditunjukkan. Rei tetap ingin menghindari Yuzuna meski Yuzuna berusaha menahan langkahnya dan coba untuk meluruskan kesalahpahaman yang telah ia ketahui penyebabnya berkat Ryota. Si pemberitahu itu pun ada bersama mereka. Menampakkan diri, bukan bersembunyi lagi. Hanya saja Ryota menjaga jarak dengan keempat orang ini hingga kehadirannya tak disadari oleh mereka.
“Please Rei, dengerin gue dulu.” Yuzuna memaksa agar Rei tidak meninggalkan posisi berdirinya saat ini. Sementara Yuta dan Harumi, berada berdampingan di belakang Yuzuna sekitar dua meter.
Diamnya Rei pecah. Ia akhirnya mau menanggapi ucapan Yuzuna meski dengan malas, “Apa yang harus gue denger?” suaranya bernada datar tapi mata itu menatap Yuzuna penuh kebencian.
Dua sahabat yang dipertemukan di hari pertama penerimaan maba Universitas LDH ini kini berdiri saling berhadapan. Dengan postur tubuh yang sama, namun tak ada kesamaan sedikitpun pada apa yang menyelimuti diri masing-masing. Rei yang tampak berapi-api sedangkan Yuzuna dilingkupi kesedihan. Dalam detakan jantungnya yang tak menentu, bibir Yuzuna bergetar ketika ia melanjutkan kata-katanya,
“Lu ngeliat pas gue lagi deketan sama orang yang lu sukai, kan?” tanyanya melambat.
Jantung Rei ikut berdegup, akhirnya gadis di depan ini telah paham dengan apa yang dia rasakan. Kemudian bibirnya tersungging, jelas bukan untuk arti yang positif. “Baru sadar?” tanya balik Rei dengan memberi jawaban tersirat.
“Gue bisa jelasin tentang itu.” sambung Yuzuna. Matanya mulai memerah tapi ia menahan agar tak menangis.
Sementara Rei masih bertahan dengan senyuman sinisnya. Ia merasa bahwa dirinya sudah mengetahui penjelasan yang akan Yuzuna katakan. Daripada menunggu gadis itu berbicara, Rei malah angkat bicara duluan melontarkan segala anggapan yang memenuhi pikirannya,
“Lu mau bilang kalo punya hubungan deket sama dia kan? Makanya lu selalu ngalihin perhatian gue dari dia? Selalu cegah gue buat gak suka sama dia? Karena lu gak mau ada saingan!” cerocos Rei dengan penekanan suara.
“Gak semuanya bener Rei!” bantah Yuzuna.
“Masih gak mau ngaku? Udah jelas-jelas terbukti tentang kedekatan kalian! Kenapa gak jujur dari awal aja? Gue punya harapan lebih sama dia, sementara lu udah tau kalo harapan itu cuman semu karena dia udah sama lu! Apa maksudnya?!!” emosi Rei tak terbendung, suaranya meninggi dan mampu menyebar dalam radius cukup jauh ke sekitaran yang telah sepi.
Yuzuna terus menggeleng menandakan bahwa semua yang dikatakan Rei bukanlah kebenaran. Ada alasan lain mengapa dirinya berbuat seperti itu pada sang sahabat, namun tidak satu pun alasannya sama seperti tuduhan Rei.
“Gue udah males temenan sama pengkhianat!” Rei mengakhiri komunikasi penuh emosi ini. Ia berbalik dan melangkah cepat meninggalkan Yuzuna.
Tidak, Yuzuna tidak boleh lemah lagi seperti kemarin! Ia harus selesaikan permasalahan ini sekarang juga. Persahabatannya dengan Rei sangatlah penting, dan ia tak ingin kebersamaan yang telah mereka jalin hanya berjalan singkat gara-gara tak menemukan solusi untuk si masalah.Dalam langkah Rei yang makin menjauh, sebuah teriakan menguasai sekeliling. Dengan lantang, Yuzuna mengeluarkan suaranya, “DIA KAKAK GUE!!”
Lalu apa yang terjadi?
“HAH??!!” Yuta dan Harumi ternganga bersamaan. Kerefleksan mereka terjadi sangat amat cepat ketika pengakuan Yuzuna terlontar. Keduanya terkejut, mata-mata itu terbuka cukup lebar.
“Apa?” keterkejutan yang sama dialami oleh Ryota. Tapi orang ini selalu saja dapat mengkondisikan diri dengan menampakkan ketenangan.
Kaki Rei berhenti bergerak. Tubuhnya berputar hingga wajah itu dapat terlihat dan melihat Yuzuna lagi. Belum ada perkataan yang terucap, wajahnya pun belum menampakkan perubahan yang signifikan. Matanya terus menatap serius Yuzuna yang kini mendekatinya,
“Dia kakak gue, Rei..” Yuzuna mengulang ucapannya. Namun kini tak lagi dalam mode teriak.
KAMU SEDANG MEMBACA
CALL ME SICK
FanfictionFan Fiction AU 🍭🍭🍭 Anak kuliahan suka sama anak kuliahan lagi? Udah biasa. Atau suka sama seorang dosen? Udah banyak juga. Tapi kalo suka sama Pak Satpam di kampus yang mukanya serem dan berotot kekar, gimana? Udah gila lu! CALL ME SICK (Menyebut...