Bab 2. Sayap?

9 0 0
                                    

Melody menatap cowo disampingnya yang terlihat santai sambil memainkan ponselnya, tanpa memperdulikan dirinya yang kesusahan mencari barang, yang ditulis bunda di sticky notes berwarna biru di tangan Melody.

Jujur ada banyak sekali barang yang harus ia beli untuk kebutuhan rumah, biasanya ada Gio yang membantunya, tapi kini malah Galen yang harus bersamanya.

Dan yang paling membuat dirinya kesal adalah, cowo itu malah diam sejak tadi, dan hanya melihat dirinya tanpa menawarkan bantuan.

Membagongkan sekali bukan? 

Ganteng ganteng kok ngga punya hati!

Melody membatin sendiri di dalam hati.

Bahkan sekarang gadis itu tak peduli dengan Galen, yang masih terus memainkan ponselnya sambil menyandarkan satu bahunya di dinding.

Ia lebih memutuskan utuk mencari barang selanjutnya yang harus ia beli, dan ingin cepat cepat pulang.

"Okeee, lanjut.... minyak sayur?" Melody mengernyit, lalu pandangannya menelusuri masing masing rak di hadapannya, mencoba mencari barang tersebut.

"Mana sih?" 

Gadis itu menggaruk kepalanya yang tak gatal, namun sedetik kemudian kedua matanya berbinar, berhasil menemukan minyak sayur tersebut,namun di rak yang sangat tinggi.

Ia mencoba untuk mengambilnya, dengan kedua kaki yang sedikit menjinjit, dengan ukuran tubuh yang terbilang pendek, tentu gadis itu tidak bisa.

"Duhhh, kok ngga bisa sih!" Gerutu gadis itu kesal, sambil masih terus berusaha menggapai benda itu.

Jujur saja benda itu terlalu jauh untuk ia gapai, sebesar apapun tenaga gadis itu, tubuh pendeknya tetap tidak akan bisa mengambilnya.

"Turun deh lo minyak! jangan bikin gue susah bisa?" Melody malah mengomel pada benda mati tersebut, seperti orang gila.

Galen yang sejak tadi fokus dengan ponselnya, beralih pada Melody yang masih terus berjinjit seperti anak kecil,berdecak sebal.

"lo ngapain sih? berisik tau ngga" itulah kalimat pertama yang diucapkan Galen padanya.

Terdengar sangat pedas di telinganya, sampai sampai kini kedua mata Melody menatapnya sangar.

"Berisik lo bilang? bodo amat! seenggaknya lo bantuin gue lah, jangan malah diem kaya gitu!" teriak Melody kesal.

"Gue?" Galen menunjuk dirinya sendiri dengan jari telunjuk.

"Bantuin lo? jangan mimpi" 

Kepala Melody sepertinya sudah mengeluarkan banyak asap di dalam sana, wajahnya memerah menahan amarah yang terus dipancing oleh cowo sialan itu.

Jika saja bukan bunda yang menyuruhnya keluar bersama Galen, seumur hidup sungguh ia tidak mau!

"Cepetan cari barangnya bisa? gue cape pengen cepet cepet pulang" Kembali Galen mengucapkan kata kata yang membuat dirinya kesal setengah mati.

Cowo ini benar benar!

Cape katanya? ngga salah nih? 

"Orang lo diem aja daritadi, darimana cape nya coba? dasar beban! mending lo pulang aja sana!"

Galen berkacak pinggang dihadapan gadis menyebalkan itu, lalu mengangguk sambil tertawa remeh. 

"Oke, gue tinggal lo disini. jangan salahin gue kalo ntar tiba tiba ada yang nyulik lo, salah lo sendiri berarti" 

Setelah mengatakan itu, Galen langsung melangkahkan kakinya, bermaksud ingin pergi dari sana.

"Jangan salahin gue juga kalo lo dihukum lagi sama nyokap lo" 

GalendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang