Bab 12. Rasa Sakit

347 56 15
                                    

"Taksa kenapa masih diluar?" tanya Wistara yang mendapati Taksa masih dibalkon malam-malam begini.

Taksa sendirian tanpa keberadaan Jenan sang pemilik kamar. Sepertinya Jenan ada keperluan diluar sehingga belum pulang.

Wistara memberikan plastik berisi martabak cokelat keju kepada Taksa.

"Maaf Appa pulangnya telat, padahal Appa sudah janji untuk pulang sore tadi."

"Gak papa Appa, makasih Appa."

"Kamu belum jawab pertanyaan Appa tadi. Kenapa masih diluar?."

"Taksa nunggu seragam Taksa kering Appa." jawab Taksa sambil menunjuk ke ujung balkon dimana seragam Taksa tergantung lebih tepatnya seragam Saharu yang lama yang akan dipakai oleh Taksa besok untuk sekolah.

Sebenarnya seragam sekolahnya telah dicucikan oleh Bi Nami tapi entah kenapa tiba-tiba seragamnya ada dihalaman belakang dan banyak bekas pijakan sepatu.

Jadi Taksa memutuskan untuk mencuci seragamnya sendiri.

"Kenapa tidak menyuruh Bi Nami saja?"

"Bi Nami sudah capek seharian ini bekerja, Taksa tidak ingin menambah pekerjaan Bi Nami lagi."

Wistara memandang lembut ke arah Taksa. Taksa benar-benar baik dan memperlakukan orang yang berada disekitarnya dengan baik.

Wistara berjongkok dihadapan Taksa yang duduk dikursi yang memang tersedia di balkon.

Melihat Wistara yang berjongkok dihadapannya membuat Taksa sedikit terkejut dan ditambah terkejut lagi saat Wistara menggenggam kedua tangannya.

"Terimakasih Taksa sudah mau menjadi anak Appa dan maaf jika Appa marah sama Taksa tadi pagi."

"Appa tidak perlu minta maaf karena memang itu salah Taksa yang tidak bisa menjaga seragam yang Appa berikan. Padahal Appa sudah membelikannya susah payah untuk Taksa."

Wistara tersenyum mendengar semua kalimat yang diucapkan oleh Taksa. Hati Taksa sungguh sangat baik dan berhati hangat.

"Appa." panggil Taksa.

"Iya?"

"Appa sudah bertemu Saharu sepulang kerja?"

Wistara hanya diam tak tau harus menjawab dengan kalimat apa saat Taksa menanyakan pertanyaan itu.

Seumur hidupnya Wistara tak pernah melihat keadaan Saharu setelah pulang kerja. Lebih tepatnya setelah kepergian Sarawu. Semua kebiasaan yang Wistara lakukan berubah 180°.

"Saharu selalu nunggu Appa pulang" ucap Taksa sambil menatap kedalam mata Wistara.



R
E
H
I
S
T
O
R
Y

"Makan nih martabak" ucap Abian seraya meletakkan sebungkus martabak cokelat.

"Lo aja yang makan, gue udah kenyang" tolak Saharu.

"Dari Appa lo."

Tadi sebelum Wistara masuk kedalam kamar Jenan. Wistara melihat Abian yang hendak berjalan ke kamarnya. Jadi Wistara menyuruh Abian untuk memberikan martabak cokelat yang ia belikan ke Saharu.

Tadinya Wistara hendak memberikannya langsung tapi Wistara takut tidak berjalan mulus jadi ia menyuruh Abian.

"Kasih aja ke anak pungut"

"RU!" peringat Abian.

"Emang bener kan dia anak pungut? Salahnya dimana?"

"Stop bersikap kasar"

REHISTORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang