25. Sedikit Cerita Jarel

321 46 4
                                    

Jarel berjalan cepat masuk ke kantor milik Ayahnya tanpa menghiraukan karyawan kantor yang menyapanya, tujuan dirinya sejak dikarantina selama sebulan di kota asing untuk memenuhi tanggung jawabnya sebagai perwakilan olimpiade fisika dari sekolahnya adalah segera menemui Ayahnya untuk mengeluarkan semua unek uneknya.

"Dad ini gak bisa dibiarin, kenapa harus ada orang baru lagi dikeluarga kita" Ucap Jarel membuka pintu ruangan Ayahnya tanpa mengetok nya terlebih dahulu.

"Astaga anak Dad udah pulang" ucap Deon selaku Ayah Jarel senang dan berjalan memeluk anaknya.

"Dad bukan saat nya peluk kangen kayak gini" kesal Jarel mengehentikan Ayahnya memeluknya.

"Kamu ini ya, tidak pernah sekali pun menghargai Dad, kamu emang gak sayang Dad" ucap Deon dramatis.

"Dad mulai deh"

"Haha kamu ini datang datang bukannya peluk Dad dulu malah marah marah"

"Soalnya ini penting Dad, Jarel kesel bahkan Yolan juga belain itu orang asing terus" kesal Jarel, karena bahkan Yolan yang sudah sangat dekat dengannya pun malah lebih membela Sarawu dan orang asing yang baru saja memasuki keluarganya.

"Kayaknya kemaren waktu dia pertama kali datang kamu diam aja deh, dan gak protes ke Dad atau pun ke Om Wistara"

"Ya karna Jarel malas mikiri hal yang gak penting ditambah besok nya Jarel harus berangkat buat lomba, jadi Jarel mau nyimpan energi Jarel"

"Kenapa hidup kita terus terus bergantung sama yang namanya Sarawu"

"Jarel benci Wistara Jarel benci Sarawu, dan sekarang ada orang baru Taksa"

"Mau kamu apa Jarel?" Tanya Deon yang tidak mengerti keinginan anaknya saat ini.

"Jarel mau Taksa musnah kayak Sarawu" jawab Jarel to the point.

Jarel sangat merasa bersyukur dengan tiadanya Sarawu dalam hidupnya, selain ingin membuat Wistara merasa kehilangan seperti yang dia rasakan yaitu kehilangan ibunya, dia juga membenci Sarawu yang selalu menjadi prioritas semua orang.

Mungkin saat itu Jarel adalah seorang anak kecil yang masih berusia 5 tahun saat itu, tetapi dia bisa melihat dengan jelas bagaimana Ibunya ditembak oleh orang yang dulu disayanginya seperti dia menyayangi Ayahnya sendiri, dan orang itu adalah Wistara.

Saat itu Jarel sedang bersembunyi dilemari baju atas perintah ibunya, dan setelah perdebatan panjang antara ibunya dan Wistara berakhir dengan Wistara yang mengarahkan pistolnya ke dahi ibunya dan melepaskan pedal pistolnya sehingga peluru dengan sempurna melesat ke dahi ibunya hingga membuat ibunya jatuh kebelakang dengan kepala yang berlumuran darah akibat tembakan dari Wistara.

Wistara bahkan Ayahnya sendiri tidak tau bahwa Jarel mengetahui kejadian dibalik kematian ibunya yang mengenaskan dihadapannya, semua orang berbohong mengatakan bahwa ibunya bunuh diri, padahal Jarel dengan jelas melihat bahwa Ibunya tidak bunuh diri tetapi dibunuh oleh Om nya sendiri Wistara.

Sejak saat itu Jarel mempunyai dendam tersendiri kepada Wistara, dan sangat amat senang melihat Wistara terpuruk karena kehilangan Sarawu. Padahal saat itu umur Jarel masih terpaut 6 tahun tetapi dia sudah paham dan bisa merasakan bagaimana itu kepuasan dendam yang sangat menyenangkan. Dan sudah dapat dilihat bahwasannya Jarel sudah memiliki sifat yang terbilang psycho saat dirinya masih sangat kecil.

"Jarel kita memang seorang mafia tapi Dad gak pernah ngajari kamu buat musnahin keluarga kamu sendiri, walau mungkin Taksa adalah orang asing tapi secara hukum Taksa sudah termasuk kedalam keluarga kita" ucap Deon memperingati anaknya.

"Haha" Jarel menertawakan Ayahnya sendiri, dilarang untuk musnahin keluarga sendiri? Apa kabar dengan Wistara yang membunuh ibunya sendiri ucap Jarel dalam hati.

REHISTORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang