Chapter 2.

3 1 0
                                    

"I—ini rumah saya??"

Itulah kalimat pertama yang terlontar dari mulut Rena setelah turun dari mobil. Saat ini, ia dihadapkan dengan sebuah bangunan megah dengan pintu yang super besar. Padahal tadi, ia sudah terkejut saat mobil berbelok masuk ke dalam perumahan elit, dan sekarang lebih dikejutkan lagi dengan ukuran bangunan yang mereka sebut dengan 'tempat tinggal'. Rena ragu dengan sebutan itu, ia merasa bangunan ini lebih cocok disebut dengan kantor dengan ratusan karyawan.

Rumah ini terletak di Araya, kawasan perumahan elit di kota ini, bahkan orang sini sering menyebutnya dengan 'Kota Araya'. Hampir semua rumah yang ada di kawasan ini memiliki tanah yang luas serta bangunan yang besar dan megah.

Baru bagian luarnya saja sudah mengagetkan, apalagi bagian interiornya yang dipenuhi dengan barang-barang antik dan bling-bling, membuat Rena semakin membelalakkan matanya. Bagian dalam rumah ini memiliki langit-langit yang sangat tinggi, yang menurut Rena masih bisa dibagi menjadi dua lantai. Isi rumah ini tertata dengan rapi dan terkesan minimalis, lebih enak dilihat dibandingkan dengan rumah mewah yang ada di sinetron televisi.

"Ini beneran rumah saya?" tanya Rena lagi, yang sudah kesekian kalinya bertanya pada Bi Imah. Bi Imah hanya tersenyum mendengarnya.

"Ayo, Mbak, Bibi antar ke kamar, supaya Mbak bisa bersih-bersih, habis itu makan siang," Bi Imah menarik pelan lengan Rena yang matanya masih berputar-putar melihat isi dalam rumah.

Saat pintu kamar dibuka, rasanya Rena sedang masuk ke dalam dunia novel, dimana ia adalah anak dari seorang CEO dengan kekayaan berlimpah ruah. Ruangan kamarnya sudah seluas satu kavling rumah subsidi, mungkin masih lebih lebar lagi. Selain tempat tidur, di dalamnya juga sudah ada kamar mandi, sofa kecil, dan televisi dan perangkat lainnya, seperti berada di dalam kamar VVIP hotel bintang lima.

"Ini beneran kamar saya?"

"Iya, Mbak. Disini kamar Mbak, dan ini rumah Mbak. Bibi sampe bosan dengan Mbak nanya itu-itu terus," balas Bi Imah sambil tertawa.

Rena menoleh ke arah Bi Imah. "Kayaknya saya beneran bukan Naya deh, Bi. Masa saya ngerasa asing sama rumah sendiri?"

Bi Imah tertawa lagi. "Kata dokter memang wajar kalo Mbak ngerasa asing, karena Mbak masih nggak ingat apa-apa."

Rena menggelengkan kepalanya sambil memegang dagunya. "Tapi ini bener-bener asing. Rasanya kayak baru pertama kali kesini."

"Yaudah, mending Mbak sekarang bersih-bersih, habis itu turun ya, biar makan siang. Bibi udah nyiapin makanan-makanan favorit Mbak Naya," ucap Bi Imah tidak terlalu menggubris perkataan Rena. Bi Imah pun berlalu setelah menutup pintu kamar.

Mulut Rena masih setengah menganga, masih dalam perasaan terkagum dengan isi rumah ini. Semakin dalam ia masuk, ia semakin yakin kalau ia bukanlah Nona Besar pemilik rumah ini. Ia mulai melangkahkan kakinya mengitari isi kamar. Tempat tidur berukuran king size di bagian tengah dengan diapit dua meja kecil yang berisi pajangan-pajangan seperti frame foto maupun miniatur.

Ia melihat ke arah sudut ruangan di sebelah jendela, disana ada meja belajar yang luas dengan rak buku yang lumayan tinggi. Buku-buku yang ada di rak tersebut terlihat acak-acakan dan tak beraturan, ada juga yang diletakkan sembarangan. Tumpukan buku pelajaran juga terlihat berserakan di atas meja.

Rena kemudian berkeliling lagi, namun ia menghentikan langkahnya di depan cermin besar. Ia akhirnya melihat pantulan dirinya dengan jelas. Seorang gadis cantik yang bermata layu namun memiliki tatapan yang tajam sedang menatap Rena balik. Ia kemudian meraih pantulan itu.

"Kamu sebenarnya siapa? Aku sebenarnya siapa?" gumamnya lesu.

Ia menghela napas panjang lalu membalikkan badannya. Saat ini, tak perlu bagi dirinya untuk terlalu keras berpikir. Yang jelas, sekarang ini dia harus menjadi seorang Naya, anak dari tuan rumah istana ini. Lebih baik ia segera mandi dan turun untuk makan siang, karena sekarang ini suara perutnya menggema di seluruh ruangan karena terlalu lapar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 11, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ReNaya: The Missing SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang