Sudah lebih dari seminggu gadis cantik itu berada di ruangan serba putih itu, sudah lebih dari seminggu pula ia memantau monitor di samping tempat tidur, memastikan grafik yang terpampang di monitor masih menunjukan parameter normal. Memastikan kekasihnya yang sedang berbaring di tempat tidur itu baik-baik saja.
" Xiaoting.."
" Hmm.."
" Pulang.."
Xiaoting hanya menggelengkan kepalanya.
" Aku mau di sini.."
" Kamu butuh istirahat,Sayang.."
" Aku bisa istirahat di sini.."
" Keras kepala.."
Xiaoting kemudian meraih tangan gadis yang sedang berbaring, mengusap-usap punggung tangannya.
" Aku bisa telepon Yujin untuk bergantian denganmu, sahabatku itu pasti tidak keberatan.." ucap gadis yang wajahnya tampak sangat pucat itu.
" Shiro, sahabatmu itulah yang menyebabkan kamu harus berbaring di sini.."
" Xiaoting, aku kan sudah bilang, aku yang memaksa Yujin untuk mengajakku ke pesta itu, dia sudah melarang tapi aku yang memaksa.."
" Dan kamu selalu membela sahabatmu itu, sampai kapan kamu akan membelanya terus?"
Mashiro hanya bisa menghela napasnya.
" Aku berharap suatu hari aku bisa melihat kalian akur, setidaknya sebelum aku pergi.."
" Shiro, bisakah kamu tidak berkata seperti itu lagi?" ucap Xiaoting yang kini sudah berderai air mata.
" Ting, waktunya sebentar lagi, apakah kamu tidak dengar apa kata dokter kemarin?"
Xiaoting menggelengkan kepalanya.
" Aku tidak dengar. Aku tidak dengar apa-apa.."
" Xiaoting.." kini giliran mashiro yang mengusap-usap punggung tangan kekasihnya.
" Kamu harus bersiap dari sekarang.."
" Aku tidak mau. Aku tidak mau.." Tangis Xiaoting semakin tidak terbendung. " Shiro.. jangan pergi, nanti aku bagaimana?"
" Kamu harus tetap menjalani hidupmu dengan baik, Ting. Kamu harus bahagia"
" Bagaimana caranya aku bahagia kalau tidak ada kamu?" ucap gadis berparas cantik itu masih sambil menangis.
" Xiaoting, aku akan selalu ada di sini.." ucap Mashiro sambil menunjuk dada sebelah kiri Xiaoting.
Xiaoting tak bisa menjawabnya, air matanya terus membasahi pipinya.
***
" Shiro?"
" Yujin.."
" Kenapa kamu ke sini? Kamu harusnya istirahat di rumah.." ucap gadis dengan mata indah itu seraya membuka pintu apartemennya lebih lebar, mempersilakan sahabatnya itu untuk masuk.
" Aku rindu dengan sahabatku ini.."
Yujin menggelengkan kepalanya. " Padahal kamu tinggal meneleponku, dalam hitungan menit aku akan langsung ke rumahmu.."
" It's Ok, Boo.." Balas Mashiro, kini ia mengikuti langkah sahabatnya itu menuju kamarnya.
Sesampainya di kamar Yujin, Mashiro kemudian duduk di ranjang milik Yujin.
" Mau minum apa?"
" umm as usual.." Jawab Shiro.
" Ok, Susu Cokelat kalau begitu." Balas Yujin sambil memberikan senyumnya. Ia kemudian keluar kamarnya untuk mempersiapkan minuman favorit dari sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unspoken
FanfictionSebuah cerita klise tentang cinta dan persahabatan. Ketika kehilangan seseorang menjadi ketakutan terbesar yang tak dapat dihindari. ketika kehilangan adalah bagian dari kehidupan. 3-shots Fanfic Main Pairing : Xiaojin TW : major character's death