Pagi hari yang sejuk, Manda menggulung selimutnya dan mulai merapikan tempat tidurnya. Mulai menuruni tangga dan bersiap untuk mandi.
Hari ini turun hujan, bintik hujan yang membasahi sebagian permukaan bumi, bagai rindunya terhadap seseorang. Bunyi indah suara rintikan hujan, bagaikan suara indahmu saat memanggil namanya. Manda berangkat sekolah dengan menggunakan jas hujan kuningnya. Menunggu Bis di persimpangan jalan. Hujan yang tak kunjung henti, hati yang terasa sejuk, aroma tanah yang menenangkan, seakan persitiwa yang Manda alami kemarin, bagaikan mimpi.
"Hari ini semoga lebih baik dari kemarin."
Manda mulai masuk kedalam bis, dan menuju sekolahnya. Sesampainya di sekolah, Manda di sambut Cya dan Lia yang sedang menggunakan payung kuping kelinci berwarna biru.
"Hai Manda, loh...Mata luh kenapa? Abis di jilat hantu?"
"Astaga Setannya ganjen sekali, buru panggil sini, biar aku bogem pake jurusnya Lia. Kebetulan aku udah latihan." Ucap Cya.
"Hahahaha, gak papa ko, ini cuman kurang tidur aja. Dah yu kita masuk."Manda mulai melangkah duluan meninggalkan Lia dan Cya.
"Lia... Ko hari ini kaya ada yang beda ya sama Manda." Ucap Cya sambil berbisik.
"Hmmm... Mencurigakan, si Manda gak kerasukan kan? Masa jadi tenang gitu, biasanya udah kaya Reog." (Salah satu tarian tradisional dari daerah Ponorogo).
"Mending kita kasih waktu buat dia sendiri aja yuk." Ucap Cya.
"Okeh deh."
MPLS hari ke dua berjalan seperti biasanya. Tak ada yang istimewa selama kegiatan dan waktu menjelang istirahat pun tiba. Manda membawa bekal untuk dimakan di bawah pohon di halaman belakang sekolahnya. Halaman belakang Sekolah merupakan area yang jarang tersentuh oleh para murid. Oleh sebab itu dia memilih untuk menyantap bekalnya di sana karena Manda membutuhkan ketenangan untuk memenangkan pikirannya.
Ternyata tempat itu juga merupakan tempat favorit ketua OSIS untuk bersantai setelah selesai mengerjakan semua tugas organisasi nya.
"Ngapain disini?"
"Loh ka Dewangga, kaka ngapain disni?"
"Yeehh, gue nanya malah nanya balik."
"Gak ngapa ngapain ka, cuman mau makan di bawah rindangnya pohon aja."
Akhirnya mereka pun duduk bersebelahan tetapi tidak ada satu orangpun yang memulai pembicaraan. Suasananya sangat canggung, Manda sangat malu untuk makan di sebelah ka Dewangga. Tapi rasa lapar yang di rasakan Manda mengalahkan rasa malunya. Masih tidak ada satupun yang memulai pembicaraan di anatara mereka berdua sampai Manda menyelesaikan makanannya.
"Loh tau gak....?"
"Enggak ka."
"Belom juga ngomong."
"Hehehehe. Ouh iya kaka ngapain di sini."
"Tempat ini adalah tempat yang bisa bikin pikiran gue tenang, karena suasnanya sepi."
"Ouhh, kalo saya sering kesini gak papa kan ka?
"Ya gak papa."
".............. "
"ngomong ngomong, ko gak bareng sama dua peliharaan loh?"
"Siapa ka?"
"itu, yang jangkung sama yang agak alay dikit."
"hehehe, gak papa ka. Saya cuman pengen lagi sendiri aja."
Dewangga hanya bisa diam mendengar jawaban tersebut. Dia melihat diri Manda sama dengan hari kemaren saat dia duduk termenung di bangku depan gerbang sekolah. Sosoknya yang saat sedang merenung, mengingat Dewangga akan kehidupan masa kecilnya yang penuh dengan kesedihan. Sebenarnya Dewangga adalah anak Piatu, Dia kehilang sosok sang Ibu saat ibunya melahirkan dirinya. Hingga saat ini Dewangga belum pernah merasakan kehangatan dari sosok ibu tersebut.
Dewangga tak bisa berkata apa apa melihat wajah Manda yang penuh akan kesedihan dan kekhawatiran. Entah kenapa hati dia yang selalu tertutup terhadap orang lain bahkan ke sahabat terdekatnya sendiri, mulai perlahan terbuka saat dia bertemu Manda. Perasaan senasib menggerakkan hatinya dan memunculkan keinginan nya untuk selalu dekat dengan Manda. Dia tak menyadari perasaan yang di rasakan nya itu merupakan perasaan nyaman bila dekat dengan seseorang.
Dewangga hanya bisa duduk di sebelahnya, menemaninya sambil melihat keatas pohon yang rindang. Melindungi keduanya dari sinar matahari, membuat keduanya merasakan perasaan nyaman, membuat keduanya merasakan perasaan tenang. Tak ada tempat yang lebih baik untuk bersantai kecuali di bawah pohon rindang.
Tiba tiba setetes air mata keluar dari mata Manda, Dewangga yang menyaksikan hal tersebut entah kenapa ingin merangkul Manda untuk bersandar di pundaknya. Tanpa Dewangga sadari, tangannya telah mencapai kepala Manda dan menariknya untuk di sandarkan ke pundaknya. Manda merasa nyaman, dan meluapkan semua perasaan nya dalam bentuk air mata. Bel berakhirnya jam istirahat pun selesai, tetapi mereka masih dalam posisi yang sama. Seketika Manda sadar bahwa waktu telah lama berlalu.
"Ehhh...Astaga Ma, maaf ka, saya gak sengaja nangis di pundak kaka."
"Ya gak papa, loh punya tisu gak?"
"Ya ampun romantis banget ka, pasti buat ngusap air mata saya kan?"
"Pede banget loh ya, buat ngusap ingus loh nih yang nempel di baju gue."
Seketika Manda merasa malu dan langsung lari meningalkan Dewangga yang sedang mengulurkan tangannya untuk meminta tisu.
"Dasar cewe aneh..." Ucap Dewangga sambil tersenyum.
Manda bergegas untuk kembali ke kelasnya yang saat ini sedang berlangsungnya kegiatan perkenalan guru mata pelajaran dan di kelas Manda sedang berlangsung nya pengenalan guru mata pelajaran matematika. Entah kenapa ada gosip yang beredar bahwa guru matematika itu sangat galak.
"Permisi... Maaf bu saya telat."
"Habis dari mana saja kamu!?"
"Dari kamar mandi bu, hehehe."
"Dari kamar mandi ko sampe setengah jam, habis berenang?"
"Saya ketiduran bu, hehe."
"Astaga, hari ini kamu ibu hukum, tolong kamu berdiri di depan pintu masuk dengan kaki mengangkat satu dan tangan di telinga."
"Bu, Maaf Bu, baru juga MPLS bu udah di hukum aja."
"Justru itu kamu ibu hukum. Baru MPLS aja sudah telat, gimana nanti? Sekarang keluar dan berdiri di depan pintu!"
Manda melangkahkan kakinya untuk keluar dari ruang kelas. Manda merasakan perasaan sedih dan senang. Sedih karena dia di hukum dan senang karena dia dapat bersandar di bahu Dewangga. Dekat dengan Dewangga adalah tujuan Manda untuk melindungi Dewangga dari peristiwa yang di alami Manda dari mimpinya. Tanda yang menandakan peristiwa akan terjadi pun belum muncul hal itu yang membuat Manda untuk sedikit tenang.
Di waktu yang sama, Lia sedang berjalan di Koridor sekolah untuk menuju toilet. Kebetulan Lia melewati kelasnya Manda dan melihat Manda sedang di hukum.
"Baru juga MPLS udah di hukum aja loh."
"Ini bukti kalo gue itu murid teladan."
"Hahaha, sabar ya Man, loh emang murid paling teladan. Dahh gue ke WC dulu, semangat di hukum nya."
"Sana pergi jelangkung, datang tak di Undang."
Lia pun mengeluarkan acungan jari tengahnya kearah Manda.
Sayangnya Manda, Lia da Cya memasuki kelas yang berbeda. Mereka hanya bisa bertemu di waktu berangkat Sekolah, istirahat dan pulang sekolah. Tetapi jarak dan waktu bukanlah hal yang dapat memisahkan tali persahabatan dari ketiga manusia yang langka ini. Mungkin persahabatan inilah yang kedepannya dapat membantu Manda di masa depan atau malah menjadi bencana yang menyulitkannya di masa depan.Extra :
"Saat ketulusan bersandar dalam Jiwa, cinta itu pasti akan jauh lebih sempurna."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE FUTURE GIRL
FantasyAmanda Naladhipa Seorang anak yang memiliki kemampuan melintasi ruang dan waktu? Dunia di penuhi dengan peristiwa peristiwa yang memungkinkan hal hal aneh dapat terjadi di kapan saja. Tanggung jawab yang berat dia pikul demi menyelamatkan teman te...