night sea²

174 36 27
                                    

"Akan ku bawa kau kembali ke kapalmu," kata Chaeryeong.

"Kau yakin kawananmu tidak akan melihat kita?" tanya Beomgyu mengingat perkataan Chaeryeong sebelumnya.

Chaeryeong mengangguk kecil, "sarang kami berada agak jauh dari sini. Kalau kita beruntung, kita bisa sampai di kapalmu dengan selamat."

"Baiklah, kita pergi sekarang," titah Beomgyu yang tidak ingin berlama-lama lagi di sini bersama makhluk yang sewaktu-waktu bisa membunuhnya ini.

"Tubuhmu pucat sekali, apa kau yakin tidak akan mati kedinginan nanti?" Chaeryeong khawatir dengan kondisi tubuh sang kapten.

"Tidak perlu dipikirkan, aku sudah sering mengalami ini karena pekerjaanku," jawab Beomgyu.

Namun kekhawatiran Chaeryeong belum pergi. Sang siren mendekat, memeluk tubuh sang kapten yang benar saja terasa dingin. Lalu sembari melantunkan irama merdu di dekat telinga Beomgyu, tangannya mengusap punggung pucat itu pelan.

Mendengar nyanyian siren secara langsung, mustahil jika pria itu tak terbuai. Pandangan Beomgyu menjadi kosong seperti rohnya telah diangkat dan lama-kelamaan pandangan kosong itu menggelap.

Nyanyian sang siren terhenti paksa karena sang kapten yang secara tiba-tiba menciumnya.

Chaeryeong terkejut, ia lupa kalau nyanyian siren dapat membuat sang pendengar menjadi terbuai dan memikat nafsu. Dan ini adalah ciuman pertamanya.

Dorongan kuat ia berikan pada bahu Beomgyu berharap pria itu dapat menjauh darinya namun usahanya sia-sia. Chaeryeong hanya bisa menunggu Beomgyu sadar dari pengaruh nyanyiannya tadi.

Mungkin sambil menikmati bagaimana bibirnya dipagut oleh sang kapten. Chaeryeong tidak menyangka manusia bisa seagresif ini menyangkut nafsu, ia tidak pernah melihat siren maupun mermaid agresif dengan pasangannya.

Lama kelamaan ciuman itu membuat Chaeryeong terbuai juga, ia belum pernah merasakan ciuman sebelumnya dan pengalaman pertamanya ini tidak begitu buruk walaupun ia lakukan dengan manusia.

Tak sengaja netranya bertatapan dengan netra Beomgyu, tampaknya sang kapten sudah tersadar karena tatapannya sudah tidak terlihat gelap lagi.

Segara Beomgyu menjauhkan diri dari sang siren. "M-maafkan aku," ucap Beomgyu dengan nada kaget. Dadanya naik turun karena terengah-engah.

Chaeryeong hanya tersenyum tipis sembari menggeleng, "apa tubuhmu sudah hangat?"

Beomgyu terdiam sejenak. Benar, tubuhnya terasa lebih hangat dari sebelumnya. "Ya, sudah lebih hangat," jawabnya kecil. "Maafkan aku sudah lancang, aku tidak sadar telah melakukannya," ucap Beomgyu lagi.

"Tidak apa-apa, itu karena pengaruh nyanyianku tadi. Maaf telah membuatmu terpengaruh, aku lupa kalau nyanyian siren berefek seperti itu," jawab Chaeryeong. "Jadi apakah sudah siap kembali ke kapalmu lagi?"

Beomgyu mengangguk mantap.

"Sebentar, aku akan melihat situasi," ujar sang siren lalu menceburkan dirinya ke air. Beberapa saat kemudian menyembulkan kepalanya memberi aba-aba agar Beomgyu mengikutinya.

Beomgyu pun ikut menyebur dan dirinya terkejut mengetahui kedalaman laut yang sedang ia tempati sekarang. Ini sangat jauh dari permukaan, ia tidak yakin bisa bertahan sebelum sampai ke kapalnya.

Apalagi awak kapal yang lain. Sudahlah, Beomgyu harus menerima nasib bahwa ia akan pulang sendiri tanpa yang lain. Meskipun akan ada masalah menimpanya nanti.

Beomgyu yang mulai berenang merasakan tubuhnya didekap. Itu Chaeryeong yang mendekapnya sambil terus berenang ke atas.

Penampilan sang siren begitu berbeda ketika di goa tadi. Dengan ekor dan siripnya, sang siren terlihat lebih menyeramkan. Sampai saat ini, Beomgyu masih belum memercayai bahwa dirinya berhadapan dengan siren asli.

Library of ImaginationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang