Five

259 33 4
                                    


David tidak heran akan kondisi ayahnya yang semakin memprihatinkan setelah seminggu kembali dari China. Dia mendapati ayahnya itu menangis di dapur sejak kedatangannya sebelum keesokan harinya mereka angkat kaki dari kediaman Ten.

Taeyong bahkan melewatkan makan malam lantaran Ten tidak melihatnya sama sekali. Yang dicintai itu hanya fokus kepada David. Bahkan esok harinya mereka pergi tanpa di dampingi oleh Ten. Meninggalkan sebuah catatan kecil dan menempelkannya di kulkas.

"Kami pergi"

Dan dua kata yang Taeyong tulis itu menyiratkan bahwa dia benar tidak memiliki harapan lagi untuk membuat Ten kembali kepadanya.

"Berhentilah menjadi pria cengeng di saat Daddy masih berharap, simpan air matamu itu untuk suatu kelak jika Papa muncul di hadapanmu lalu menggandeng tanganmu" kata David.

Taeyong menyeka air matanya saat memandangi jemarinya. "Percuma, karena suatu kelak itu tidak akan pernah muncul, jadi jangan larang Daddy menangis, kau tidak akan pernah mengerti" jawab Taeyong.

"Justru karena aku mengerti makanya aku bicara seperti itu. Aku bisa rasakan bagaimana perasaan Papa kepadamu Dad, Bertahun-tahun aku bersamanya, dan pandangannya masih sama seperti dia memandangimu sambil memasang dasimu dulu, dia mencintaimu" kata David.

Taeyong menggeleng, "Bahkan dia enggan menatapku" kata Taeyong.

"Itu karena dia malu" jawab David. "Papa memanglah bukan seorang gadis, tapi dia akan sama seperti gadis atau wanita lainnya jika bersama orang yang dicintainya. Dia akan malu lalu merona dan berakhir memalingkan wajahnya. Seharusnya Daddy tahu itu mengingat kau dalam posisinya sejak Papa pergi" jelas David.

"Papa pernah mengatakan kepadaku, terkadang apa yang terucap, belum tentu itu yang hati inginkan, begitupun sebaliknya" jawab David lalu dia menyerahkan sesuatu kepada Taeyong. "Mommy berharap kau datang" katanya lalu beralih ke kamarnya.

Taeyong mengerutkan dahinya memandangi sebuah undangan berwarna putih dengan tinta berwarna silver. Undangan pernikahan Seulgi.

Taeyong tersenyum tipis setelah membuka undangan tersebut. Dia memuji bagaimana konsistennya mantan istrinya itu untuk tidak akan muncul lagi di hadapannya setelah mereka bercerai. Dan sekarang dia berharap Taeyong hadir di pernikahannya dan Seulgi meminta Taeyong tidak hanya membawa David, tapi Ten juga, kalau tidak

"Jika kau tidak datang bersama Ten, maka, aku akan merebut David darimu, dan tidak akan ku biarkan kau bertemu dengannya walau sedetik!"

Ancaman telak dimana Taeyong tidak ingin anaknya bersama wanita yang bahkan saat dia tahu dia hamil, justru berniat menggugurkannya, bahkan dengan bersusah payah Taeyong memintanya bertahan lalu setelah lahir dia yang akan merawatnya.

"Ibumu licik!" teriak Taeyong kepada David. David yang sudah berada di dalam kamarnya keluar namun hanya berdiri di ambang pintu menatap ayahnya kesal. "Aku sudah merasakan bagaimana malangnya nasibku bersamanya nanti dan Daddy tidak maukan aku seperti itu bukan? Jadi?" tanya David.

Taeyong yang masih kesal semakin kesal dengan pertanyaan anaknya itu. Dia menarik rambutnya frustasi. David menutup pintu lalu menahan tawanya bersandar pada dinding kamarnya.

"maafkan aku Dad, tapi hanya dengan itu aku dapat membantumu supaya kau bergandengan lagi dengan Papa" ujarnya membhatin. Kenyataannya adalah idenya untuk membuat ancaman itu dan bekerja sama dengan ibunya.

Taeyong menghubungi ayahnya dan meminta ayahnya untuk membujuk Ten. Tapi sayang, ayahnya justru memarahinya dan memintanya untuk melakukannya sendiri. Begitu juga dengan ibunya, kakak dan juga Luhan kakak iparnya.

Mereka semua menolak dan Luhan malah menghinanya dengan mengatakan "Pria payah sepertimu tidak pantas menggandeng Ten di pernikahan wanita yang telah menjadikannya asing, malang sekali nasibmu adik ipar" katanya.

More Than Anything [TaeTen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang