Six [END]

374 37 9
                                    

Kedua orang tua Taeyong memperhatikan Ten. Banyak yang ingin di sampaikan tapi mereka memilih untuk mendengarkan Ten bicara.

"Ayah... Ibu...sebelumnya aku minta maaf atas situasi beberapa tahun ini. Aku sebenarnya sudah tahu kalau kalian tahu bagaimana pernikahanku dan Taeyong berakhir. Aku tidak ingin membebani Ayah dan Ibu akan masalah kami. Kami bertiga sudah menyelesaikannya" kata Ten.

Dia melirik ke arah taman belakang. Di sana pastilah Taeyong menangis sekarang. Ten kembali memandangi kedua orang tua Taeyong. "Jika Ayah dan Ibu merestui, izinkan aku bersama Taeyong lagi. Aku masih mencintainya. Aku sudah memaafkan kesalahannya walau berat memang. Tapi mengingat dia yang bersungguh-sungguh kepadaku, ku rasa cukup sudah dia menderita akan kesalahannya selama aku meninggalkannya. Kedengarannya naif sekali, tapi aku mencintai putra Ayah dan Ibu, satu-satunya yang tidak bisa aku lakukan adalah untuk tidak mencintainya. Jadi aku mohon restu Ayah dan Ibu untuk memperbaiki hubungan kami lagi " jelas Ten.

Ibu Taeyong bahkan sudah menangis sejak Ten meminta izin untuk kembali bersama putranya. Jelas sudah wanita paruh baya itu akan merestuinya. Berbeda dengan Ayah Taeyong, pengusaha terkenal itu tampak terkejut dengan pernyataan Ten,

"Kau serius, Ten?" tanyanya. Ten menganggukkan kepalanya,

"Aku sudah memikirkannya jauh hari Ayah. Dan aku tidak pernah main-main dengan ucapanku. Seperti tulisanku dalam suratku untuk Ayah, aku akan kembali kepada kalian, entah itu sebagai Papa David, sebagai sahabat Sehun Hyung dan Luhan, atau sebagai menantumu lagi. Dan semuanya aku wujudkan" jawab Ten.

Taeyong memang beruntung. Entah dari apa hati Ten terbuat sehingga dia tulus kembali kepada orang yang telah melukainya.

"Kami tentu saja merestuimu, kau adalah menantu kami, Taeyong bahkan tidak pernah menandatangani surat cerai itu, Ayah dan Ibu hanya bisa berdoa dan berharap semoga hubungan kalian membaik, dan bahagia tentunya" jelas ayah Taeyong.

"Kalau begitu aku ke belakang dulu, senang bisa melihat Ayah dan Ibu kembali, aku sangat merindukan kalian" kata Ten lalu memeluk kedua orang tua itu bergantian.

....

Sementara itu di taman belakang. David dan Taeyong sama-sama memandangi kolam ikan di depan mereka. Entah apa yang mereka fikirkan sekarang. Taeyong sudah belasan kali menghela nafasnya. "Papamu tidak akan kembali kepada kita David" ujar Taeyong.

"Sepertinya begitu, Papa bahkan mengucapkan salam perpisahan tadi kepadaku. Maaf...aku gagal membujuknya" jawab David.

Taeyong menyentuh pundak anaknya itu. "Jangan minta maaf, mungkin kesalahan Daddy telah membuat perasaan Papamu hilang, karena itulah dia tidak bisa bersama kita lagi. Kau tidak apa bukan jika hanya memiliki Daddy seorang?" tanya Taeyong.

"Mau bagaimana lagi" jawab David.

Ten tersenyum mencuri dengar perbincangan dua lelaki itu, lantas dia keluar dari balik pintu dapur dan duduk begitu saja di samping David.

"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Ten, Taeyong dan David tidak menjawab.

"Sudah selesai bicaranya?" tanya Taeyong.

"Sudah" jawab Ten singkat.

"Lalu?" tanya Taeyong. Ten mengerutkan dahinya.

"Apa maksudmu?" tanyanya.

"Maksudku, apa yang akan kau lakukan setelahnya?" jawab Taeyong.

Ten tertawa kecil membuat Taeyong dan David heran di buatnya. "Bukankah kau ingin bicara denganku? Karena itulah aku ada di sini" jawab Ten.

Taeyong menganggukkan kepalanya. "Kalau begitu aku ke kamarku saja" kata David.

"Kamarmu?" tanya Ten. Haowen menganggukkan kepalanya.

More Than Anything [TaeTen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang