01. HELL

1.1K 64 11
                                        

"Aku tidak membersamai mu dengan ikhlas"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku tidak membersamai mu dengan ikhlas"
















H E L L . 01




Jaemin yang berlari keluar dari kelas begitu usai adalah pemandangan sehari-hari teman sekelasnya. Jaemin terkadang bahkan terlihat begitu gelisah pabila ada dosen yang meminta waktu tambahan agar selesai dengan materinya.






Mungkin orang-orang bisa menilai bahwa Jaemin adalah sosok yang amat sangat menghargai waktu. Tapi apa harus selalu begitu? Tidakkah ada waktu santai baginya?


"Nana udah diparkiran kak" bibir tipis sewarna plum itu tersenyum manis. Mendengar alunan pujian orang diseberang sana melalui telepon.


Hati Jaemin lega. Tak apa bila sosok itu bahkan masih terjebak macet disana. Jaemin lebih ikhlas bila dia yang menunggu untuk waktu yang lama daripada akan mendapat bentakan keras karena membuang waktu kekasihnya.



Jaemin takut dan enggan untuk merasakan luka disekujur tubuhnya.











"Kak Jaemin? Mau pulang?"






Sapaan ramah dan terasa lembut merebut atensi jaemin dari handphonenya. Menghadiahi si penyapa dengan senyum manis andalannya.




"Iya Sungchan, lagi nunggu jemputan nih" Jaemin simpan kembali handphonenya ke dalam tas.






Memusatkan perhatian penuh pada Sungchan, juga menjawab semua pertanyaan yang dia lontarkan. Jaemin tentu senang! Setidaknya ia tak sendirian seperti orang linglung disini.



Jaemin tersenyum, tertawa dan merasa cukup cocok mengobrol dengan adik kelasnya ini. Membahas banyak hal tentang materi kuliah yang mereka emban, sampai membuat Jaemin tak sadar bahwa mobil Audi R8 berwarna metalik itu sudah berada tepat diseberang sana hampir 3 menit.



Tring tring..





"Hal-"











"Kurang ajar ya Lo! Jalang Lo anjing! Kemari buruan bangsat! Berani banget Lo ngobrol sama orang lain!"










Mark menggeram, mematikan sambungan telpon secara sepihak. Jelas dapat Mark lihat dari balik kemudi bahwa wajah Jaemin menjadi pucat pasi. Berlari menuju kearah mobilnya sambil mengucapkan salam perpisahan? pada Sungchan.







Buku-buku tangan Mark memutih, mengepal kuat pada kemudi. Jaemin lagi-lagi memancing dirinya untuk emosi.










Sampai pintu disamping terbuka, Mark tetap diam. Membiarkan Jaemin meraih tangannya yang mengepal membuka kaitan jari itu satu persatu. Mengucapkan kata maaf berkali-kali.











"Maaf-maaf Nana minta maaf" seraknya dengan genangan air mata.




Mark tak mungkin puas, amarahnya tak akan mungkin reda hanya dengan ribuan lagu maaf. Jadi haruskah ia lajukan mobil mahalnya untuk menghabisi lelaki jakung diseberang sana?















***















Air hangat mengalir membasahi kulit telanjang Jaemin. Terkadang meringis kala luka lebam yang ada ditubuhnya tersentuh tak sengaja. Jaemin hanya tersenyum sendu.



Kulit putihnya kini tak pernah absen dari luka membiru. Belum sembuh satu, mungkin esoknya Jaemin sudah dihadiahi yang baru.




Mark.




Pencipta luka, serta rasa perih itu mungkin kini sedang sibuk bercumbu dengan laki-laki atau perempuan lain di club malam.



Merasa tidak punya tanggung jawab atas diri Jaemin yang sudah ia lukai fisik maupun batin.

Mengapa Jaemin tak mendapat hak yang sama?

Mengapa bila Jaemin yang pergi dengan orang lain akan ada hukuman yang menunggunya?










***







"Selamat pagi Nana~"






Suara berat khas dari seseorang yang Jaemin tau dengan jelas, mengusik tidurnya. Gerakan pada tempat tidur, serta elusan pada kepala yang kini terasa membuat tubuhnya terasa kaku.





Memilih berpura-pura tidur adalah pilihan yang dia ambil. Membiarkan Mark mengoceh tentang seberapa cerahnya langit Busan,pagi ini.





Jaemin dan kepala cantiknya yang kini terperban rapi mulai berpikir acak.





Mulai dari ; Kenapa Mark datang begitu pagi? Apa Jaemin akan dilukai lagi? Apa dia mabuk? Atau mungkin bertaubat?





Untuk pertanyaan terakhir Jaemin refleks menggeleng. Tanpa sengaja.





Menghadirkan alunan tawa pelan yang Jaemin sendiri akui keindahannya.






"Jangan pura-pura tidur lagi Nana" ujar Mark lalu mengecup kelopak mata Jaemin lembut. Lalu menyatukan hidung runcingnya ke ujung hidung mungil Jaemin, membagi nafas mereka.




"Harum mint"






Hati Jaemin terasa berdesir, perlakuan manis yang dilakukan Mark memang tak pernah gagal untuk mengejek hati lemahnya. Memberitahukan dengan lancang bahwa Mark masih mampu meluluhkan hatinya, serta memenangkan rasa cintanya kepada lelaki itu.

Jaemin lagi-lagi kalah akan hubungan ini.



***




"Aku bawain kamu makanan masakan papa"

Mark membuka percakapan sambil menata makanan di meja makan apartemen mereka. Mengundang senyum indah Jaemin yang terlihat berselera untuk menghabiskan menu yang dimasak calon mertuanya. Mungkin?

Tak lupa juga bersyukur, kala teringat bahwa ternyata sang kekasih pulang kerumah orangtuanya selepas pertengkaran semalam.


"Nana mau ketemu bunda hari ini, boleh kak?"


Permata coklat Jaemin menatap dengan harap, memohon agar dikabulkan inginnya. Jaemin ingin pulang kerumah yang sebenarnya rumah. Setidaknya untuk mengobati rasa lelah dikepala dan hati. Senyum ibunya adalah obat yang paling ampuh untuk kali ini.

































"Hari Sabtu, jadwal aku kosong hari Sabtu. Dan jangan pergi sendiri tanpa izin aku"










Maka tugas Jaemin adalah mengangguk, dan patuh.











***


̶H ̶E ̶L ̶L​ - MarkminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang