H E L L . 03
Begitu sampai di apartemen, wajah serius Mark yang tenggelam dengan pekerjaannya menjadi penyambut kepulangan Jaemin. Lelaki Lee itu tampak santai tanpa ada masalah, dan rasa bersalah. Menaikkan sebelah alisnya kala mengalihkan pandangan ke arah Jaemin.
"Kamu kehujanan?" Tanyanya kala melihat tubuh sang kekasih kini basah, dan menggigil.
Jaemin menggeleng, tidak ingin menjawab segala bentuk basa-basi lelaki dihadapannya itu. Yang dia butuhkan sekarang hanyalah sebuah jawaban 'tidak ' akan apa yang kini mengganggu isi pikirannya.
"Kak.."
Lidah Jaemin kelu, tak mampu melanjutkan semua kalimat yang sebenarnya telah ia susun selama perjalanan menuju pulang.
Tak kunjung ada lanjutan dari ucapan Jaemin, Mark memilih untuk bangkit dan menghampiri. Merentangkan tangan, memberikan tawaran pelukan hangat yang biasanya mampu menenangkan.
Tubuh menggigil Jaemin malah semakin bergetar. Wajah Mark membuat ingatan Jaemin akan rasa bersalah pada Sungchan semakin besar.
"Kau terlihat ketakutan sayang? Ada apa hm?"
Jaemin berderit mundur saat Mark mendekat. Menghentikan langkah Mark dengan sebelah tangannya.
"Jangan mendekat!!"
(Saya sudah minum, sudah mandi 😠🫵🏻)
Mark terdiam, memberikan tatapan tak senang akan ulah Jaemin yang berani berteriak dihadapannya.
"Kau kenapa Nana?"
Jaemin lunglai, tubuhnya lemah tak mampu berdiri tegak. Tapi ia tetap berusaha melanjutkan kalimatnya.
"Tolong katakan tidak atas apa yang akan aku tanyakan" Jaemin mengangkat kepalanya agar bisa menatap wajah itu saat memberinya jawaban. Wajah Mark sudah terlihat tak senang Jaemin memancing amarahnya terang-terangan.
"Sungchan..—" Jaemin nanar menatap mata tajam itu bolak balik, Mark tak terlihat gentar dengan wajah angkuhnya, "Kakk apa Sungchan—"
"Ohh..kau sudah tau hm? Ya, aku menyerangnya kemarin, ku kira dia akan mati, tapi ternyata hanya sekarat saja" Mark menjawab dengan santai.
Walau sudah berusaha untuk mempersiapkan dirinya, nyatanya Jaemin tetap tak kuat untuk mendapatkan jawaban gila ini. Kakinya melemah, hatinya terasa di terjang batu besar sangkin pedihnya merasa bersalah.
"KAU IBLIS BAJINGAN!!" Jaemin berteriak dengan suara bergetar. Wajahnya memucat, dengan napas terengah-engah. Mark terlihat tidak ada penyesalan saat mengucapkannya. Membuat perasaan kecewa Jaemin semakin menggenang kepermukaan.
Melupakan kenyataan bahwa seseorang didepan nya itu tak pernah ragu untuk menyakiti, Mark pasti murka melihat kelakuannya. "Kau baru saja meneriaki-ku?" Desisnya.
Jaemin terhenyak, benar! Jaemin baru saja berteriak di depan kekasihnya. Dan itu adalah kesalahan yang sempat dia lupakan. Tapi untuk apa minta maaf, kelakuan Mark bahkan lebih gila dari pada sekedar berteriak.
Namun memangnya Mark mau untuk repot membading-bandingkan?
"Jalang tidak tahu diri!"
Tercubit, hatinya tercubit kesekian kali kala kata hinaan itu disematkan Mark terhadapnya. Dia bukan jalang!
Tubuh Jaemin diterjang sampai menghantam tembok dibelakangnya. Dagunya dicengkram sampai terasa seperti tercekik.
"Kau benar-benar tidak tahu diri huh? Kemarin menggoda lelaki lain dan sekarang berteriak tanpa sopan santun di apartemen ku?"
Mark terlihat sangat murka, bahkan urat dilehernya timbul sangkin tegangnya. Mark seperti dikuasai iblis.
"Ada apa Nana? hmm? Kenapa bibir manismu ini tiba-tiba berani berteriak tidak tahu sopan santun seperti itu? Apa karena Sungchan selingkuhan mu itu hah? Kau mau menyusulnya kerumah sakit?"
Jaemin menggeleng dengan gusar, dagunya sakit dan Jaemin takut mati ditangan kekasihnya sendiri. Dan gila nya bisanya Jaemin masih mengingat bahwa orang gila ini adalah sang kekasih?
"Aku sudah begitu murah hatinya tidak membuatmu ikut koma bersama Sungchan Na.. dan kau malah memintanya? Sudah sejauh mana hubunganmu dengan bocah tengik itu? Hah?" Mark menggeram marah, tak perduli meski pipi pucat yang selalu dipujanya, kini sudah mengeluarkan darah.
"Saass-kit"
H E L L . 03
Panas matahari yang begitu membakar kulit, tak ayal membuat para kating jurusan itu jera. Entah kenapa Jaemin malah melihat semangat mereka untuk mengerjai angkatannya semakin membara saja. Jaemin sudah pasrah sedari awal menginjak lapangan bola ini, membiarkan apa saja yang ingin mereka lakukan, mencoba menjadi mahasiswa baru yang tidak mencolok agar tidak jadi santapan kejahilan.
Bahkan ketika Hyunjin mulai mengeluh mengenai kakinya yang sudah terasa pegal akibat disuruh jongkok tak berkesudahan, Jaemin hanya berdehem lalu mencubit lengannya pelan. Memberi isyarat pada temannya yang cantik itu diam saja.
"Aku sudah tak kuat Na, ayo pura-pura pingsan saja" bisik Hyunjin dengan wajah memerah.
Jaemin menggeleng, enggan mengikuti saran gila dari Hyunjin. Baginya akting pura-pura pingsan hanya akan menambah masalah jika ketahuan, dan Jaemin yakin kemampuan aktingnya adalah minus. "Lakukan sendiri Hyun. Aku malas dengan drama" desisnya menahan panas.
"Okeyy!!" Hyunjin menyetujui dengan mudah dan langsung menjatuhkan tubuhnya begitu saja.
Lalu tentu saja para kakak tingkat dengan penanda pita hijau mendatangi barisan mereka, membopong tubuh indah Hyunjin untuk dibawa ke posko kesehatan. Jaemin memutar bola matanya malas, Hyunjin dengan akting pura-pura pingsannya buat ia kesal dan sedikit mual.
"Kau yang ber hoodie hijau, ikut kak Mark sana!"
Ya tuhan apa lagi ini?
"Aku tidak suka dengan warna rambut mu"
Apa kira-kira yang Jaemin Na bisa lakukan selain memasang muka heran? Apa urusan lelaki tampan ini dengan rambutnya? Tidak ada!
"Maaf kak, maksudnya gimana ya kak?" Tanyanya sopan.
Pria itu akhirnya membalikkan tubuhnya, memasang wajah dingin dan seperti kurang senang. Tapi memangnya Jaemin salah apa?
"Rambutmu warnanya terlalu terang, kau sengaja ingin cari perhatian hah?"
Oh astaga, kepalanya makin pusing rasanya, selain panas dari matahari yang sudah membuat nyeri, pernyataan tidak mendasar Mark malah membuat kepalanya makin terasa berat.
"Maaf kak—"
Brukkk
Sepertinya Jaemin harus ikut Hyunjin ke posko kesehatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
̶H ̶E ̶L ̶L - Markmin
Fanfiction18+ ⚠️ physical violence, exploitation ⚠️ ANGST ⚠️ BXB
