Jika memang waktu adalah saksi terbaik, maka kisah kita adalah hasil dari kesaksian sang detik, menit, dan jam di dunia penuh harapan ini. Harapan-harapan besar mau pun kecil, akan pelan-pelan diriku wujudkan hanya untuk dirimu, kisah yang sebenarnya hanya milik diriku dengan dirimu.
-
Perayaan megah bahkan sederhana dimana-mana, tidak semua orang melakukannya-hanya beberapa orang tertentu saja. Begitu pun dengan dirinya, bersantai dengan kopi hangat yang dibelinya kemarin di supermarket, lalu menelepon ibunya-menanyakan kabar, dan kesehariannya. Rindu, perasaan yang selalu ia simpan untuk ibunya. Hari ini adalah hari terakhir sebelum menuju empat tahun hidup di London, Inggris sebagai seorang mahasiswi. Tersisa satu tahun lagi, andai waktu mampu untuk berhenti. Andai. Apa kabar hari perayaan natal diliputi hari tahun baru, di Korea sana? Apakah ibunya seperti biasa membagikan makanan kesukaannya, kesana kemari ke tetangga?
Malam ini sangat berisik, hari ini sunyi seperti kalah melawan deru bunyi kembang api. Mungkin, ini saatnya Utahime (kembali) untuk meneliti ada berapa banyak kembang api yang sudah diluncurkan oleh orang-orang, kegiatannya malam ini juga sedang renggang. Tak ada acara. Membersihkan apartemen, makan malam, mengerjakan tugas kampus, lalu.. ah, menelepon ibunya. Sedikit sekali, sial. Kalau dibayangkan kegiatan teman-teman kampusnya, terutama Shoko dan Geto sudah pasti membludak. Kabar mereka baik-baik saja, jarang terlihat namun mereka tidak mendapati masalah. Awal rencana untuk bepergian pada malam ini, Shoko dan Geto membatalkannya. Toh, juga Utahime sedang tidak ada niat. Biarkan dua sahabatnya itu, bepergian berdua-salah satu kebahagiaan yang bisa ia rasakan juga.
"AH! IORI UTAHIME!" Ia mendongak ke arah belakang tubuhnya, tubuh tinggi lumayan berisi itu sudah dapat dipastikan bahwa itu Gin. Salah satu teman laki-lakinya di kampus, seperjurusan.
"Mau kemana? Tumben sendiri." Ia sedang tak berselera menjawab pertanyaan itu, nanti juga Gin akan mengikutinya. Kebiasaan-seperti bocah.
"Oh, kopi hangat. Seperti biasa, ya." Benar, bukan? Ya, siapa tahu laki-laki ini sedang memiliki waktu senggang. Jadi, sekalian saja.
"Mau?" Anggukan yang membuat rambut pirang kesamping kanannya bergoyang-goyang, Gin meminum kopi hangat yang dibelinya-ia membeli dua. Tidak enak kalau satu saja.
"Terima kasih, lo nggak ada acara malem ini? Shoko? Geto?" Gelengkan saja kepala kalian ketika sedang tidak berniat untuk mengobrol, sangat tidak sopan. Jika dipaksakan, juga tidak baik bukan?
"Mereka ada urusan," ia menjawab sebisanya, tapi hal itu memang benar adanya. Ia juga tidak merasakan kesepian yang "mendalam". Biasa saja, biasa saja. "Cowok lo?" Bibirnya kaku, kelu yang pertama kali ia rasakan. Sampai saat ini, ia tidak pernah menjalin hubungan dengan laki-laki mana pun. Kalau pun itu terjadi, bisa ia pastikan tidak akan berjalan lancar-sama sekali tidak.
"Nggak ada," sampai disini saja. Energinya masih tersisa sedikit, ia ingin merebahkan diri di sofa empuknya, mengembalikan energi. "Gue pamit duluan, masih ada kerjaan di apartemen." Tarikan paksa tangan Gin membuat ia sedikit tidak nyaman, apa lagi? Bukankah tadi itu hanya sekedar basa-basi biasa? Lantas?
"Lo.. bisa kan bareng gue sebentar lagi? Cuma bebera-" demi kenyamanan diri sendiri, ia melepaskan tarikan tangan paksa dari Gin. Ia segera bersitatap serius dengan laki-laki di depannya, apa mau laki-laki sekampusnya ini? Dia ingin berharap lebih? Ia saja bahkan sudah kelelahan untuk berharap, apalagi memberi harapan.
"Utahime punya urusan yang lebih penting." Ia mengenali suara serak khas laki-laki ini, jadi apakah..
"Oh, Gojo. Apa kabar? Lo beberapa hari ini kemana aja? Biasanya kan nempel mulu sama-"
"Bukan urusan lo, Hime ayo!" Tegang sebentar mengujur tubuhnya, langkah kakinya melangkah cepat mengikuti arahan pegangan tangan Gojo kepada tangan putih kurusnya. Bagaimana nasib Gin, itu bukanlah urusannya-Iori Utahime.
-
"Cowok nggak jelas, gatel kesana kemari." Utahime masih menutup rapat-rapat bibirnya, memberikan waktu kepada Gojo untuk mengoceh atas apa yang terjadi beberapa menit lalu. Mereka berdua sedang duduk, di kursi mobil milik Gojo-sama seperti waktu itu, saat pertanyaan itu menjadi bayang-bayang.
"Sialan, lo nggak apa-apa kan?" Utahime mengangguk mengiyakan, semua anggota tubuhnya baik-baik saja. Tersisa satu saja, satu saja. Gojo mengelus pelan tangan kiri Utahime, dengan tundukan kepala. Kenapa? Apakah dirinya-Gojo belum mampu menatap kedua manik mata hitam Utahime?
"Selamat natal, dan tahun baru, Iori Utahime. Maaf.." Utahime melepaskan seatbelt mobil, mereka masih memarkir mobil Gojo di parkir dekat supermarket kopi hangat tadi. Utahime meraih wajah Gojo, berbeda dari biasanya. Pupil mata Gojo seketika membesar, tetesan bulir air mata tersisa di dekat pipi Gojo. Utahime menghapusnya dengan jari-jari tangannya, sejujurnya Utahime bingung harus menunjukkan reaksi apa. Namun, di kepala serta benak hati Utahime mengatakan bahwa "hari ini semua harus terungkap, setelah itu selesai".
"So, for now what is your answer to me?" Utahime tidak bisa mengatakan bahkan mendeskripsikan apa yang selama beberapa hari dipikirkannya, kalimat itulah satu-satunya yang bisa diucapkan dengan rasa sakit. "I love you, only love you, only you. I don't care about your job, your friends, your family, or anything else. I.. just don't want to leave you alone-again. I always love you, and finally." Habis sudah daya tahan agar tetesan air mata itu tidak pernah jatuh (kembali), Utahime menundukkan wajahnya. Semua energinya sudah habis, kosong.
Deru nafasnya menjadi tak beraturan, sudah berapa tahun ia tidak menangis histeris seperti ini? Sudah berapa lama sampai masa-masa menyakitkan itu, akhirnya mengalah berdamai dengan dirinya? Kini, giliran Gojo yang mengangkat setelah itu menelungkupkan wajah Utahime-perempuan itu, perempuan yang selama ini Gojo cari dan bayang-bayangkan memanglah dirinya, Iori Utahime.
"I only only only love you, sorry.. Thank you for always waiting to me, Iori Utahime. Thank you." Deras sekali air matanya keluar, apa karena sudah lama Utahime tak menangis sebebas ini? Hari ini, adalah hari dimana semua akan terjawab meski tidak semua melalui kata-kata. Hari ini juga adalah hari terakhir dari semua kesalahpahaman. Masa lalu yang menyakitkan itu sudah terjawab di hari ini, malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
another side - Gojo x Utahime.
RomanceBiarlah awal kita berjumpa begitu kaku, namun awal perasaan ini tak berujung kaku. Diriku ini begitu lemah ketika bertatap dengan dirimu, dimana perasaan itu masih diantara satu insan. Bagaimana caranya, agar dirimu mampu melihat diriku, tanpa harus...