Chapter 38 : Serigala mengincar Mangsa.
Daffa mengalihkan pandangannya. Ia sedikit terkejut karena bisikan tiba-tiba dari sang Ayah.
Netranya berpura-pura bingung, menatap sang Ayah seolah tak tahu apa-apa. "Apa, Yah?"
"Kamu natep anaknya Sean kaya serigala yang lagi ngincer mangsanya. Tau?" bisik Dero lagi. Matanya masih saja menyipit penuh interogasi. "Jangan-jangan kamu suka, ya, sama dia?"
Daffa menggeleng. "Enggak. Lagian, siapa juga yang natap dia? Ayah kali."
"Eh, apa-apaan? Ngapain Ayah natap anaknya Sean? Buang-buang waktu aja."
"Ya gak tau," Daffa mengelak.
"Ga usah ngelak. Kamu terpesona, kan, sama anak saya yang cantik dan imut?" sela Sean tiba-tiba.
Daffa terdiam. "..."
Dan Dero pun melotot tak senang. "Apa? Anak saya ga mungkin terpesona sama anak kamu yang ingusan begitu!"
Sean terkekeh santai, netranya meledek kedua ayah-anak didepannya. "Jangan bohong. Saya tau anak saya memang se cantik itu. Gen saya emang bagus!"
"Banyak omong," ledek Dero mengelak.
Daffa menghela nafas lelah. Sedari tadi, kedua aki-aki ini terus saja bertengkar karena hal kecil.
Netranya sekali lagi melirik Ifah di depan sana. Tapi, kali ini ia malah dibuat tertegun, karena secara tak sengaja tertangkap basah oleh Ifah sendiri.
Ifah mengangkat alisnya tinggi, seolah bertanya ; Kenapa?
Daffa mengalihkan pandangannya santai, seolah sama sekali tak pernah menatap ke arah Ifah.
Ifah mengernyit bingung. "Apa-apaan?" lirihnya tak terima.
Zakka dan Wendi saling memandang. Kedua wanita paruh baya itu berbisik saling menyusun rencana.
***
"Duh, kayanya Mama, Ayah, Tante Zakka sama Om Sean mau disini dulu. Malu juga kalau pulang cepet-cepet," Wendi berucap seolah segan.
Daffa menatap sang ibu penuh tanya. "Kok tiba-tiba?"
"Ya gimana... Mama tiba-tiba sadar kalau kita kaya ga sopan banget. Pulang cepet, datang telat. Padahal yang nikah itu rekan deket Ayah kamu."
"Yaudah, kalau gitu aku sama Ifah tungguin aja," jawab Daffa tenang. Netranya bergulir, menatap Ifah di depan sana yang saat ini tengah juga memprotes pada ibunya.
"Eeh, ga bisa gitu, dong, Kak," Zakka menggeleng tak terima. "Besok kamu masih Ujian, 'kan?"
"Ya terus gimana, Mama? Yakali aku pulang harus barengan sama Daffa."
Zakka mengangguk. "Tapi Mama rencananya memang bakal nyuruh kamu pulang sama Daffa aja. Kata Tante Wendi, Daffa bawa motor, kok."
"Ga, deh, Ma. Kakak disini aja," tolak Ifah lagi.
"Enggak. Besok kamu ujian, jadi mending pulang duluan supaya bisa belajar, Mama, Papa sama Adek pulangnya nanti dulu karena segan sama yang pesta."
Kedua bapak-bapak, Sean dan Dero, sama sekali tak tahu bahwa istri mereka telah melakukan langkah lain. Keduanya kini tengah berbincang dengan pasangan suami istri baru di depan sana.
Sebenarnya, yang dikatakan rekan Sean dan Dero itu masih berumur sekitar 30 Tahun. Lelaki yang menjadi Junior mereka.
***
"Lo bawa kunci rumah, 'kan?"
Ifah menggeleng. Ia lupa.
Daffa menganga sejenak, lalu protes tak senang, "Ya terus lo bakal pulangnya gimana, Pesek?"
"Ya ga tauu! Lagian, gue lupa bawa kunci tadi sebelum pergi. Terus kunci satunya lagi itu sama Mama."
Daffa berhenti di depan pagar rumahnya. Kalau sudah begini, bagaimana langkah selanjutnya?
Biarkan Ifah duduk berangin saja di depan rumah sembari menunggu kedatangan Papa dan Mamanya? Atau, biarkan Ifah ikut dengannya ke dalam rumahnya saja, guna menunggu keluarga Ifah pulang?
***
ENJOY!!
Ó.Ò
KAMU SEDANG MEMBACA
ADDICTED || DAFFA [Tamat]
Teen Fiction❝Saya titipkan Ifah padamu, Nak.❞ Daffa dan Ifah adalah teman masa kecil, yang sama-sama menyukai puding mangga. Setelah lama tak bertemu, akhirnya mereka kembali saling menyapa kala Daffa berpindah rumah dan menjadi tetangga Ifah. Apalagi kedua Aya...