Lima belas menit berlalu semenjak Miya meneteskan air matanya. Masih dalam posisi membaca diary, hatinya seakan berbicara. “Apakah kita masih bisa bertemu?” Ia ingin bertemu dengannya sekali saja, ia rindu dipeluk, di genggam, rindu senyumannya dan rindu mendengar suaranya. Miya merasa kehadiran Alu masih terasa begitu nyata, terasa seperti baru berpisah dari kencan yang menyenangkan. Tapi itu hanya kenyataan yang tidak mungkin, dia sudah pergi ketempat yang sangat jauh.
Keesokan harinya*
“Grep”
“Huft…”
Lelah, Miya sedang merapihkan beberapa dokumen yang harus segera ia serahkan
pada direkturnya itu, lebih tepatnya dokter. Miya bekerja sebagai asisten dokter sekaligus kakaknya sendiri Estes.“Kenapa menghela nafas begitu sih?, cepetan banyak pasien yang datang tuh”
Suara menyebalkan itu berasal dari kakaknya yang seorang dokter dan harus aku dampingi
“Ck, iya bentar! lagi beresin ini”
Sembari mengeritkan keningnya karena dibuat jengkel oleh kakaknya yang sangat amat tidak sabaran
“Duhh, cepat deh, kau ke ruangan nomor 113 ya! aku ada urusan dengan pasien lama”
Suaranya memudar menandakan orang menyebalkan itu sudah pergi dari ruangan ini
“Ck, apa katanya? Ruangan 113? Aku sendiri nih? Malas banget”
Miya mendengus kesal melihat perlakuan kakaknya tapi ia tetap berjalan menuju ruangan nomor 113, tentu saja ia harus memasang wajah sopan dan bersikap profesional.
[author : ini yang dinamakan bermuka dua ygy]“Greek” suara pintu geser
Miya segera masuk dan menjatuhkan peralatan ceknya, tubuhnya membeku dikejutkan oleh pasien nya itu.
“!!”
“Alucard?” gumam Miya
Miya memasang wajah bengong dan menatap pasien dan berjalan perlahan mendekat
“M-maaf?”
Tentu saja pasien terkejut dan merasa aneh dilihat seperti itu, siapa orang yang tidak merasa aneh dan terkejut saat dirinya ditatap terus – menerus oleh orang yang tidak dikenalnya? ia pun melambai – lambai pada Miya
“... Mba?”
“….” “ah.. di dunia ini kan banyak orang yang mirip..mungkin aku hanya sedang kecapekan saja?”
Setelah sadar Miya bergegas mengambil barang – barang yang jatuh tadi dan memeriksa keadaan pasien, wajahnya memerah padam. Ia malu!.
“Maafkan perlakuan saya tadi, secara tidak sopan menatap anda terus, maaf ....”
“Ah tidak apa, aku hanya sedikit aneh haha” jawab pasien
Miya mengukur suhu badan pasien, dan melakukan hal – hal yang seharusnya ia lakukan
“Namanya Hadwick..” gumam Miya
“Hadwick.. Ya?” bertanya untuk memastikan
“Oh saya? Ya..saya Hadwick”
Miya tidak yakin dengan orang ini, kenapa seolah – olah dia tidak tahu namanya? Gelagatnya pun aneh, terlihat bingung saat ditanya namanya. Ah tapi Miya tidak terlalu memikirkan hal itu, setiap orang pasti punya cerita masing – masing. Begitupun dirinya.
“Sebenarnya saya tidak yakin itu nama saya”
Miya yang sedang merapihkan barang – barang dan hendak keluar kamar tiba – tiba terdiam karena ucapan pasiennya itu. Bingung, bagaimana bisa? Melihat sejenak kertas berisi data orang itu, dan tertulis bahwa ia mengalami amnesia parah?
“Huh? Kenapa aku gak nyadar sih? Wajar kali”
Tetap memasang wajah profesional dan diam seperti akan mendengarkan, karna ia tahu pasiennya itu pasti akan melanjutkan kalimat tadi.
“Kata orang, aku ini korban tabrak lari, semua orang mengira aku mati hari itu tapi nyatanya aku hanya terluka parah dan mengalami amnesia. Sejak saat itu aku selalu dipanggil Hadwick, aku pun tidak tahu darimana asal nama itu, mereka hanya asal sebut dan jadilah namaku. Hanya saja aku belum terbiasa dipanggil begitu haha”.
“pasti sedih ya?..”
Duduk manis di kursi sebelah kasur pasien, Miya mengamati. Saat Hadwick bercerita entah kenapa hatinya sakit. Teringat kenangan lalu yang sangat buruk. Wajahnya memerah dan ingin meneteskan air mata tapi ia harus menahannya karena ini jam kerja.
“Aku bahkan tidak tahu dimana keluargaku, siapa dirku. Hanya satu nama yang teringat diotakku” lanjutnya Hadwick
Miya berfikir, mungkin ini bisa jadi petunjuk untuk membantu menemukan ingatannya. “ah..apa? mungkin itu bisa membantu” . Hadwick terdiam sejenak saat hendak mengatakan nama itu
“… Mi—a“
“Hey! Lagi ngapain sih? Aku butuh bantuanmu sekarang juga, jika sudah selesai cepat kemari-!”
Miya segera menoleh pada sumber suara, sebenarnya ia penasaran apa kata yang diingat Hadwick, tapi ia tidak bisa bersantai – santai seperti ini di jam kerja. Dengan terpaksa ia harus meninggalkan Hadwick dan membantu kakaknya itu dulu.
“Ah…maaf aku harus bekerja, akan aku dengarkan saat kau kembali lagi kesini untuk konsultasi kesehatanmu, aku harus kesana sekarang, maaf ya sampai bertemu nanti di lain waktu!”
"Duh!"
Miya bergegas meninggalkan ruangan 113 dan segera membantu kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Life
Fantasy"Apa kau percaya adanya reinkranasi? Jika seseorang telah mati, mereka akan dihidupkan kembali dalam bentuk kehidupan lain. Baik itu sifat, rupa, gender, dan lainnya." -> Hero Mobile legend -> Cerita dibuat sendiri, maaf apabila terjadi kesamaan yan...