Saat didatangi, Bakugou menemukan Todoroki masih dengan posisi yang sama. Padahal ini sudah berbulan-bulan lamanya Bakugou tidak mengunjungi Todoroki.
Pada hari itu, Bakugou langsung dilarikan lagi ke rumah sakit. Dirinya mendapatkan perawatan intensif karena luka-luka yang ia dapatkan. Terpaksa Bakugou libur bekerja sampai dokter benar-benar menyatakan bahwa ia sudah sembuh total.
"Selamat pagi tuan muda Todoroki. Anda adalah pasien pertama yang saya kunjungi hari ini. Maaf karena saya baru datang lagi untuk mengobati anda. Saya harus menjalani masa perawatan."
Bakugou membuka tirai jendela dihadapan Todoroki. Membiarkan udara masuk ke dalam ruangan bersama dengan sinar matahari pagi yang menyegarkan.
"Saya membawakan anda obat. Ini obat khusus untuk anda. Saya sudah membuatkan catatan dosis yang harus anda minum. Catatan itu ada didalamnya. Anda jangan lupa untuk harus mengikuti apa yang tertera dalam catatan itu ya."
Kemudian Bakugou pun duduk disamping jendela. Ia menghadap Todoroki sambil meletakkan tas kecil berisi obat-obatan diatas pemuda tersebut.
Todoroki hanya menatapi tas kecil di pangkuannya. Ia rasa dirinya sudah sangat muak memasukkan berbagai jenis obat kedalam tubuh. Tetapi tidak ada hasil apapun yang tampak. Todoroki tetap belum sembuh.
"Saya kira anda harus belajar untuk membersihkan kamar anda sendiri. Jika anda terus berada dalam kamar yang kumuh seperti ini, anda tidak akan lama sembuhnya."
Alis Todoroki berkedut mendengar penuturan Bakugou. Ia tidak tau apakah itu termasuk sindiran atas kemalasannya? Atau sebuah doa agar dirinya tidak sembuh-sembuh?
Kebetulan ada sebuah bingkai foto di meja samping Bakugou. Tangannya menggapai untuk menggeser foto tersebut.
"Anda bisa mulai dengan merapikan beberapa benda. Misalnya benda ini akan lebih bagus bila berada sedikit lebih jauh dari ujung meja. Karena kalau tersenggol bisa saja jatuh."
Setelah menggesernya, Bakugou dapat melihat dengan jelas siapa yang ada didalam foto tersebut. Seorang wanita cantik yang sedang menggendong seorang bayi. Wanita itu berambut putih sementara bayinya adalah pasien Bakugou sendiri.
Seketika Bakugou tau jikalau wanita tersebut adalah ibu kandung Todoroki. Wajahnya mirip dengan figur seseorang yang kini menatap Bakugou dengan tatapan marahnya.
Plak.
Todoroki berdiri dari duduknya. Ia memukul tangan Bakugou yang menyentuh bingkai foto paling berharga miliknya. Menandakan jika ia tidak senang dengan apa yang baru saja Bakugou lakukan.
Todoroki tidak suka foto ibunya dipindahkan. Karena ia yang meletakkan foto tersebut disana. Agar Todoroki dapat lebih mudah melihatnya setiap hari. Todoroki ingin selalu mengenang sang ibu. Hanya foto itu sajalah yang menjadi teman Todoroki hingga saat ini.
Bakugou menggeser lagi bingkai tersebut. Todoroki pun memukul tangannya lagi. Sampai kali keempat Bakugou melakukan hal yang sama, Todoroki mendorong Bakugou hingga kursi yang didudukinya jatuh.
Kini posisi Todoroki menindih Bakugou. Sebelumnya ia menendang kursi yang Bakugou duduki.
Punggung Bakugu terasa sakit. Tetapi rasa sakit itu teralihkan saat ia menahan kepalan tangan Todoroki yang hendak membogem wajahnya.
Todoroki terkejut. Pertama kali ia menyakiti Bakugou, pemuda tersebut hanya meminta maaf saja dan tidak ada perlawanan. Juga dokternya yang lain melakukan yang seperti itu. Dengan dalih mereka tidak ingin membuat penyakit Todoroki semakin sulit untuk disembuhkan.
"Saat emosi marah anda muncul, coba lakukan hal ini berkali-kali. Tarik nafas dalam-dalam. Dan hembuskan secara perlahan. Lalu duduklah. Minum air putih juga bisa untuk meredakannya. Anda bisa melakukan yang pertama sekarang." Jelas Bakugou masih dengan posisi mereka yang tidak berubah.
Todoroki mencobanya. Hingga ia merasa mulai kembali tenang. Ketika sadar dengan posisi mereka yang sedikit ambigu, wajah Todoroki memerah. Dirinya tidak pernah sedekat ini dengan orang lain selain ibunya.
Bakugou memiringkan kepala. "Mengapa wajah anda merah? Apa anda sudah merasa baikan? Apa anda demam? Kalau memang begitu saya akan akhiri kunjungan saya hari ini agar anda bisa beristirahat."
Tangan Todoroki yang masih ditahan gemetaran. Bakugou segera melepaskannya. Ia dengan lembut menyentuh kedua pundak Todoroki.
"Anda tidak perlu takut, saya tidak akan memukul anda. Kecuali jika anda melakukan hal seperti ini sekali atau dua kali lagi." Ucap Bakugou.
Todoroki tiba-tiba merasa gugup. Ia tidak tau mengapa. Mungkin karena Todoroki tidak biasa berada sedekat ini dengan orang lain.
"Jika anda ingin mengatakan sesuatu, katakan saja."
Todoroki memalingkan wajah. "M-ma-maaf."
"Sudah saya katakan. Tatap lawan bicara anda jika sedang berbicara." Namun Todoroki enggan untuk melakukannya.
"Saya punya satu informasi penting lagi. Ini bisa membantu anda untuk sembuh juga."
Kali ini Todoroki menatap lawan bicaranya. "Sering-seringlah tersenyum. Dengan tersenyum lepas, anda dapat menenangkan kekhawatiran orang-orang yang begitu menyayangi anda. Misalnya kedua saudara anda. Dan mendiang ibu anda di sana juga pasti akan senang jika anda tersenyum."
Kedua tangan Bakugou beralih untuk menangkup wajah Todoroki. Dilakukan dengan begitu lembut. Bahkan ini seperti sentuhan ibunya.
"Anda pasti akan sangat tampan jika tersenyum. Kalau saja para wanita melihat anda tanpa tersenyum, mungkin mereka akan langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Apalagi saat anda tersenyum pada mereka. Jadi, ayo tersenyumlah!"
Wajah Todoroki kembali memerah.
***
Nana sempat bingung alurnya gimana. Soalnya masih acak-acakan diotak wkwk.
MirayukiNana
Selasa, 14 Juni 2022.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEALING [✔️]
Fanfiction[END] Seputar kisah seorang psikiater yang berusaha menyembuhkan pasiennya.