U = ?

36 3 0
                                    

Terdiam, begitu kosong.
Dunia seakan berhenti,
sepintas meniadakan yang ada.
Entah bumi yang kehilangan jati dirinya,
entah aku yang terlampau lupa bahwa aku siapa.
Kini malam begitu sunyi.
Indahnya terlalu sia-sia untuk membuat semuanya menjadi ada artinya.
Putih, hijau, merah, kuning, dan biru itu,
tak sanggup untuk mewarnai hitam-putih yang sudah terlalu pekat ini.

Bertahun sudah, kisah yang telah kita lewati.
Sebuah 'Pernah' yang berujung 'Patah'. Kenangannya terus bereaksi yang mengakibatkan aku menjadi lebih baik dan tangguh sekarang. Meskipun dibeberapa waktu,
kekuatannya membuatku membatin tentang,
se-tega dan se-ego itu kau pernah menyia-nyiakan ketulusan hati paling ikhlas.
Kau patahkan ia layaknya bukan apa-apa hanya untuk kesenanganmu sendiri.
"Aku gak peduli, terserah orang mau bilang apa. Yang penting diri aku seneng." Ucapmu waktu itu. Di sebuah cafe, saat perjumpaan penyelesaian kita.
Ingin aku menepis perkataanmu.
Cuma kuurungkan, sebab kau selalu dimenangkan dengan sikap merasa paling benarmu.

Waktu itu, aku sudah gapapa dengan segalamu.
Apapun tentang dirimu, aku sudah se-lapang itu untuk menerimanya. Menjadi yang paling maaf, selalu iya, berulang-ulang mengutarakan mohon;
Se-rendah itu.
"Gapapa, asal aku denganmu." terdalamku.
Sering kaliku bertanya-tanya dalam hati,
"Benarkah caraku?, Haruskah aku terlalu seperti itu? bukankah ketika begitu memikirkannya, aku juga harus memikirkan diriku?"
Kumpulan pertanyaan yang sekarang aku telah menemukan apa jawabannya.

Kau, adalah sedih dan sakit itu.
Kau, juga aneh dan bahagia itu.
Terbaik sekaligus terburuk.
Penebar suka sekaligus luka.
Disampingmu, bersamamu,
aku merasa menjadi lebih berarti.
Meskipun untukmu,
aku tak pernah berarti.

Tak kusangka bahwa garis waktu memutuskannya untuk berakhir.
Karena sesuatu yang aku kira akan selamanya, ternyata hanya sementara.
Mungkin sang maha punya rencana terbaik untukku.
Yaitu menemukan sisi-sisi yang mungkin dulu tak pernah kudapatkan saat bersamamu.

Kisah kita adalah alur cerita paling sengaja. Begitu sengaja kutumpahkan seluruhku untukmu,
begitu sengaja juga kau hancurkan semua yang telah kuberikan padamu.

Hilang asa, hari-hari tak semestinya.
Terimakasih,
telah membuatku merasakan perihal 'akibat',
bahwa dunia bisa berubah begitu saja dengan cepat. Menjadi tak punya isi tanpa arti hanya karena perbuatan seseorang sulit menghargai yang tak kenal kata maaf.
Sempatku menjadi tokoh untukmu.
Tokoh yang entah benar-benar kau jadikan tokoh, atau hanya sebagai peran yang kau tunjukan untuk sebatas kau kendalikan.

Sikapmu yang selalu tanda tanya.
Yang terlalu berubah-ubah dengan tidak tepat waktu itu, aku kira sudah lebih baik, ternyata masih.
Segalamu untukku, adalah tentang sungguh.
Segalaku untukmu, aku yakin tak selebih itu.
Kau cuma kesepian, dan kebetulan ada aku. Nanti, saat suasanamu mulai membaik, kau kembali dengan bahagiamu sendiri.
Kebingunganku, kau mampu menjadi sosok yang memiliki banyak peran. Pemarah, penyenang hari, pemberi sakit, dan lain-lain.
Bodohku, hati masih cukup pasrah atas segala tentangmu.

Ingatkah kau?, bahwa dulu aku pernah bilang, "Selalu kuusahakan diriku untuk ada, buat kamu. hari ini, nanti, dan mungkin selamanya."
Ternyata aku salah. Aku tak bisa seperti itu.
Juangku untuk membuatmu menjadi yang paling dan bahagia, telah selesai.
Jika nanti kau menemukan sosok, yang lebih dariku, berarti sudah menjadi tugasnya untuk menjadi yang ada bersamamu.
menjadi alasan, menemukan tujuan.

Aku terlalu sibuk, mengurus bahagiaku sekarang. Dan aku tak bisa menggantung harapan pada seseorang yang tak pernah mengerti perihal sebenarnya harapan.
Bersenang-senanglah, berbahagialah.
Tulisan ini lahir diakibatkan rindu yang tiba-tiba datang.
Mengingatmu sebagai satu-satunya orang yang pernah memberi warna, mengisi setiap kosongnya menjadi sebuah bentuk bahagia yang begitu sulit dijelaskan.

Terimakasih telah menjadi alasan kenapa aku bisa senyum-senyum sendiri waktu itu.
Terimakasih telah menjadi satu hal yang terus membuatku semangat untuk menyambut hari.
Terimakasih pernah ada,
meskipun hanya sebatas pernah yang akhirnya menyisakan banyak luka.

Aku selalu percaya,
"Segala sesuatu diciptakan untuk melengkapi sesuatu lainnya."

Iya, kita saling melengkapi.
Sakit itu telah membuatku mengerti bagaimana caranya sembuh,
Bahagia itu, cukup membuatku sadar, bahwa keindahan pada akhirnya juga tentang luka,
Jatuh itu telah membuatku mampu berdiri, bergegas untuk perjalanan hidup yang lebih baik lagi.

Sehat selalu, kamu.

Semoga sedikit sedih.

Terimakasih dan maaf.

Bentala NayanikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang